Selasa, 31 Januari 2012

Busana Bangsa, Cerminan Jiwa.

Pernahkah suatu ketika disaat sedang asyik melewati hiruk-pikuknya jalan raya tiba-tiba kita melihat seseorang yang bertelanjang bulat sedang berjalan kaki di tengah jalan?
Apakah hal yang pertama kali terbesit di dalam pikiran kita saat melihatnya?
Pasti yang terbesit pertama kali di dalam pikiran kita ialah adanya orang gila atau orang yang tidak waras pikirannya sedang berlalu-lalang ditengah jalan.
Lalu, apakah hal yang pertama kali akan kita perhatikan disaat berjumpa dengan seseorang, selain memperhatikan wajahnya?
Pasti penampilan dari orang tersebut, terutama busana yang sedang dipakainya.
Bagaimanakah kesan pertama kita disaat berjumpa dengan seseorang yang berpakaian compang-camping?
Pasti kita akan berpikir bahwa orang tersebut adalah seorang yang tidak mampu, gelandangan atau orang yang kurang peduli ataupun tidak terurus kehidupannya.
Bagaimanakah pula kesan pertama kita disaat berjumpa dengan seseorang yang berpakaian rapi?
Pasti kita akan berpikir bahwa orang tersebut adalah seorang yang intelek.
Namun tatkala kita sudah berkenalan dan berbicara dengan orang yang berpakaian rapi tadi, ternyata orang tersebut mempunyai kebiasaan berbicara yang tidak baik.
Apakah kita masih akan tetap berpikiran dan menganggap bahwa orang tersebut adalah seseorang yang intelek? Tentu saja tidak. 
Busana adalah hal yang sangat penting bagi diri kita juga bagi orang lain, terutama untuk menimbulkan kesan pada saat pertama kali bertemu. 
Demikian pula adanya dengan sebuah Negara yang memiliki Bangsa.
Sebuah Negara yang memiliki Bangsa harus juga memiliki “Busana” sebagai Jati Diri dari Budayanya.
Yang mana hal tersebut akan menjadi pegangan, landasan berpikir, ciri khas, cara hidup dan cerminan jiwa dari masyarakatnya pula.

Tidak Semua Bangsa Memiliki Budaya.
Jika kita mendapatkan kesempatan untuk berjalan-jalan atau mungkin hidup di Negara orang lain, maka kita akan bisa melihat dan memperhatikan bahwa pada dasarnya tidak semua Negara memiliki Bangsa apalagi Budaya Asli miliknya sendiri. 
Mungkin hanya ada beberapa Negara saja yang memiliki Bangsa dan Budaya yang tinggi, meskipun tidak setinggi yang seperti kita miliki disini. 
Kebanyakan Negara-negara lain hanya memiliki kesadaran yang tinggi atau mungkin hanya sekedar takut kepada hukum yang berlaku di Negaranya saja.
Atau juga karena pemahaman masyarakatnya di dalam urusan politik, hukum dan kemanusiaannya yang sudah tinggi jadi akhirnya seperti kelihatan sudah “Berbudaya”, padahal sebenarnya tidak. 
Kita sebagai Bangsa Indonesia seharusnya sangat bangga dan tetap  senantiasa melestarikan, menjaga, mempertahankan, melindungi serta mengamalkan Budaya milik Bangsa kita sendiri sampai akhir jaman nanti. 
Karena Bangsa-bangsa lain yang tahu tentang Budaya Bangsa kita yang tinggi ini saja, sangat ingin mempelajari dan meniru Budaya milik Bangsa kita.
Namun sayangnya Bangsa kita sendiri yang telah diwarisi secara turun-menurun oleh nenek-moyang, malah kurang menghargai dan tertarik dengan Budaya milik Bangsa kita sendiri.
Ini adalah hal yang amat sangat memprihatinkan dan mengenaskan bagi kita semuanya.
Terutama apabila suatu saat nanti, ternyata malah ada Negara lain yang menggunakan Budaya Asli milik Bangsa kita di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegaranya. 
Tentu saja kita semuanya pasti akan sedih dan tidak rela serta hanya akan membiarkan saja hal seperti ini terjadi.
Karena hal tersebut akan sangat menyakitkan dan melukai harga diri dari Bangsa kita sendiri.

