Senin, 05 Desember 2016

Persatuan serta Kesatuan dari Seluruh Anak Negeri.

Kekalahan Prabowo kemarin bukanlah disebabkan oleh pribadi Prabowo sendiri. Tetapi lebih karena cara berkampanye dari Tim Suksesnya yang salah. Dan ulah dari para pendukungnya yang sama sekali tidak menunjukkan sikap nasionalis. Padahal Prabowo dikenal sebagai sosok yang nasionalis dan idealis.

Dengan secara sengaja ataupun tidak secara sengaja, melemparkan isu-isu yang berbau SARA tanpa melihat latar-belakang keluarga Prabowo yang plural dan heterogen. Sehingga hal itu malahan menjadi "Bumerang" bagi pencitraan diri Prabowo sendiri.

Kita tahu bahwa Ibunda dari Prabowo berdarah campuran dan beragama Nasrani, begitupun kakak serta adiknya, namun mereka mengindahkannya. Akhirnya membuat seakan-akan Prabowo tidak dekat dengan keluarganya, cuma lantaran ingin menjadi Presiden saja. Jelas ini cara pencitraan yang buruk, salah sasaran dan tidak tepat.

Sentimen-sentimen terhadap Pihak Asing melulu disebar-luaskan. Padahal partai-partai yang berkoalisi mendukung Prabowo, ada yang bekerjasama dengan Pihak Asing. Sehingga masyarakat luas menilai negatif dari ketidak-konsistenan ini.

Terkecuali masyarakat yang emosional atau yang bukan pemilih rasional. Padahal seharusnya target pemilih Prabowo adalah pemilih rasional mengingat keahlian, kemampuan, wawasan, popularitas dan sepak-terjang Prabowo yang sudah mendunia.

Saat ini genderang perang terus-menerus ditabuh, bukannya oleh sebab Prabowo membenci Jokowi. Tetapi untuk menutupi dan menyembunyikan kesalahan mereka (Tim Suksesnya) sendiri, pada saat kampanye kemarin.

Serta untuk mempertahankan dan mengendalikan persaingan antara Prabowo dengan Jokowi. Agar selalu terjadi pergesekan diantara kedua tokoh tersebut, demi keuntungan pribadi mereka sendiri. Meskipun kesemuanya itu pasti seolah-olah untuk kepentingan Prabowo.

Karena dengan adanya pergesekan tersebut, berarti bakalan ada kubu-kubuan maupun kelompok-kelompokan. Yang mana kubu ataupun kelompok itu, tentunya akan dibiayai untuk kesinambungannya oleh Prabowo ("Dikompori" dan "Dicopeti").

Selama ada pergesekan, maka bakalan tetap ada dana yang bisa didapatkan. Dan mereka mesti bisa terus membangunnya, supaya "Pembiayaannya' juga bisa tetap berjalan dengan lancar pula.

Inilah politik, tidak ada yang murni apalagi untuk rakyat. Sebab yang ada hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok belaka.

Pergesekan antara Prabowo dan Jokowi bisa menguntungkan banyak pihak di dalamnya. Terutama pihak yang sedang memiliki masalah hukum maupun masalah keuangan, termasuk masalah korupsi.

Sekarang ini bukan jamannya feodalisme lagi. Yang para hipokritnya bisa hidup dari menjilati dan mengadu-domba kanan-kiri serta atas-bawah sambil berkorupsi. Para pejabatpun tidak bisa meminta untuk melulu disembah dan dipuja bak seorang Tuan Tanah lagi.

Saat ini jamannya keterbukaan dan saling adu prestasi. Akhirnya mereka yang merasa tidak mampu untuk mengikuti perkembangan jaman maupun yang masih berparadigma lama, akan terus berusaha untuk menghambat dan mengganjal kemajuan, agar bisa tetap hidup nyaman di balik harta dari hasil kejahatan.

Sudah waktunya kita menghidupkan kembali demokrasi yang berdasarkan kepada Pancasila, UUD '45 dan Sumpah Pemuda. Serta meraih kejayaan Bangsa dan Negara yang tercinta ini, dengan memberantas para hipokrit yang gemar korupsi.

Semoga Prabowo, Jokowi juga kita semuanya pula segera sadar bahwa untuk membangun keunggulan bagi Bangsa dan Negara yang tercinta ini, amat sangat dibutuhkan persatuan serta kesatuan dari seluruh anak negeri.

Marilah kita mengesampingkan ambisi, emosi dan kepentingan pribadi.
Marilah kita lupakan seluruh kejadian dan pengaruh buruk, akibat politik yang kemarin telah terjadi.
Marilah kita memulai hidup baru lagi yang bersih, bebas korupsi dan tanpa hipokrasi demi kejayaan Ibu Pertiwi.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---