Kamis, 29 Desember 2011

Sakera atau Pak Harto.

Negeri kita tercinta Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau yang sangat indah, kaya dan subur adalah anugerah luar biasa yang dititipkan Allah SWT kepada kita rakyat Indonesia yang harus benar-benar kita jaga, lestarikan serta pergunakan secara bijaksana, bertanggungjawab dan sebaik-baiknya. Bak gadis cantik rupawan yang bertubuh indah, molek, santun dan sehat jasmani tentunya harus betul-betul dirawat, dipelihara serta dieman. Logikanya sesuatu yang di atas rata-rata pasti akan lebih bernilai dan berharga dibanding dengan yang hanya rata-rata saja, apalagi yang di bawah rata-rata. Dan jika dinilai dengan materipun, pasti harganya lebih mahal dari yang di bawahnya. Tidak sepantasnya hal yang sangat istimewa ini diperlakukan seperti hal yang tidak berguna, rendah apalagi sampai diobral seperti tidak berharga dan tidak ada nilainya. Meskipun juga bukan berarti kita harus sombong, berlebihan atau lupa diri. Demikian pula dengan Negeri kita tercinta Indonesia yang telah Merdeka sejak 66 tahun silam ini.

Dulu disaat jaman kerajaan-kerajaan terutama di jaman kerajaan Mojopahit, Negara kita tercinta Indonesia yang dinamakan Nusantara adalah Negara besar dan tempat para  ksatria yang tersohor di muka bumi ini. Selain wilayahnya yang besar, penduduknya yang padat, kaya, subur, indah, banyak cendekiawan juga ahli-ahli dibidangnya terutama pertanian, perkebunan, pertukangan, seni dan sastra. Namun kebesaran Bumi Nusantara ternyata tidak cukup kuat untuk mempertahankan wilayah Nusantara pada saat itu. Kekuatan dari Negara-negara besar lain yang telah mengenal Bumi Nusantara karena kekayaannya yang melimpah, telah mulai masuk dan menggerogoti wilayah Nusantara. Pedagang asing yang awalnya hanya membeli atau bertukar / barter komoditi hasil bumi sudah bertambah serakah dan tidak mau lagi hanya dengan sekedar membeli atau bertukar / barter komoditi hasil bumi saja, akan tetapi sudah mulai berusaha untuk menguasai tanahnya juga. Perlahan tapi pasti mereka terus berusaha menguasai sebagian besar wilayah di Bumi Nusantara ini terutama tempat-tempat penting dan strategisnya. Sampai akhirnya mereka berhasil menguasai seluruh tempat-tempat penting dan strategis di Bumi Nusantara sehingga berubahlah nama Bumi Nusantara tercinta ini menjadi Hindia-Belanda, setelah Belanda berhasil menyisihkan Negara-negara lain yang menjadi saingannya, yang juga ingin menguasai Bumi Nusantara pada saat itu. Lalu setelah itu Belanda mendirikan usaha dagang yang dinamakan VOC.




Dampak Penjajahan Hindia-Belanda Dulu dan Dikeruknya Harta Kekayaan Kita Lagi.


Setelah usaha dagang yang bernama VOC itu berdiri, maka secara otomatis Belanda menguasai seluruh hasil bumi yang dimiliki oleh Ibu Pertiwi. Atau dengan kata lain menjajah negeri kita tercinta ini. Tidak cukup hanya menguasai hasil bumi saja, tapi Belanda juga membangun benteng-benteng pertahanan, mengirim tentara dari negaranya, juga melatih bangsa kita sendiri saat itu untuk dijadikan tentara, pegawai serta buruh mereka. Tugasnya jelas untuk menjaga, menjalankan dan mengawasi kepentingan penjajah Belanda di Negara kita tercinta ini, terutama dalam menguasai hasil bumi milik kita yang diperdagangkan ke Negara-negara lain oleh mereka. Dalam menjaga dan mengawasi kepentingan Belanda, tentunya yang menjadi musuh terbesar saat itu adalah bangsa kita sendiri. Jadi pada saat itu, bangsa kita yang dijadikan alat untuk menjaga, menjalankan dan mengawasi kepentingan Belanda, yang notabene adalah bangsa asing, didalam Negara kita sendiri untuk menindas bangsa kita sendiri, luar biasa! Herannya lagi, mereka yang saat itu menjadi bawahan penjajah Belanda malah sangat bangga dan merasa terhormat dengan status atau kedudukannya, hingga mau memusuhi bangsanya sendiri dan membantu bangsa asing yang sedang merampok kekakayaan alam negaranya sendiri.
Sampai saat inipun, mungkin turun-menurunnya masih tetap ikut merasa bangga dengan status atau kedudukan nenek-moyangnya dulu. Padahal yang sebenarnya mereka dulu hanya diperalat, dimanfaatkan dan diadu-domba saja oleh para penjajah yang serakah itu. Semuanya ini dapat terjadi hanya karena "kecerdikan" Belanda dalam membangun kebanggaan palsu dan memutar-balikkan logika kita kala itu, terutama dengan cara menggunakan jurus jitu politik mereka, yaitu devide et empera. Jadi akhirnya sesuatu yang salah dan mungkin saja sangat kejam, malah menjadi hal yang tampaknya membanggakan dan terhormat untuk kita. Mungkin hal ini pula yang menyebabkan banyak orang kita di jaman sekarang, yang masih juga merasa bangga jika bisa ikut bekerja pada perusahaan asing daripada ikut bekerja di perusahaan milik dalam negeri sendiri. Padahal sudah jelas tahu bahwa keuntungan yang didapat perusahaan asing tersebut adalah dari hasil mengeruk harta kekayaan alam Ibu Pertiwi kita tercinta ini, yang pastinya mereka bawa pulang ke negara asalnya sendiri untuk memakmurkan dan mensejahterakan negara serta rakyat mereka sendiri.




Merdeka, Demokrasi dan Kesejahteraan Masyarakat.