Sejak Jaman Dahulu, Bangsa Kita Sudah Terkenal Sebagai Bangsa Yang Berbudaya Tinggi.
Sejak jaman dahulu kala, Bangsa kita sudah terkenal sebagai Bangsa yang memiliki Budaya yang tinggi. 
Kita memiliki kekayaan Bahasa dan tingkatannya yang dipergunakan secara berbeda-beda.
Kita memiliki cara berbahasa, baik secara kata maupun secara gerakan yang berbeda pada setiap situasi dan keadaan dimana tidak semua Bangsa lain memilikinya. 
Kita memiliki ajaran di dalam kehalusan Budi Pekerti dan Tata Krama, baik untuk menghormati diri kita sendiri maupun orang lain, yang Bangsa lain juga tidak memilikinya. 
Termasuk kita juga memiliki julukan atau panggilan untuk orang lain yanh sesuai dengan tingkatannya.
Belum lagi di dalam kearifan pemikiran, kebijaksanaan tindakan dan lain sebagainya.
Sungguh sangat kaya dan benar-benar luar biasa sesungguhnya khasanah Budaya yang asli milik kita Bangsa kita sendiri.
Namun mengapa saat ini seolah-olah kita lupa, malu dan gengsi untuk menggunakannya?
Tidakkah seharusnya kita lebih malu lagi karena menggunakan Budaya milik Bangsa lain yang notabene hanya kita jiplak seperti copy paste dan sama sekali bukan buatan kita sendiri?
Apalagi jikalau Budaya tersebut ternyata kasar, tidak sopan dan dapat melecehkan martabat Bangsa kita sendiri?
Bukankah menjadi hal yang sangat aneh apabila kita yang memiliki batu Berlian besar dari Martapura tetapi malah bangga dan lebih memilih batu Akik dari Negara lain yang tidak berharga? 
Jikalau memang benar hal ini terjadi maka berarti pola pikir, cara berpikir dan sudut pandang kita semuanya harus dirubah serta diperbaiki agar menjadi sadar juga tahu hal mana yang sebenarnya terbaik untuk Bangsa kita sendiri, Bangsa Indonesia.

Dampak Positif Juga Negatif Kemajuan Tehnologi.
Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa dengan bertambah majunya suatu daerah maka akan bertambah maju pula kehidupan masyarakat di daerah tersebut, terutama di dalam bidang teknologi.
Teknologi sebagai salah satu sarana terpenting di dalam kehidupan masyarakat yang modern ini memiliki dampak positif juga negatif.
Dampak positifnya dapat dilihat secara nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama dalam hal kemudahan komunikasi dan mencari informasi.
Tetapi dampak negatifnya hanya bisa kita rasakan apabila kita mau mencermatinya dengan teliti dan sungguh-sungguh saja.
Dampak negatif yang paling menonjol sebenarnya adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat kita saat ini. 
Gaya hidup masyarakat kita saat ini kian hari kian menjadi konsumtif, hedois, borjuis, individualis dan opportunis. 
Gaya hidup yang seperti ini akan sangat merugikan dan menghilangkan Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang mengajarkan gaya hidup yang kebalikannya.
Jikalau hal yang semacam ini  masih akan terus berkelanjutan maka akan rusak moral generasi penerus kita dan membawa keretakan pada tubuh Republik Indonesia yang tercinta ini pada akhirnya.
Serta akan punahnya Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang sesungguhnya amat sangat tinggi dan yang paling terbaik.
Oleh karena itu, kita sebagai Bangsa Indonesia harus segera menyadari apa yang sedang terjadi dan berani mengambil langkah antisipasi agar hal yang tidak diinginkan tidak sampai terjadi.
Tentunya hal ini tidak dapat dilakukan hanya oleh masyarakat saja ataupun hanya oleh Pemerintah saja. 
Akan tetapi Pemerintah sebagai fasilitator, regulator maupun eksekutor bersama-sama dengan masyarakat bersatu-padu untuk mengembalikan jiwa dan jati diri yang asli milik Bangsa Indonesia sendiri ini.

