Apabila
kita mendengar kata terjajah maka yang terbayang ialah suatu keadaan yang sangat kejam,
penuh kekerasan, pemaksaan, penguasaan, tekanan, penaklukan dan ketidak-bebasan lainnya. Hal
tersebut tidaklah salah meskipun juga tidak sepenuhnya benar.
Terutama jikalau dikaitkan
dengan kemajuan akal pikir dari umat manusia pada saat ini.
Penjajahan yang pada jaman dahulu kala dilakukan secara terbuka, terang-terangan, keras, kasar dan kelihatan maka pada saat ini sudah berubah.
Penjajahan pada saat ini dilakukan dengan cara yang lebih
halus, tersembunyi dan terselubung sehingga tidak terasa apalagi kelihatan meskipun pada intinya, tujuannya tetap sama saja yaitu menguasai harta kekayaan negara lain.
Tanah Air kita yang memiliki sumber kekayaan alam yang sangat berlimpah-ruah serta penduduknya yang beraneka-ragam baik dari suku, agama, ras maupun juga budayanya dan letak geografisnya yang terpisah-pisahkan oleh begitu banyak lautan, amat sangat rentan terhadap penjajahan.
Kalimat ini bukan sebuah isapan jempol belaka atau hanya untuk menakuti-nakuti saja. Namun merupakan kenyataan dan sejarah telah membuktikan bahwa Bangsa kita yang tercinta ini pernah dijajah selama
ratusan tahun oleh beberapa Bangsa Asing tanpa ada perlawanan yang
berhasil.
Awal Mula Terjadinya Penjajahan Dan
Strategi Dalam Menjajah Bangsa Kita.
Dengan
runtuhnya Kerajaan Mojopahit, Bangsa kita mulai terpecah-belah dan Bangsa Asing masuk untuk menguasai daerah bekas wilayah Kerajaan Mojopahit tersebut.
Mereka masuk ke Bumi Nusantara kita yang tercinta ini dengan tidak langsung menjajah. Tetapi berpura-pura dulu sebagai pedagang yang
membeli hasil bumi dan kekayaan alam lainnya untuk dibawa pulang (baca: dijual)
ke negara asalnya atau ke negara lainnya.
Mereka juga membawa barang-barang untuk dijual atau ditukarkan dengan barang yang tidak dihasilkan di Bumi Nusantara kita
pada saat itu.
Setelah dapat mengambil hati penduduk Bumi Nusantara yang merasa diuntungkan dengan perdagangan tersebut, secara perlahan-lahan mereka menguasai Bumi Nusantara. Dan mulai mendatangkan lebih banyak orang dari negara asalnya, dengan alasan demi menjaga barang dagangannya yang telah mereka investasikan disini.
Bangsa kita yang sejak jaman dahulu kala dikenal ramah dan penuh dengan sopan santun, tidak merasa
bahwa Bangsa Asing akan berniat jelek sehingga akhirnya lengah.
Sesudah
Bangsa Asing mendatangkan begitu banyak orang dari negara asalnya, mereka mulai membangun
kekuatan. Setelah kekuatan mereka bertambah besar dan kuat, baru kita tersadar bahwa sebetulnya telah
dikuasai oleh mereka.
Inilah awal mula terjadinya penjajahan di Bumi Nusantara kita yang tercinta ini.
Pihak penjajah
yang pada masa itu sudah jauh lebih maju pemikirannya, telah sangat
mengenal karakteristik bangsa kita sehingga mereka dengan mudah bisa menguasai (baca: menjajah) setiap daerah di Tanah Air kita yang tercinta.
Mereka
hanya cukup membuat status sosial tertentu pada masyarakat (rakyat, pegawai
pemerintah, pegawai swasta, tentara, ningrat dll) atau dengan kata lain mengkotak-kotak masyarakat
berdasarkan pada suku, agama dan ras ( yang pada saat ini dikenal dengan SARA) serta mengendalikan kelompok tertentu untuk melakukan politik adu-domba.
Supaya tidak terjadi persatuan di antara Anak Bangsa, tetapi malah terjadi
perpecahan. Hal tersebut tentu akan sangat menguntungkan mereka di dalam menguasai Tanah Air kita yang tercinta ini dengan secara menyeluruh.
Bangkitnya Kesadaran Dan Awal Mula
Perjuangan Kebangsaan.
Setelah
berabad-abad dijajah dan dampaknya dirasakan oleh semua golongan terutama kaum intelektual yang idealis serta memiliki jiwa persatuan
dan semangat anti penjajahan yang tinggi, maka barulah disadari bahwa untuk
melawan para penjajah tidak hanya dengan modal keberanian saja.
Tetapi juga persatuan dan kesatuan di dalam sebuah aksi perlawanan yang serempak serta serentak dari seluruh daerah yang telah
dikuasai oleh para penjajah tadi.