Akhir-akhir ini kita seringkali ditunjukkan dengan kenyataan yang menyedihkan bahwa area kita yang kaya dan banyak menghasilkan hasil bumi malah dikuasai oleh perusahaan asing. Mungkin bukan penguasaannya yang menjadi masalah, meskipun penguasaan itu sendiri bisa diartikan sebagai hal yang kurang tepat, mengingat kita sudah Merdeka. Tetapi cara mereka mengelola, mengatur sistematika pembagian hasil keuntungan antara rakyat setempat (atau daerah) dengan perusahaan asing serta pembatasan terhadap perusahaan asing yang kian hari kian bertambah banyak dalam mencari kekayaan di Negara kita inilah yang harus diperjelas. Dulu kita merdeka itu bertujuan agar rakyat menjadi sejahtera dengan menikmati hasil bumi dan kekayaan Tanah Air kita tercinta Indonesia ini sendiri, bukan untuk sekedar menjadi penonton apalagi hanya sekedar menjadi ‘‘tetangga’’ di kampung halamannya sendiri dengan Negara asing yang berusaha menguasai kekayaan kampung halamannya atau lain kali bisa-bisa hanya malah sekedar menjadi "tamu" dirumahnya sendiri.
Kalau ada perusahaan asing yang membangun industri / factory / pabrikasi di Negara kita, mungkin masih akan lebih baik nasibnya, sebab menambah lapangan kerja untuk masyarakat setempat. Meskipun dampak pencemaran lingkungan pasti ada, tapi hal tersebut masih bisa diantisipasi dan banyak positifnya. Tetapi kalau sumber alam atau kekayaan alam kita yang dikuasai mereka, ya secara logika saja sudah pasti harta kita yang dikurangi, apalagi harta dari alam ini tidak bisa bertambah banyak, tapi akan bertambah habis. Lebih parah lagi jika cara mereka mengeruk harta kita ini, tidak dengan cara yang benar dan masyarakat disekitarnya juga tidak diuntungkan atau dilibatkan apa-apa sama sekali, padahal itu daerah mereka serta perusahaan lokal juga tidak bisa mendapat kesempatan karena sudah terjadi perjanjian dengan perusahaan asing yang bermodal besar terlebih dahulu. Inikan seperti cara VOC menguasai negara kita di jaman dulu lagi sebenarnya.
Peristiwa beberapa waktu lalu yang terjadi di Kalimantan terhadap spesies hewan langka yang hampir punah dan asli Indonesia yang sudah mendapat pengakuan dunia Internasional, Orang Utan, terus terang sangat menyedihkan. Belum lagi peristiwa di Mesuji, Lampung dan sekarang ketambahan peristiwa di Bima, NTB sungguh-sungguh sangat memprihatinkan kita semua bangsa Indonesia. Mengapa masyarakat yang tidak bersenjata api, dihadapkan dengan senjata api yang bisa mematikan hingga menimbulkan korban jiwa. Kenapa tidak menggunakan peluru karet, gas air mata atau bahan-bahan yang tidak mematikan lainnya saja. Dimana budaya bangsa kita tercinta Indonesia yang Adi Luhung dan ada sejak ribuan tahun yang lalu itu. Bagaimanapun juga mereka semua itu rakyat Indonesia dan mereka juga berhak menyampaikan pendapatnya secara bebas sesuai iklim demokrasi yang dikumandangkan saat ini. Apalagi yang mereka ingin sampaikan itukan perihal kepentingan kesehatan, sandang, pangan dan papan yang ada di daerah mereka sendiri sesuai dengan semangat Otonomi Daerah yang sekarang ini sedang kita jalankan.


Kita patut berkabung untuk mereka dan menyudahi kekerasan-kekerasan yang sering terjadi akhir-akhir ini di Negara kita. Agar Negara kita jadi tentram serta damai untuk menuju masyarakat sipil yang sejahtera, adil dan makmur. Kekerasan bukanlah jalan keluarnya. Apalagi sekarang kita sudah demokrasi dan sipilisasi. Kekerasan hanya malah akan mengundang kekerasan dalam bentuk yang lain lagi, dendam dan kebencian saja, baik di tempat terjadinya kekerasan  itu sendiri maupun di tempat lain yang ikut mendengarnya. Jangan sampai terjadi kekerasan terus-menerus dan berlarut-larut, baik dari masyarakat maupun dari Pemerintah karena nantinya malah akan "menyebar" kemana-mana, sehingga mengganggu keutuhan NKRI kita tercinta. Apakah harus muncul tokoh dan peristiwa seperti jaman Sakera atau peristiwa seperti jaman naiknya Pak Harto dulu lagi untuk menyadarkan bangsa kita saat ini? Tentunya semua “peristiwa” akan merubah nasib perjalanan bangsa kita tercinta ini ke depan nantinya. Namun tetap keadilan, kesejahteraan, kebaikan dan kemakmuran masyarakat, bangsa serta Negara kita tercinta inilah yang harus selalu menjadi tujuan utama kita semua.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Senin, 26 Desember 2011

Pada Akhirnya Semua Juga Akan Ada Batasnya.