Untuk Apa Meniru Budaya Asing, Budaya Kita Saja Yang Diajarkan Ke Mereka.
Dengan kemajuan teknologi yang terjadi di seluruh dunia pada saat ini, khususnya yang terjadi di Negara kita yang tercinta ini, otomatis memudahkan masuknya Budaya Asing ke dalam kehidupan kita sehari-hari tanpa disadari.
Sesuatu hal yang buruk dan negatif itu akan lebih menarik serta mudah dicontoh daripada sesuatu hal yang baik dan positif.
Karena sebenarnya sesuatu hal yang baik dan positif itu sudah menjadi kebiasaan serta bagian dari Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang pada akhirnya menjadi tidak disadari.
Sedangkan hal-hal yang buruk dan negatif dari Budaya milik Bangsa Asing adalah sesuatu yang baru serta lebih menarik untuk dicoba karena tidak ada di dalam kebiasaan hidup kita sehari-hari.
Hal inilah yang membuat masuknya Budaya milik Bangsa Asing ke dalam kebiasaan hidup Bangsa kita menjadi lebih mudah. 
Yang lebih lucu lagi, Budaya milik Bangsa Asing yang buruk dan negatif kita serap tetapi Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang baik dan positif malah diserap oleh Bangsa Asing. Mestinya terbalik!
Meskipun tidak semua Budaya milik Bangsa Asing itu pastilah buruk dan negatif, tetapi juga ada yang baik dan positif namun alangkah lebih cerdasnya kita apabila disamping dapat melestarikan Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri sekaligus mengambil Budaya milik Bangsa Asing yang baik dan positif saja untuk memperkaya khasanah Budaya milik Bangsa kita sendiri.
Kesatuan dari Budaya-budaya itu tadi, dikemas menjadi Budaya yang lebih Universal dan kita sebar-luaskan serta tularkan kepada Bangsa-bangsa lain yang ada di dunia ini. 
Jadi akhirnya hanya Budaya milik Bangsa kita sendiri sajalah yang menjadi Soko Guru dari seluruh Budaya-budaya yang ada di seluruh penjuru dunia.
Mampukah kita melaksanakannya? 
Pasti mampu, asalkan Pemerintah sungguh-sungguh memperhatikan dan mengembangkan Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri serta bersatu-padu bersama seluruh lapisan masyarakat untuk menjalankan kehidupan yang Berbudaya. 
Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi dan membangkitkan diri kita semuanya di dalam membangun kembali jiwa-jiwa yang Berbudaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang sudah terkenal di seluruh penjuru dunia sejak jaman dahulu kala.
Charles E. Tumbel.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Ide Kegiatan Untuk "Hari Pendidikan Nasional".

Dalam rangka untuk lebih meningkatkan lagi kwalitas dan kwantitas kegiatan yang ada di Dinas Pendidikan Kota Surabaya serta juga demi tercapainya sasaran kegiatan terutama dalam membangun dan membentuk jiwa pelajar Surabaya sebagai “Pelajar Kota Pahlawan”. Maka dipandang sangat perlu untuk menyisipkan “pesan-pesan” yang akan lebih menambah nilai Nasionalisme, Patriotisme dan Heroisme lagi di setiap kegiatan-kegiatan, baik yang sudah ada maupun yang dianggap perlu untuk diadakan.
Surabaya sejak jaman dahulu kala sudah terkenal sebagai kota para pejuang dan pahlawan. Tetapi seiring dengan kemajuan dan berkembang majunya kota Surabaya, maka semakin melunturkan nilai-nilai kejuangan dan kepahlawanan kita. Hal ini mungkin disebabkan oleh semakin banyaknya budaya asing yang masuk ke dalam kehidupan warga kota Surabaya tanpa kita sadari. Ataupun jika kita telah menyadarinya, maka kita sudah tidak mampu lagi untuk membendungnya. Oleh karena hal tersebut di atas, maka Dinas Pendidikan Kota Surabaya sebagai Motor Utama dari bergeraknya pendidikan termasuk kebudayaan didalamnya yang ada di kota Surabaya tercinta ini harus selalu mengutamakan pembangunan sejarah, budaya, nilai kejuangan dan kepahlawanan bagi para pelajar sebagai generasi penerus bangsa agar nantinya jiwa-jiwa nasionalis, patriotis serta herois yang berbudaya selalu tertancap sangat dalam di setiap jiwa generasi yang akan memimpin diwaktu mendatang.
Kegiatan-kegiatan yang mungkin bisa menambah nilai Nasionalisme, Patriotisme dan Heroisme pada “Pelajar Kota Pahlawan”, antara lain :