Yang menjadi masalah pokok pada masa itu adalah
belum adanya formula yang ampuh untuk menyatukan seluruh daerah yang sudah dikuasai oleh penjajah selama berabad-abad.
Akhirnya
setelah melalui perjalanan dan pemikiran yang panjang, barulah teringat kembali bahwa
seluruh daerah yang telah dijajah terutama oleh Belanda adalah bekas daerah
wilayah Kerajaan Mojopahit yang dulunya sangat kompak serta kuat.
Maka untuk
itu diperlukan sebuah formula ampuh yang berguna untuk menyadarkan masyarakat yang
telah terjajah selama berabad-abad dan terpecah-belah selama ratusan tahun tadi, agar bisa
bersatu-padu kembali.
Formula ampuh yang bisa digunakan untuk menyadarkan masyarakat yang telah terjajah selama berabad-abad sekaligus yang bisa untuk menggugah semangat di dalam mencintai Tanah Air dan saudara Sebangsanya hanyalah jiwa yang Berkebangsaan.
Setelah kaum intelektual yang idealis serta memiliki jiwa persatuan dan semangat anti penjajahan yang tinggi pada masa itu telah menemukan
formula ampuh bernama Berkebangsaan ini, maka barulah pergerakan yang sistematis dan terpadu untuk malawan
penjajahan dimulai.
Mereka yang menemukan formula ampuh bernama Berkebangsaan ini tidak
bergerak secara tergesa-gesa untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Sebab
mereka menyadari bahwa proses untuk membangun jiwa yang berkebangsaan termasuk juga
jiwa yang merdeka itu tidaklah mudah, apalagi pada saat itu sudah terlalu
lama dijajah.
Jadi
mereka hanya bisa meletakkan dasar di dalam Berkebangsaan sambil tetap terus mempelajari dan mengawasi perkembangan yang terjadi untuk memperbaiki serta
menyempurnakannya saja.
Disamping masalah kondisi pada saat itu yang memang belum
waktunya untuk melakukan perlawanan fisik.
Akhirnya hampir satu generasi
kemudian terbukti bahwa formula yang bernama Berkebangsaan yang telah mereka temukan dan letakkan sebagai dasar, sangatlah ampuh serta berkembang sesuai yang diharapkan.
Hal tersebut dibuktikan dengan terjadinya kongres-kongres dari seluruh perwakilan pemuda daerah jajahan yang akhirnya membuahkan sebuah ikrar yang sekarang kita kenal dengan
nama, Sumpah Pemuda.
Gerakan Kebangsaan Dan Perjuangan
Kemerdekaan.
Dengan
terjadinya Sumpah Pemuda itu, menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya
sebuah semangat kebersamaan, kesetaraan, kesamaan, persatuan dan kecintaan
kepada tanah air atau jiwa yang Berkebangsaan adalah hal yang amat sangat
penting untuk melawan penjajahan. Dan hal itu membuktikan bahwa formula
Kebangsaan telah berhasil mempersatukan seluruh daerah jajahan yang sudah lama
tercerai-berai oleh politik adu-domba dari penjajah. Dengan arti kata lain gerakan
perlawanan fisik kepada penjajah sudah dapat dimulai sambil menunggu saat tepat
untuk merdeka.
Hampir
satu generasi setelah wacana Kebangsaan itu dilemparkan, telah dapat
menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air yang sangat kuat dan setelah hampir
satu generasi kemudian telah dapat menumbuhkan keinginan untuk merdeka dari
penjajahan dengan sangat kuat pula. Kemerdekaan Bangsa pada 17 Agustus 1945
adalah puncak keberhasilan dari formula yang telah diwacanakan hampir setengah
abad sebelumnya dan dengan demikian formula Kebangsaan telah membuktikan
keampuhan serta kebenarannya untuk menjadikan Bangsa ini merdeka dan keluar
dari penjajahan.
Semangat
Kebangsaan yang telah berhasil mencapai Kemerdekaan Bangsa, sesungguhnya tidak
hanya bertujuan untuk persatuan daerah saja tetapi juga untuk kemerdekaan jiwa
yang telah lama mengalami penjajahan baik secara raga maupun jiwa. Dan momentum
Kemerdekaan Bangsa pada 17 Agustus 1945 seperti yang termaktub didalam Pembukaan
(Preambule) UUD 1945 lebih untuk kemerdekaan jiwa dari rakyat yang telah
memiliki Kebangsaan, bersumpah setia untuk satu serta merdeka dari penjajahan
itu. Tidaklah mudah untuk membuat jiwa yang terjajah menjadi merdeka.
Dampak Penjajahan Dan Ciri-Ciri Jiwa Yang
Terjajah.