Jika kita mau mengingat dan mengenang kembali sejarah berdirinya NKRI tercinta, maka kita akan bisa mengambil hikmah yang sangat dalam dari perjalanan dan perjuangan panjang berdirinya Negara kita tercinta NKRI ini. Jikalau dulu Belanda selama 350 tahun telah menjajah Bumi Pertiwi Nusantara dengan merusak kebangsaan dan kesatuan Nusantara kita melalui cara Devide et Empera, maka dipertengahan tahun 1942 akhirnya kolonial Belanda sampai pada batasnya. Dimana mereka harus hengkang tunggang - langgang tanpa syarat kepada Negara yang menjuluki dirinya sendiri sebagai “Saudara tua bangsa Asia”, yaitu Jepang. Tentara Jepang yang datang pada saat itu seolah-olah bagaikan Pahlawan yang akan menyelamatkan kita, namun ternyata hanya menggantikan penjajahan di Bumi Pertiwi kita tercinta Indonesia dengan cara yang lebih kejam lagi. Meskipun Jepang melatih dan mempersiapkan rakyat Indonesia untuk membangun Negara sendiri pada saat mereka pergi atau kalah dalam Perang  Dunia II, namun mereka tetaplah penjajah yang kejam. Dan di pertengahan tahun 1945 setelah 3,5 tahun saja mereka menjajah kita, akhirnya Jepang sampai pada batasnya pula. Dimana kekuatan tentara Sekutu dengan Bom Atom-nya yang spektakuler berhasil menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki sehingga membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Hal tersebut mengakibatkan seluruh jajahan Jepang menjadi status quo sampai pihak tentara Sekutu tiba untuk mengambili alih kekuasaan di wilayah bekas jajahan Jepang tersebut. Pada momentum status quo yang harus dijaga dan dipertahankan oleh tentara Jepang yang telah kalah perang inilah, kita bangsa Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sepeninggal penjajahan di muka Bumi Pertiwi Indonesia tercinta ini dan setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka sampailah kita pada era baru dimana kita harus mengawali dan memulai kehidupan baru dalam kemerdekaan berbangsa, bernegara dan bertanah air. Meskipun pada saat itu tentara Belanda yang datang dengan cara yang sangat licik yaitu dengan membonceng tentara Sekutu yang datang ke wilayah-wilayah bekas jajahan Jepang termasuk Indonesia masih ada di wilayah Tanah Air kita, dengan maksud dan tujuan yang jelas ingin menghancurkan kemerdekaan kita serta menjajah Tanah Air kita tercinta ini lagi. Namun niat, semangat dan tekad kita untuk menapaki era baru dalam kehidupan yang Merdeka sudah tidak dapat dibendung, ditentang apalagi dihalang-halangi. Dengan demikian secara tersadari ataupun tidak, kita sebenarnya telah membuat komitmen dan membentuk fondasi yang sangat kuat untuk mengawali serta memulai kemerdekaan berbangsa, bernegara dan bertanah air. Yaitu bersatunya visi serta misi untuk meraih kemerdekaan dalam rangka mewujudkan sebuah cita-cita kehidupan yang merdeka didalam suatu Negara Kesatuan yang adil, makmur dan sejahtera.




Bung Karno Sang Proklamator Sejati.


Dekade pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan adalah sebuah dekade yang menjadi titik akumulasi dari kepentingan berbagai kelompok yang tadinya mungkin hanya ingin menunggangi perjuangan Kemerdekaan untuk kepentingan kelompok, ideologinya sendiri atau hanya karena perbedaan pola pikir pribadi saja. Dimana pada saat itu mungkin kemerdekaan dianggap sebagai hal yang mustahil karena pengalaman masa lalu yang memperjuangkan kemerdekaan secara sporadis atau sendiri-sendiri, seperti yang telah banyak terjadi sebelumnya, juga karena perbedaan latar belakang terutama pendidikan yang mencolok karena penjajahan serta juga perbedaan ideologi. Namun kepiawaian Bung Karno yang telah sarat dengan pengalaman berharga dari pahitnya perjuangan kebangsaan, menjadikan beliau pemimpin yang ideal didalam menyelesaikan konflik kepentingan yang terjadi pada saat itu. Bung Karno yang sangat kaya pengalaman dalam perjuangan kebangsaan terutama menghadapi pihak asing, sangat memahami bila kita ingin diakui dan diperhitungkan di dunia Internasional apalagi wilayah serta potensi alam kita sangat besar, maka kita harus membangun nama dan citra politik dengan membangun komunikasi-komunikasi politik serta penyatuan politik, ekonomi dan lain-lain dengan Negara-negara yang dianggap selatar-belakang atau sevisi-misi serta bisa diajak bekerjasama dalam membangun kekuatan politik baru yang tentunya semua itu memang harus dilakukan terutama untuk mendongkrak nama serta citra Negara baru kita NKRI pada saat itu. Meskipun dalam internal Negara kita masih terjadi konflik-konflik yang terjadi akibat perbedaan ideologi, juga konflik yang terjadi dalam rangka konsolidasi dan penyamaan pola pikir maupun pola kerja, namun Bung Karno tetap fokus dan mengutamakan pembangunan nama serta citra NKRI dimata dunia Internasional yang memang sangat penting pada saat itu.
Bung Karno telah berhasil membangun nama dan citra NKRI di mata dunia Internasional. Bukan hanya dikenal tapi diperhitungkan dalam percaturan politik Internasional. Segala hal selalu mempunyai sisi baik dan sisi buruk, semua diciptakan berpasangan. Bung Karno yang begitu besar dan banyak berjasa pada NKRI mau tidak mau harus terlibat dalam permainan catur Internasional yang dikendalikan oleh dua kekuatan besar, apalagi pada saat itu NKRI sudah diperhitungkan. Kepentingan politik sebagai kedok dari kepentingan ekonomi Negara-negara besar membuat kita harus memihak. Semua hal pasti ada risikonya, begitupun dengan keberpihakan ataupun tidak keberpihakan. NKRI adalah Negara yang sangat strategis, baik secara geografis maupun demografisnya. Apalagi ditambah dengan nama dan citra NKRI yang sudah terbangun di mata dunia Internasional, maka mau tidak mau membuat kita harus berpihak. Perang kepentingan dua Negara besar pada saat itu menciptakan permainan – permainan politik yang berimbas kepada Negara – Negara lain, termasuk NKRI. Bung Karno sebagai salah satu pemimpin besar dari Asia yang memimpin Negara besar NKRI, dianggap mempunyai peran yang sangat penting didalam percaturan politik dan penentuan hasil perang kepentingan dua Negara besar tersebut. Akhirnya Pemimpin Besar, Sang Proklamator dan Perintis Kemerdekaan Bangsa ini juga sampai pada batasnya. Peristiwa laknat G30S / PKI yang membantai Jenderal-jenderal hebat, Nasionalis dan Idealis pada tahun 1965 mengakibatkan turunnya Bung Karno dari kursi kepresidenan yang sedianya sudah dipersiapkan untuk jabatan seumur hidupnya.




Perubahan Jaman dan Tuntutan Perubahan Kepemimpinan.


