Minggu, 04 Desember 2016

Agama Adalah Kebajikan.

Beberapa hari yang lalu setelah saya menyampaikan ucapan selamat kepada teman-teman beragama lain yang sedang merayakan Hari Raya-nya, saya mendapatkan teguran dari seorang teman.

Inti dari teguran tersebut adalah larangan untuk menyampaikan ucapan selamat kepada orang yang beragama lain, karena dianggap ikut merayakannya. Meskipun bahasa saya sudah amat sangat jelas, yaitu "Selamat Bagi Yang Merayakannya!".

Saya menjadi bingung, heran, sedih, prihatin tetapi sekaligus kasihan kepada teman yang satu ini. Sebab pemikiran, kearifan, kebijaksanaan, kebaikan, jiwa, hati dan kehidupannya yang menjadi semakin sempit.

Agama adalah tuntunan dan pegangan hidup di dunia ini agar tercipta keadilan, keharmonisan, keseimbangan, kedamaian serta hal-hal yang positif lainnya yang berdasarkan kepada kebenaran yang terwujud di dalam setiap perbuatan nyata yang berupa kebaikan terhadap seluruh benda CiptaanNya.

Sehingga akhirnya dapat memperpanjang ilmu, pengetahuan, wawasan, pikiran dan umur selama masih hidup di dunia yang fana ini, sekaligus memudahkan perjalanan kita untuk menuju ke kehidupan yang selanjutnya.

Oleh karena itu, Agama mengajarkan kepada kita tentang kebijaksanaan di dalam kebenaran dan untuk senantiasa berbuat kebajikan yang tulus lagi ikhlas kepada sesama mahluk CiptaanNya, termasuk kepada lawan atau musuh sekalipun.

Toleransi adalah bagian dari kebijaksanaan di dalam kebenaran dan perbuatan yang berupa kebajikan.

Maka akan menjadi hal yang amat sangat bertolak-belakang, jikalau kita dilarang untuk menyampaikan ucapan selamat kepada sesama mahluk CiptaanNya. Apalagi hal tersebut merupakan perbuatan yang positif (menghormati dan menghargai), sekaligus bisa membuat serta membawa kebaikan bersama. Terutama di dalam menjaga keharmonisan dan kedamaian bagi sesama umat manusia, khususnya yang beriman kepada Tuhan YME.

Agama ada oleh sebab dunia ada, dunia ada oleh karena umat manusia ada dan umat manusia ada lantaran Sang Maha Pencipta ada.

Apakah ada 1 umat manusia yang bukan diciptakan OlehNya? Ataukah, apabila tidak sama keyakinannya dengan diri kita maka itu berarti dia bukan diciptakan OlehNya? Sehingga kita boleh untuk tidak menghormati dan menghargainya?

Apakah ada 1 umat manusia yang segalanya sama persis dengan umat manusia lainnya?

Ataukah memang umat manusia itu secara sengaja diciptakan untuk tidak sama alias berbeda-beda, sehingga mesti mau untuk saling mengenal, mempelajari, menerima, menghormati, menghargai dan mensyukuri segenap perbedaan yang ada?

Apakah ada 1 kata dari PerintahNya yang menyuruh untuk membenci dan memusuhi sesama mahluk CiptaanNya yang berbeda dengan diri kita, sehingga semuanya harus persis sama, kembar serta tidak boleh berbeda?

Ataukah malahan kita DiperintahkanNya untuk saling mengenal, mempelajari, menerima, menghormati, menghargai dan mensyukuri segala perbedaan yang ada serta diwajibkan untuk selalu berlomba-lomba di dalam berbuat kebajikan?

Agama bukanlah ciptaan kita, namun CiptaanNya. Jadi janganlah ditambahi, lebih lagi dikurangi dengan seenak akal picik dari pikiran kita sendiri.

Agama bukanlah untuk berlebih-lebihan, apalagi dipamer-pamerkan. Tetapi untuk dijalankan sesungguh-sungguhnya sesuai dengan (tidak lebih dan tidak kurang) PerintahNya demi membuktikan keimanan diri kita sendiri (bukan orang lain) KepadaNya. Yang mana hal tersebut pastinya akan membawa dampak kebaikan terhadap seluruh benda CiptaanNya.

Agama bukanlah untuk permusuhan dan memecah-belah sesama mahluk CiptaanNya. Namun untuk kebajikan dan mempersatukan serta mendamaikan seluruh mahluk CiptaanNya.

Agama bukanlah untuk mempersempit dan mempersulit diri di dalam berkehidupan di dunia yang fana ini. Tetapi untuk memperluas dan mempermudah perjalanan kita selama masih hidup di dunia yang fana ini.

Agama bukanlah untuk membangun kebencian oleh sebab perbedaan. Namun untuk membangun kecintaan KepadaNya di dalam perbedaan (sehingga akhirnya semua CiptaanNya bersatu untuk MenyembahNya).

Agama diciptakan bukanlah untuk dicintai (fanatik, sehingga terjadi perpecahan) tetapi untuk mencintai PenciptaNya (Sang Maha Pencipta, sehingga menjadi persatuan) melalui cara dan jalan yang benar, walaupun berbeda-beda sesuai dengan Kehendak serta HidayahNya.

Agama membuat kualitas kebaikan diri dari umat manusia menjadi lebih tinggi. Jadi semestinya setiap manusia yang mengaku sudah beragama adalah manusia yang lebih baik dari manusia yang masih belum beragama.

Dan yang lebih tinggi ilmu serta pengetahuannya, juga harus lebih tinggi pula kebaikan sekaligus kebijaksanaannya. Bukannya sebaliknya!

Oleh karena itu, tunjukanlah kualitas kebaikan diri kita di dalam setiap sikap, perkataan dan perbuatan. Sehingga orang bisa membedakan antara yang sudah beragama dengan yang masih belum beragama.

Gunakanlah selalu hati nurani yang bersih dan akal pikir yang jernih di dalam menjalankan setiap PerintahNya.

Bukan dari kepicikan akal pikir, lebih lagi ego yang selalu merasa sebagai yang paling terbenar sendiri.

Supaya hidup di dunia yang fana ini akhirnya menjadi terasa lebih nikmat, tenteram, tenang, sejahtera dan bahagia sebab kita memiliki banyak saudara di dalam kebajikan.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---