Segala
sesuatu pasti ada dampaknya, apalagi dari sebuah penjajahan selama beratus-ratus
tahun. Penjajah terutama Belanda yang mengunakan politik adu-domba atau lebih
terkenal dengan nama devide et empera tentunya menimbulkan dampak yang cukup
besar. Baik secara fisik pada Bangsa kita yang tentunya sengaja tidak dibangun
maju karena dahulunya hanya dianggap sebagai sebuah negara jajahan saja, juga
secara fsikis yang sebenarnya hal ini malah lebih besar lagi masalahnya tetapi
tidak kelihatan atau bahkan mungkin tidak terasakan oleh Bangsa Indonesia
hingga saat ini.
Penjajah
sebagai Bangsa Asing yang memang sengaja datang untuk mengeruk (baca: merampok)
kekayaan alam kita pada saat itu, tentunya telah menyiapkan taktik dan strategi
yang jitu supaya perbuatannya dalam mengeruk kekayaan alam tidak terasakan /
disadari oleh Bangsa kita. Politik adu-domba dan pembodohan oleh penjajah pada
saat itu sebenarnya bisa kita rasakan hingga saat ini. Penjajah yang hampir
selama 350 tahun menguasai pastinya sudah sangat mengenal karakter dari tiap
daerah, suku, agama dan ras yang ada termasuk juga kebiasaan serta hal-hal yang
sensitif.
Oleh
sebab telah mengenal dengan baik (baca: hafal) karakter, kebiasaan dan hal-hal
yang sensitif dari setiap daerah, suku, agama serta ras yang ada pada Bangsa
kita itulah makanya kaum penjajah dengan leluasa / mudah menjalankan taktik
maupun strateginya. Bangsa kita yang ramah tamah dan penuh sopan santun
dimanfaatkan / disalah-gunakan kebaikannya oleh para penjajah. Penjajah yang telah
menjadikan dirinya raja diraja (meskipun tidak dikatakan secara terang-terangan)
pada Bangsa kita akhirnya menimbulkan jiwa yang terjajah yang mungkin masih ada
hingga saat ini.
Jiwa
yang terjajah itu tidak mudah hilang atau bisa hilang begitu saja terkecuali
disadari oleh diri sendiri. Banyak hal yang sesungguhnya merupakan ciri dari
jiwa yang terjajah dan mungkin masih bisa kita temukan hingga saat saat ini,
meskipun setelah sekian puluh tahun kita sudah tidak dijajah lagi. Malah
mungkin untuk sebagian orang menjadi hal yang membanggakan jika dapat berprilaku
bak seorang penjajah meskipun hal tersebut sebenarnya jelas merupakan perbuatan
yang salah dan tidak membanggakan sama sekali. Jadi bisa dibayangkan betapa hebatnya
dampak penjajahan itu.
Masyarakat
yang tidak bisa mengemukakan pendapat terhadap penguasa, penguasa yang ingin
dihormati secara berlebihan, memuja penguasa dengan tujuan, sombong dan menjaga
jarak berlebihan ketika sedang berkuasa, mencari muka terhadap penguasa agar
mendapatkan imbalan, tidak bisa bersaing dengan sehat untuk menunjukkan
kemampuan tapi malah menjatuhkan saudara Sebangsa yang dianggap lawan, berlomba
untuk mendekat penguasa dan menyanjung-sanjungnya berlebihan, tidak mau
mendengarkan pendapat apalagi kritikan orang lain ketika sedang berkuasa,
menganggap kekuasaan adalah hal yang bisa dipergunakan untuk menekan /
merendahkan orang lain, bertindak semena-mena ketika memiliki kekuasaan bukan
malah untuk berbuat kebaikan, memberikan upeti atau juga suka menerima upeti
ketika sedang berkuasa serta masih banyak lagi.
Jiwa
yang terjajah itu timbul oleh karena penjajahan, apalagi penjajahan yang terlalu
lama seperti yang pernah kita alami. Terutama dengan politik adu-domba penjajah
yang membuat Bangsa kita akhirnya jadi tercerai-berai dan terkotak-kotak dalam
suku, agama serta ras masing-masing seperti yang dikehendaki oleh penjajah saat
itu. Hal tersebut pula yang utamanya menyebabkan Founding Fathers kita dulu
sadar akan pentingnya sebuah Kebangsaan supaya semangat untuk kemerdekaan hidup
baik secara fisik maupun fsikis dan secara Bernegara ataupun individu bisa
bangkit kembali.
Penjajahan Modern.