Segala sesuatu pasti ada sisi baik dan sisi buruknya karena diciptakan berpasangan, begitupun pada Era Kepemimpinan Bung Karno. Politik dan ekonomi bagai keping mata uang logam yang mempunyai dua sisi dan bertolak belakang meskipun dalam satu kesatuan. Disaat Bung Karno fokus dan mengutamakan pembangunan nama serta citra NKRI di mata dunia, dan memang itu yang harus dilakukan sebab NKRI adalah Negara yang baru berdiri pada saat itu, maka pasti ada sesuatu yang kurang diutamakan. Pembangunan nama dan citra NKRI di mata dunia Internasional sesungguhnya adalah pembangunan politik Internasional meskipun gerakannya dimulai dari dalam Negeri (Nasional) sendiri, sekaligus menjadi sarana pembelajaran politik yang baik dan berharga bagi masyarakat Indonesi. Namun pembangunan politik yang berkepanjangan membuat jadi lambannya pembangunan ekonomi Negara. Lambannya pembangunan ekonomi Negara berdampak dan dirasakan langsung oleh rakyat. Pak Harto sebagai mantan komandan pasukan tempur yang cemerlang disaat Revolusi Fisik 1945 – 1950 memiliki kemampuan memimpin yang berbeda. Kemampuan menganalisa keahlian seseorang dan menempatkan orang tersebut pada bidang yang sesuai dengan keahliannya serta memiliki pasukan yang solid dan loyal adalah kebutuhan yang sangat penting untuk seorang pemimpin dalam membawa perubahan disaat itu. Pembangunan nama besar dan citra baik NKRI di mata dunia Internasional yang tidak dibarengi dengan perhitungan terhadap dampak ekonomis dari perang kepentingan dua Negara besar terhadap pembangunan ekonomi didalam negeri, menjadikan rakyat antipati terhadap politik dan haus akan perubahan, terutama perubahan dalam bidang ekonomi.


Pak Harto sebagai seorang pemimpin yang ingin membawa perubahan yang dapat dirasakan langsung oleh rakyat, mengutamakan pembangunan ekonomi pada era kepemimpinannya. Hal ini juga sangat tepat dan memang yang menjadi kebutuhan pada saat itu. Untuk mewujudkan keinginannya dalam membangun ekonomi Negara pada saat itu, mau tidak mau Pak Harto harus “menstabilkan” kehidupan politik. Agar politik tidak menjadi ganjalan atau sengaja mengganjal pembangunan ekonomi yang sedang digalakan saat itu, maka politik memang harus bisa dikendalikan. Pada saat itu mungkin memang harus begitu karena kehidupan politik sangat mewarnai kehidupan di Tanah Air ketimbang penguatan ekonomi. Di masa awal kepemimpinan Pak Harto, pembangunan NKRI sangat berkembang dengan cepat. Meskipun itu semua juga atas bantuan Negara Asing namun Pak Harto juga mempunyai team yang sangat kuat dan bekerja dengan baik. Pak Harto sebagai pemimpin yang fokus dan mengutamakan pembangunan ekonomi Negara dapat memaksimalkan orang-orang yang berada disekitarnya dengan baik meskipun kehidupan politik harus terbelenggu. Karena saat itu memang dibutuhkan pembangunan ekonomi karena keadaan ekonomi NKRI yang sedang merosot tajam dan sangat dirasakan oleh rakyat, maka rakyatpun tidak keberatan atas terbelenggunya politik mereka asalkan pembangunan ekonomi dapat segera terwujud. Akhirnya Pak Harto berhasil mengangkat pembangunan ekonomi.




Kejenuhan Dapat Menghidupkan Kembali Tuntutan Perubahan.


Kembali lagi bahwa segala sesuatu memang diciptakan berpasangan, maka di era kepemimpinan Pak Harto pun ada sisi baik dan sisi buruknya. Sisi baiknya mungkin kesejahteraan dan pendidikan masyarakat yang terangkat serta sisi buruknya mungkin adalah terbelenggunya kehidupan politik di Tanah Air. Awalnya mungkin semua bisa menerima keterbelengguan itu demi pembangunan ekonomi, namun setelah sekian lama terbelenggu hak politiknya, akhirnya rakyat mulai jenuh dan gerah. Selain karena lamanya Pak Harto menjabat sebagai Presiden yang mungkin akhirnya membuat masyarakat menjadi ingin adanya perubahan suasana, lalu terbelenggunya hak politik mereka, ditambah dengan resesi ekonomi yang sedang melanda dunia sampai terasa ke Tanah Air dan juga masih ketambahan lagi dengan semakin berlebihannya perilaku orang-orang yang ada di sekitar Pak Harto waktu itu. Sehingga membuat masyarakat jadi tidak simpati dan mengharapkan ada pembaharuan kepemimpinan. Sebenarnya pada Pemilu tahun 1997, satu tahun sebelum Pak Harto mengundurkan diri, Pak Harto sudah menolak dan tidak mau dipilih kembali untuk menjadi Presiden, karena Pak Harto sudah merasa tua dan terlalu lama menjabat. Namun orang-orang yang saat itu berada di sekitarnya Pak Harto sendiri lah yang terus membujuk agar Pak Harto tetap maju sebagai Presiden lagi, tanpa melihat perkembangan politik yang sedang terjadi di masyarakat. Akhirnya bujukan itu berhasil dan Pak Harto terpilih kembali menjadi Presiden untuk ke-enam kalinya. Tapi hanya berselang satu tahun kemudian, ternyata Pak Harto sampai pada batasnya juga sehingga beliau mengundurkan diri dari jabatan Presiden atas permintaan rakyat yang diwakili oleh para mahasiswa dan aktivis pemuda se-Indonesia. Jika dulu Bung Karno membangun politik hingga ekonomi terpinggirkan, maka Pak Harto membangun ekonomi hingga politik yang terpinggirkan. Kedua-duanya adalah Pemimpin Besar dan Bapak Bangsa NKRI namun kedua-duanya adalah manusia biasa yang memiliki kelebihan juga kekurangan. Tapi yang jelas kedua-duanya telah menjabat terlalu lama sehingga membuat rakyat menjadi jenuh meskipun jasa-jasa dan darma bhaktinya sangat luar biasa pada Bangsa dan Negara kita tercinta ini.
Setelah kita mengingat dan mengenang kembali sejarah berdirinya NKRI, maka kita akan dihadapkan pada pemikiran tentang masa depan NKRI berdasarkan pada sejarah dan masa lalunya. NKRI tercinta sudah berusia lebih dari 66 tahun sekarang. Sudah banyak hal yang terjadi dan menjadi pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran berharga serta bijaksana oleh kita semua terutama oleh para pemimpin. Kita semua tahu bahwa satu orang saja tidak akan mampu merubah apa-apa, tapi satu orang yang didukung oleh 200 juta orang pasti mampu merubah segalanya terkecuali Takdir Allah. Dan untuk yang terakhir meskipun masih belum berakhir, bagi rakyat yang paling penting adalah Keadilan dan Kesejahteraannya. Lalu pada akhirnya semua juga akan ada batasnya.
Saya bukan ahli sejarah, pakar politik apalagi pakar ekonomi. Saya hanyalah masyarakat biasa yang mencoba mengingat dan mengenang sejarah untuk kebaikan kita semua di masa mendatang. Maka apabila ada kesalahan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.