1.   “Drama Wayang Teatrikal” untuk Hari Pendidikan Nasional.
Setiap sekolah membentuk 1 team untuk melakukan drama singkat mengenai sebuah sejarah apapun (tema dapat berganti setiap tahun).
-    1 orang siswa menjadi narator yang mempresentasikan melalui media berupa foto-foto atau projector (dokumenter), sementara lainnya menampilkan sebuah drama singkat yang menarik di setiap 1 bab setelah sebuah narasi berakhir.
-    Iringan dan pakaian disiapkan oleh peserta sesuai dengan tema drama yang diperankan.
Contoh      : Tema “Sejarah Sekolah”.
Drama singkat mengenai asal muasal sekolah mereka berdiri. Kenapa, siapa saja, untuk apa dan bagaimana kisahnya hingga menjadi sebuah sekolah. Sumber bisa dari kepala sekolah, guru-guru, buku sejarah, sesepuh sekolah, pihak yayasan, dll yang harus bisa dipertanggungjawabkan (bukan fiktif) sambil mereka hayati dengan sungguh-sungguh sehingga bisa diperankan dengan sebaik-baiknya saat pentas, seolah-olah merekalah pendiri-pendiri sekolah tersebut pada masa itu.

2.   Lomba Pidato “Aku Adalah …….”.
Setiap peserta menganggap dirinya sebagai salah satu Pejabat Negara (tema dapat berganti setiap tahun) dan menyampaikan visi-misinya untuk membangun Negara.
-    Pakaian / kostumsemenarik mungkin sesuai dengan tema yang sedang diperankan (diutamakan seidentik mungkin dengan peran Pejabat yang sedang diusung atau pakaian batik lengan panjang dengan berpeci hitam nasionalis).
-    Dilakukan tanpa teks.
Contoh      : Tema “Presiden”.
Peserta berpidato seolah-olah menjadi Presiden yang sedang berbicara pada rakyatnya, menyampaikan apapun visi-misinya untuk kemajuan Negara.
Tema bisa menjadi apapun, termasuk Gubernur, Walikota, Anggota DPR, Ketua KPK, dll.

3.   Lomba Menggambar “Peristiwa Sejarah”.
Dikhususkan bagi para pelajar jenjang TK dan SD. Setiap peserta menggambar sebuah peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Indonesia.
Contoh      : Peristiwa perobekan bendera Merah Putih, penembakan Jenderal AWS                           Mallaby, suasana perang 10 November, tokoh pahlawan Nasional, peristiwa                    proklamasi, kerja rodi, dll.
Ditujukan agar mereka mulai tertarik dan mencari sebuah sejarah yang berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia, khususnya yang berasal dari Kota “Pahlawan” Surabaya.

4.   Lomba Poster Kreatif “Perjuangan”.
Setiap peserta membuat / mengumpulkan sebuah poster dengan teknologi computer (tema dapat berganti setiap tahun). Buat semenarik mungkin.

5.   Lomba “Cerdas Cermat Kota Pahlawan”.
Setiap sekolah mengirimkan 1 team untuk mengikuti Cerdas Cermat. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup berbagai kategori : Pengetahuan alam, Pengetahuan umum, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Matematika terutama di titik-beratkan pada Sejarah Perjuangan Kemerdekaan. Dengan presentasi 60-40 untuk Sejarah Perjuangan.