Seiring
dengan perkembangan jaman dan pemikiran umat manusia dalam segala bidang
termasuk pula HAM pada saat ini, serta dengan bertambah padatnya jumlah dari populasi
penduduk didunia menjadikan penghargaan terhadap harkat hidup setiap umat
manusia semakin tinggi namun disisi lain kebutuhan, tuntutan dan persaingan
hidup juga semakin berat serta tinggi pula. Hal inilah yang akhirnya
menimbulkan suatu sistem penjajahan model baru yang dilakukan dengan cara yang
lebih halus, tidak terasa juga terselubung meskipun kedoknya masih tetap sama
perdagangan.
Perdagangan
yang seharusnya menguntungkan kedua-belah pihak, baik penjual maupun pembeli,
sudah tidak lagi dijalankan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berdasarkan
pada kearifan, keadilan dan kebijaksanaan itu lagi. Namun hanya lebih ke arah
tujuan keuntungan yang sebesar-besarnya semata. Dan dengan hanya berpikiran
pada keuntungan sepihak saja maka tentunya cara untuk melakukan perdagangan
tersebut akan menggunakan segala cara terutama dengan cara yang menggunakan
kekuatan (politik, militer dan lain-lain) untuk menekan salah satu pihak agar
kalah.
Disinilah
intisari dari penjajahan modern itu, yaitu menguasai lawan (baca: pihak lain)
dengan tidak lagi menjajah Negaranya namun dengan menjajah secara tidak
langsung Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya, Pertahanan, Keamanan dan
Paradigmanya. Dengan demikian pihak yang dijajah tidak lagi melihat adanya
penjajahan secara langsung seperti yang terjadi pada jaman dahulu kala meskipun
sebenarnya penjajahan itu tetaplah dapat dirasakan. Kemajuan pemikiran umat
manusia yang seharusnya diutamakan untuk kebaikan sesama umat manusia telah disalah-pergunakan
lagi.
Kembali Pada Sejarah Dan Semangat
Kebangsaan.
Bangsa
Indonesia adalah Bangsa yang besar baik berdasarkan wilayah, jumlah penduduk
maupun hasil kekayaan alamnya. Bangsa Indonesia juga ialah Bangsa yang ramah
tamah dan penuh sopan santun, yang mana hal tersebut adalah kelebihan yang
tidak dimiliki oleh Bangsa lain. Oleh sebab itu, Bangsa Indonesia seharusnya bisa
lebih makmur dan maju daripada Bangsa lain sebenarnya. Sejarah Bangsa Indonesia
yang mengajarkan begitu banyak falsafah, kearifan dan kebijaksanaan adalah hal
yang tidak boleh ditinggalkan apalagi sampai dilupakan oleh seluruh rakyat
Indonesia.
Untuk
menanggulangi atau melawan penjajahan modern ini sangatlah diperlukan kesadaran
dari seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu, bersama-sama, seia-sekata dan
menyetarakan diri dalam bingkai yang telah diletakkan oleh Founding Fathers
kita dahulu, yaitu Kebangsaan. Bukanlah hal yang mudah untuk melawan sistem
penjajahan modern yang tidak tampak mata ini apalagi dengan dibuatnya Perjanjian
Internasional, Peraturan Internasional dll yang intinya tetap menguntungkan
Bangsa-bangsa yang sudah lebih dulu maju serta dahulunya adalah Bangsa yang
suka menjajah.
Jiwa
yang terjajah akibat dari penjajahan selama ratusan tahun yang pernah kita
alami dimasa lalu bisa menjadi salah satu hambatan terbesar kita dalam melawan
penjajahan modern termasuk juga ketergantungan kita terhadap Bangsa Asing.
Sebab dari mereka yang jiwanya masih terjajah inilah pihak asing akan masuk
(baca: mempengaruhi) dengan lebih mudah dan menguasai seperti yang telah
dijelaskan secara panjang-lebar diatas. Oleh sebab itu, Sejarah Bangsa tidak
boleh dilalaikan dan apapun yang telah diletakkan oleh Founding Fathers kita
terutama Formula Kebangsaan untuk mendirikan NKRI haruslah dijalankan dengan
seutuhnya serta tidak boleh dikhianati sedikitpun.
Sebab
yang terjadi sekarang ini hanyalah pengulangan dari masa lalu meskipun gaya dan
caranya berbeda. Founding Fathers kita juga sudah pernah mengalaminya serta
telah berhasil membawa Bangsa kita sampai kepada Kemerdekaan sehingga formula
tersebut telah terbukti keampuhannya. Semoga kita semuanya bisa segera
menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi dan mengambil sikap setia terhadap
segala hal yang sudah dibuat oleh Founding Fathers kita terutama dalam hal
Kebangsaaan sehingga politik adu-domba seperti yang dulu pernah terjadi dapat
ditangkal sedini mungkin demi kemakmuran, kesejahteraan, kedaulatan, kemajuan
dan keutuhan Bangsa tercinta.
Charles E. Tumbel.
---
Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru /
digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---