--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Kamis, 22 Desember 2011

Singkat Dan Jelas.

Dengan berkembangnya pola pikir, gaya hidup dan gaya kepemimpinan yang ada pada saat ini, maka pasti berdampak pada lembaga yang dipimpinnya. Hal ini tidak tertuju kepada satu lembaga saja tetapi semua lembaga yang ada di Negara kita tercinta. Dampak itu sendiri pasti ada yang positif dan negatif. Saat ini bila kita datang ke salah satu lembaga terutama lembaga pemerintah, maka akan kita temui banyak hal-hal baru yang sangat positif. Petugasnya mulai ramah-ramah dan sopan, tidak seperti jaman dulu yang masih bergaya feodal, alat-alat teknologi baru yang kadang jika tanpa dipandu petugas keamanan kita tidak tahu cara menggunakannya, juga slogan-slogan baik yang berbahasa Indonesia maupun asing yang dijadikan moto atau visi-misi dari lembaga tersebut. Jujur saja ini adalah kemajuan yang sangat penting bagi terciptanya suasana harmonis antara penyelenggara pemerintahan dengan masyarakatnya.
Meskipun PNS kita masih menggunakan uniform, seragam coklat-coklat dengan simbol-simbol yang sudah merupakan “produk lama” dan mungkin sudah semestinya mulai dirubah dengan pakaian yang lebih menonjolkan kesipilannya. Pakaian lengan panjang bebas rapi terutama batik akan kelihatan lebih sipil daripada tetap menggunakan seragam bersimbol-simbol yang ada sekarang. Walaupun berpakaian bebas rapi namun ensign atau tanda Korpri tetap harus dipakai sebagai tanda pengenal kelembagaan.


Hal yang lebih menarik perhatian kita saat ini adalah penggunaan slogan-slogan baik yang berbahasa Indonesia maupun asing yang menjadi moto atau visi-misi di lembaga-lembaga tersebut. Terus terang, saya melihatnya kadang kalimatnya terlalu panjang atau terlalu banyak yang dislogankan. Meskipun hal tersebut baik tapi kesannya kurang realistis dan akhirnya terkesan hanya menjadi sekedar slogan belaka. Contohnya ada lembaga yang menggunakan slogan, “Bersih, jujur, adil, anti korupsi, profesional dan tidak menerima suap”. Kata-kata yang terkandung di dalam slogan tersebut sangatlah baik, tetapi karena terlalu banyak akhirnya masyarakat jadi bingung, yang mana yang diutamakan dalam kinerja lembaga tersebut. Akhirnya yang tadinya baik, terkesan menjadi hanya sekedar basa-basi dan tidak mengenai sasaran seperti yang diharapkan.
Jikalau saya diperkenankan untuk memberikan saran, lebih baik dipersingkat tapi diperjelas saja sesuai bidangnya masing-masing dan menggunakan bahasa Indonesia, agar lebih terhayati serta meresap hingga ke jiwa. Seperti contohnya, Kehakiman mungkin motonya cukup dengan kata ADIL, Kejaksaan mungkin motonya cukup dengan kata TEGAS, Kepolisian mungkin motonya cukup dengan kata BIJAKSANA atau BERSIH, Surabaya mungkin motonya cukup dengan kata PAHLAWAN, Jombang mungkin motonya cukup dengan kata SANTRI, Malang mungkin motonya cukup dengan kata MENDIDIK dan lain sebagainya. Moto-moto ini tidak hanya cukup dipasang di kantor-kantor dan mobil-mobil dinas saja, tapi kalau perlu juga di rompi, name tag atau apapun yang melekat di tubuh para petugas. Supaya moto singkat tersebut selalu terngiang baik pada petugas itu sendiri maupun pada masyarakat yang membacanya. Otomatis hal ini nantinya bisa meningkatkan profesionalisme dan budaya malu pada diri kita masing-masing.


--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Kamis, 15 Desember 2011

"Annual Patriotism Parade Contest".

Kita semua bangsa Indonesia bahkan luar negeri tahu dan mengenal kota kita tercinta Surabaya ini sebagai Kota Pahlawan. Sejarah bangsa dan dunia membuktikan bahwa berkat perjuangan heroik warga kota Surabaya di kala pertengahan tahun 1945, dapat membangkitkan jiwa dan semangat Nasionalis, Patriotis serta Herois pada daerah-daerah lain di Indonesia, khususnya daerah disekitar kota Surabaya atau Jawa Timur sendiri dalam mengusir penjajahan di muka Bumi Pertiwi Indonesia tercinta, meskipun harus mengorbankan puluhan ribu bahkan ratusan ribu jiwa Pahlawan yang gugur dalam Pertempuran Kota Surabaya di tahun 1945 dan tahun-tahun berikutnya.
Namun kini setelah melewati 66 tahun dari momentum perjuangan warga kota Surabaya pada saat itu, jiwa, semangat dan nilai-nilai Nasionalisme, Patriotisme apalagi Heroisme warga kota Surabaya semakin memudar. Warga kota Surabaya semakin tidak peduli dan terpanggil untuk melestarikan nama harum kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan baik dalam wujud perbuatan maupun pemikiran. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyak munculnya perumahan-perumahan yang menggunakan nama jalan, area, lambang dan patung-patung orang asing / luar negeri sebagai kebanggaan dari pemukiman / daerah tersebut. Kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat pun, baik dalam memperingati Hari-hari Besar Kenegaraan, Keagamaan juga hari tertentu sudah tidak lagi bernafaskan perjuangan dan kepahlawanan Kota Surabaya lagi.
Keberadaan Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia baik dalam wilayah, jumlah penduduk dan kekuatan ekonomi serta latar berlakang Sejarah Kepeloporan Perjuangan yang sangat berjasa dan strategis, mungkin dapat dipergunakan untuk membangkitkan kembali jiwa, semangat dan nilai-nilai Nasionalisme, Patriotisme serta Heroisme bagi warga kota Surabaya sendiri dan kota-kota lain di wilayah NKRI. Hal ini juga dimaksudkan agar pengorbanan luar biasa para Pahlawan Bangsa, baik yang gugur di medan Pertempuran Fisik 1945 – 1950, yang sebelumnya dan sesudahnya, maupun yang masih hidup hingga sekarang tidak menjadi sia-sia. Kepeloporan Pemuda Surabaya pada 66 tahun silam, mungkin dapat dijadikan lagi sebagai momentum kebangkitan jiwa, semangat dan nilai-nilai Nasionalisme, Patriotisme serta Heroisme bangsa Indonesia.
“Annual Patriotism Parade Contest” atau Kontes Parade Patriotisme Tahunan kiranya merupakan sebuah Ide Kegiatan yang tepat untuk mendukung hal tersebut. Sebuah kegiatan yang bisa diadakan secara berkala dan berkelas Internasional di kota Surabaya, dengan peserta dari Lembaga-lembaga Pendidikan dan lembaga lain baik tingkat Dasar, Menengah ataupun Tinggi dalam negeri maupun luar negeri, yang tentunya memperebutkan hadiah menarik dan pastinya Piala Walikota Surabaya sebagai pimpinan tertinggi Kota Pahlawan saat ini, serta Piagam bagi semua peserta. Dimana kegiatan ini mewajibkan peserta menampilkan ide / kreatifitas / imaginasi dalam bentuk apapun tentang Nasionalisme, Patriotisme atau Heroisme pribadi, lembaga, daerah maupun negara masing-masing dengan situasi dan suasana masa Perjuangan 1945. Kegiatan ini dapat dilakukan pada tiap bulan November setelah peringatan Hari Pahlawan dan tentunya dimulai pada bulan November tahun 2012 sehingga memiliki waktu yang panjang untuk mempersiapkannya.
Dampak positif dari kegiatan ini disamping untuk membangkitkan kembali jiwa, semangat dan nilai-nilai Nasionalisme, Patriotisme serta Heroisme masyarakat, khususnya warga kota Surabaya, juga dapat menambah kreatifitas pemuda / pelajar yang bernafaskan patriotisme Kota Pahlawan, menanamkan kecintaan dan kebanggaan kepada Kota Pahlawan, mempermudah pengajaran Sejarah terutama Kepahlawanan kota Surabaya di Lembaga-lembaga Pendidikan karena ada aktualisasi atau sebuah kegiatan dari yang selama ini hanya mereka dengarkan saja, lebih mengenalkan lagi kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan dan kota besar pada dunia Internasional,  menambah PAD kota Surabaya dengan berdatangannya Peserta dan Penonton baik domestik maupun luar negeri serta juga dapat menjadi Agenda Tahunan Kepariwisataan Indonesia terutama kota Surabaya dan ke depannya masih banyak lagi dampak positif yang akan didapatkan. Tapi yang jelas dan pasti dari semua itu adalah menambah harumkan lagi nama kota Surabaya kita tercinta ini sebagai Kota Pahlawan di mata dunia Internasional.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Rabu, 14 Desember 2011

Pemberantasan KKN, Tanggung Jawab Bersama.

Keberagaman bangsa Indonesia sudah dikenal sejak jaman dahulu kala. Perbedaan suku, budaya, bahasa, agama dan ras adalah hal-hal utama yang dikategorikan sebagai keberagaman yang harus kita jaga dan hormati. Padahal perbedaan berpendapat, sudut pandang dan pola pikir juga termasuk keberagaman yang paling sering kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari, hingga tak jarang perselisihan terjadi atas dasar hal tersebut. Tengok saja bentrok yang kerap terjadi antar mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia. Atau, cekcok mulut yang juga kerap terjadi antar sesama wakil rakyat hingga berujung pada “persaingan” yang tidak sehat.
Namun kita semua pasti sependapat jika hal tersebut menyangkut urusan pemberantasan Korupsi. Alasannya sangat jelas, Korupsi adalah perbuatan mencuri yang sangat dilarang oleh semua agama dan budaya bangsa manapun, apalagi yang dicuri ini adalah uang Negara yang notabene adalah hak milik rakyat dari keringat rakyat, jadi jelas sangat-sangat merugikan rakyat!
Mari kita tengok nasib para Saudara kita sesama warga Indonesia yang berada di pelosok. Kebanggaan mereka akan bangsa Indonesia rasanya belum cukup mendapat apresiasi setimpal dari Pemerintah. Meskipun kehidupan mereka terbilang sederhana dan jauh dari hingar-bingar teknologi seperti di kota-kota besar, namun bukan berarti mereka sudah mendapatkan kesejahteraan yang layak. Untuk itu pembangunan infrastruktur, fasilitas umum bagi pelayanan kesehatan dan pendidikan serta hal-hal lain lain yang dapat menunjang pemerataan kesejahteraan harus tetap dilakukan. Dan jelas harus tanpa ada Korupsi agar hasil yang dicapai maksimal sehingga dapat dimanfaatkan oleh para rakyat dengan maksimal pula.




KPK Sebagai Lembaga Pemberantasan Korupsi.


Pada era yang sudah lebih maju seperti sekarang ini, paradigma berpikir setiap Negara tentunya mau tidak mau juga akan berubah. Para pemimpin Negara kini berlomba-lomba untuk menjadi pemenang, membentuk “Negara Anti Korupsi”. Akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri jika program-program anti korupsi yang mereka canangkan makin dikenal dunia, meskipun hasilnya masih patut dipertanyakan. Indonesia sendiri termasuk salah satunya. Sejak tumbangnya rezim Orde Baru, Demokrasi yang sesungguhnya telah dijalankan dan diutamakan sehingga Indonesia menjadi Negara yang lebih Demokratis dan tidak ada lagi istilah “diktator”. Hal ini sangatlah positif dan membuat rakyat berani dengan lantang menyuarakan hak berpendapat yang memang sebenarnya merupakan hak asasi-nya sebagai manusia. Karena hal ini juga para calon wakil rakyat apalagi calon Pemimpin selalu menjanjikan kepemimpinan yang bersih tanpa ada korupsi demi mengambil hati rakyat. Namun permasalahannya, janji para calon wakil rakyat dan calon pemimpin untuk memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ini tidak dapat mereka buktikan seutuhnya setelah mereka mendapatkan kedudukan yang diinginkannya seperti janji-janjinya dulu.
Dalam hal Pemberantasan Korupsi saat ini, sebenarnya Indonesia sudah selangkah lebih maju ketimbang era-era terdahulu. Namun entah mengapa, setiap program besar yang dibentuk untuk memberantas korupsi rasanya kurang mengenai sumber masalah atau “pemeran utamanya”. Masih segar di ingatan, pada era Kabinet Indonesia Bersatu, kehadiran KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dianggap sebagai penyembuh luka lara dan harapan baru bagi rakyat Indonesia dalam menghapus korupsi di Bumi Pertiwi tercinta kita ini. Keanggotaannya yang dianggap independen, lurus dan bersih serta diambil dari unsur kalangan manapun yang dianggap tepat semakin menumbuhkan harapan masyarakat. Apa lagi ketika KPK secara tegas dan berani mulai mengambil sikap. Satu persatu kasus korupsi berhasil diungkap dengan tuntas, para pelaku mendapat ganjaran yang setimpal tanpa peduli status dan jabatannya. Sungguh sangat membanggakan. Namun dengan seiring berjalannya waktu, tampaknya KPK mulai menemui kendala-kendala dalam perjalanannya. Tak tanggung-tanggung, pimpinan KPK langsung yang dituduh terlibat dalam kasus pembunuhan, KKN dan lain-lain. Awalnya masyarakat hanya menganggap itu sebagai cobaan KPK sebagai lembaga yang “sakral” di Indonesia. Namun setelah sekian lama berlalu, masyarakat mulai menyoroti kinerja KPK yang mungkin dianggap sudah tidak bersih dari pengaruh kekuasaan lagi dan akhirnya menyebabkan kepercayaan masyarakat pun menjadi menurun. Meskipun masyarakat tetap memiliki harapan besar kepada KPK dalam memberantas KKN di Indonesia.
Untuk itu, guna mewujudkan harapan besar itu, maka solidaritas kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air harus lebih diperkokoh lagi. Kita harus memberi dukungan penuh kepada KPK baik berupa informasi, otokritik, saran maupun tindakan-tindakan konkrit yang bertanggungjawab dalam pengungkapan dan pemberantasan KKN di Indonesia. Serta juga mencermati langkah-langkah yang ditempuh KPK dalam menjalankan tugasnya tersebut. Jika masyarakat Indonesia telah menaruh harapan, menjadikan tumpuan dan mendukung secara penuh KPK sebagai satu-satunya Lembaga yang dianggap mampu memberantas KKN serta membawa perubahan besar dalam prilaku budaya pemerintah, maka KPK pun harus berani mengambil langkah nyata, independen dan tanpa pandang bulu mengungkapkan praktek KKN yang ada. Jika tidak, maka kepercayaan masyarakat kepada sebuah institusi apapun terutama pemerintah akan hilang dan ini akan membawa dampak sosial-politik yang besar, bahkan berbahaya.
Sudah seharusnya siapapun Presiden yang memimpin diberikan kepercayaan dan dukungan penuh oleh masyarakat, untuk memimpin Negara ini dengan bersih dan lurus. Meskipun kenyataannya baru akan bisa dibuktikan dikemudian hari. Namun sejarah telah membuktikan bahwa Pemimpin yang bersih dan lurus saja, bukan jaminan atas kesejahteraan rakyat dan kemakmuran sebuah Negara. Karena harus didukung dengan team atau pembantu-pembantu yang bersih dan lurus pula, serta yang terpenting dari itu semua adalah memiliki kemampuan atau keahlian sesuai dengan bidang yang diamanatkan dan sungguh-sungguh menjalankan perannya sesuai fungsi yang telah diamanatkan kepadanya itu. Presiden SBY harus berani membuka pintu selebar-lebarnya kepada KPK untuk memeriksa orang-orang terdekat disekitarnya terlebih dahulu, agar tidak terkesan tebang pilih dan juga untuk membuktikan kepada rakyat bahwa lingkungannya benar-benar bersih dari KKN. Rakyat pun juga harus ikut bersama menyatukan tangan untuk berpartisipasi aktif dalam satu hal, Pemberantasan Korupsi secara merata dan permanen di Bumi Pertiwi kita tercinta Indonesia.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Selasa, 13 Desember 2011

Penanganan Lapindo, Jatah Anak Bangsa.

Permasalahan pada lumpur Lapindo yang  menimpa warga Sidoarjo, Jawa Timur tak kunjung reda. 

Bukan hanya rumah,  kampung dan mata pencaharian saja yang harus mereka relakan, tetapi juga keterlambatan pembayaran ganti ruginya. 

Permasalahan yang masih segar di dalam ingatan kita adalah baru-baru ini para warga yang menjadi korban lumpur Lapindo itu kembali berdemo hingga menyebabkan terjadinya kemacetan total pada jalan raya Porong selama 6 jam.

Padahal jalan tersebut merupakan jalan utama yang menghubungkan antara Kota Surabaya-Malang, Surabaya-Pasuruan dan Kota-kota lainnya di bagian Timur Jawa Timur serta sebaliknya. 

Menurut mereka yang menjadi penyebabnya adalah keterlambatan pembayaran selama 8 bulan dari PT Minarak Lapindo kepada warga yang menjadi korban lumpur Lapindo tersebut

Terlepas dari sistem pembayaran tersebut, yang jelas warga yang menjadi korban pasti sangat ingin permasalahan lumpur Lapindo ini dapat segera diselesaikan.

Karena luapan lumpur yang awal mulanya terjadi akibat adanya aktivitas dari perusahaan penambangan minyak dan gas alam itu secara perlahan akhirnya menenggelamkan pemukiman warga, sawah, kawasan industri serta fasilitas umum setempat. 
Warga merasa sakit hati dengan sosialisasi awal dari pihak Lapindo Brantas Inc. yang menyatakan bahwa luapan lumpur tersebut sama sekali tidak berbahaya. Namun kenyataannya, malah menenggelamkan desa mereka.
Apalagi sebelumnya Porong adalah daerah yang padat penduduk, memiliki tanah yang subur dan sangat produktif.
Sebenarnya dengan jiwa besar, para warga yang menjadi korban lumpur Lapindo sudah legowo untuk menerima musibah tersebut.
Dan merupakan hal yang sangat wajar apabila mereka menuntut ganti rugi yang setimpal dengan penderitaan mereka.
Namun molornya pembayaran ganti rugi kepada warga ini sudah seringkali terjadi, sehingga dengan sangat terpaksa mereka harus melakukan demo untuk meminta haknya.
Apalagi musim penghujan akan segera datang, yang mana hal tersebut setiap tahun selalu membuat hati warga merasa was-was. 
Volume lumpur yang terus-menerus meningkat membuat tanggul yang telah dibuat untuk melindungi kolam lumpur tersebut menjadi semakin tinggi. 
Saat ini ketinggian tanggul telah mencapai 12 meter, sesuai dengan prakiraan awal yang menyatakan bahwa tinggi tanggul nantinya 12 hingga 13 meter. 
Dan yang membuat hati warga setempat merasa was-was adalah jikalau tiba-tiba tanggul tersebut jebol oleh karena terkikis air hujan. 
Apalagi di daerah yang tepat bersebelahan dengan tanggul, terdapat arus lalu lintas yang sangat padat. Hal ini tentunya amat sangat mengerikan dan tidak kita inginkan.

Bangsa Indonesia Adalah Bangsa Yang Cerdas.

Apresiasi datang dari seluruh rakyat Indonesia pada saat dilakukan upaya nyata untuk menangani masalah lumpur Lapindo ini dengan menutup titik sumber luapan menggunakan besi beton.
Meskipun pada akhirnya upaya ini gagal, dikarenakan adanya berbagai macam sebab. Salah satunya adalah karena ternyata titik sumbernya lebih dari satu. 
Sayangnya hingga saat ini belum ada lagi upaya lebih lanjut untuk menangani masalah tersebut
Pendekatan kekeluargaan yang telah beberapa kali dilakukan oleh perusahaan kepada warga yang menjadi korban ini tidak mungkin bisa berhasil apabila sumber masalah yang sesungguhnya tidak diselesaikan dan tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Terkadang hal ini membuat diri kita bertanya di dalam hati sendiri, apakah dari 250 juta jiwa penduduk di Indonesia ini sama sekali tidak ada yang memiliki ide cemerlang untuk menyelesaikan masalah Lapindo?
Masak iya sih?!
Ataukah BPLS yang kelewat sombong sehingga tidak mau membuka mata, hati dan telinga untuk menerima masukan dari orang lain? 
“Hai para jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Q.S. Ar-Rahman : 55/33). Sebagaimana penjelasan yang ada di dalam Al-Quran.
Marilah kita membahas satu hal saja, bahwa tiap-tiap generasi di Negara kita yang tercinta ini telah mendapatkan pendidikan untuk menjadi berkemampuan atau menguasai suatu ilmu.
Akan menjadi sebuah hal yang sangat baik apabila rakyat Indonesia yang telah berkemampuan itu tadi bisa dilibatkan secara langsung ke dalam penanganan masalah ini, meskipun ilmuwan dari luar negeri juga dilibatkan. 
Buatlah saja sebuah forum diskusi, baik yang nyata maupun yang maya untuk membahas masalah lumpur Lapindo ini. Pasti akan ada banyak orang yang mau ikut berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya demi untuk menyelesaikan luapan lumpur yang belum ada tanda-tanda berhentinya ini. 
Sekalipun mereka tidak termasuk sebagai korban yang langsung terdampak, namun paling tidak hal ini akan membuktikan bahwa seluruh rakyat Indonesia sangat peduli terhadap masalah yang sedang terjadi di kota Sidoarjo. 
Ini baru berasal dari sebuah forum, belum dari forum-forum yang lainnya. 
Apabila hal ini dilaksanakan, maka pasti akan banyak masukan, gagasan dan ide cemerlang yang sangat berguna untuk menyelesaikan masalah luapan lumpur Lapindo.
Seandainya ada satu saja pihak yang memiliki kewenangan yang bersedia untuk menampung masukan, gagasan dan ide cemerlang dari masyarakat, tentunya yang telah berkemampuan di bidang itu, serta memberikan dukungan yang sepenuhnya, maka pasti akan didapatkan jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan masalah lumpur Lapindo ini. 
Dan hal tersebut pasti akan menjadi sebuah prestasi yang luar biasa dari Anak Bangsa, yang bisa dibanggakan kepada seluruh dunia.
Lebih baik memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada sesama Anak Bangsa agar bisa menyalurkan ilmu dan pengetahuannya, daripada memberikannya kepada Bangsa lain. 
Karena hal tersebut pasti akan sangat berguna untuk kemajuan dari Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini nantinya. 
Satu hal yang perlu diingat, bahwa permasalahan luapan lumpur Lapindo ini tidak akan menjadi semakin baik, tetapi malah akan menjadi semakin buruk jikalau tidak ditangani secara sungguh-sungguh.
Semoga segera ada jalan keluarnya dan terselesaikan dengan baik. Aamiin.
Charles E. Tumbel.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---