6.   “Spelling Bee Competition”.
Dikhususkan bagi para pelajar jenjang TK dan SD. Lomba untuk mengeja kata-kata yang sulit dalam bahasa Inggris dan bahasa Jawa.

7.   “Mading Kreatif Kota Pahlawan”.
Setiap sekolah mengirimkan 1 team untuk membuat majalah dinding di tempat itu langsung dengan artikel dan model mading yang menceritakan tentang perjuangan, budaya atau sejarah bangsa. Buat sekreatif mungkin, dapat berwujud 2D, 3D, 4D (tema dapat berganti setiap tahun).
8.   Lomba / pameran “Kerajinan Anak Bangsa”
Setiap sekolah membuat beberapa kerajinan tangan yang sederhana namun Khas Indonesia. Dapat dijadikan pameran terbuka dan ajang jual-beli yang dapat memancing kreativitas dan produktivitas siswa.
Contoh      : Gantungan kunci, tikar dari anyaman bambu, kain batik, lukisan, dll.

Untuk semakin menambah nilai dan bobot dari kegiatan-kegiatan ini maka tempat kegiatan lebih baik jika diadakan di tempat-tempat bersejarah terutama bekas rumah Pahlawan Nasional yang ada di Surabaya serta para peserta juga dianjurkan untuk mengenakan pakaian batik lengan panjang dengan peci hitam nasionalis atau pakaian tradisional kedaerahan atau pakaian ala pejuang di era Perjuangan Fisik 1945-1950 sesuai dengan tema yang akan mereka bawakan.


--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Selasa, 24 Januari 2012

Masa-masa Kritis Dalam Proses Perubahan.

Meningkatnya suhu politik di Negara kita tercinta Indonesia akhir-akhir ini, bisa kita amati dari maraknya aksi-aksi unjuk rasa di berbagai daerah dan kota-kota yang ada di wilayah Negara kita tercinta Indonesia saat ini. Hal ini mungkin bisa untuk menunjukkan bahwa saat ini kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, terutama kepada pemegang kekuasaan tertinggi Negara kita tercinta sedang menurun sangat tajam. Sebenarnya kalau kita mau lebih cermati lagi, gejala ini sudah terasakan sejak menguaknya kasus skandal Wisma Atlet yang menyeret nama-nama pejabat atau orang-orang penting di Negara kita tercinta yang kebetulan berada dekat disekitar pemegang kekuasaan tertinggi kita. Apalagi sebelumnya sudah ada kasus skandal Bank Century yang masih dianggap belum tuntas penyelesaiannya oleh masyarakat dan menimbulkan pertanyaan besar yang tak terjawab di pikiran hampir setiap masyarakat. Dampak dari terbongkarnya kasus-kasus skandal yang menyeret banyak nama orang penting itu, jelas amat sangat mengecewakan dan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah saat ini karena rakyat sebelumnya sudah sangat yakin dan percaya pada Era Baru yang sangat diharapkan gebrakannya dalam memperbaiki kehidupan bernegara terutama dalam keadilan serta kesejahteraan masyarakat. Kesemuanya ini lebih diperparah lagi dengan banyaknya kejadian-kejadian tragis dimana tindakan-tindakan yang sangat represif dari pihak berwenang yaitu aparat keamanan kepada masyarakat sehingga menimbulkan kesan kekuasaan rakyat dinodai, rakyat kecil hanya dijadikan korban, hukum ditegakkan tidak seimbang dan tidak adanya keadilan bagi rakyat jelata. Yang akhirnya bukan lagi menyebabkan timbulnya ketidakpercayaan masyarakat tetapi kecemasan dan ketakutan masyarakat kepada pemerintah.

Sebuah Langkah Besar Dan Maju Tapi Belum Semua Unsur Siap Menghadapi.
Reaksi kecemasan dan ketakutan masyarakat ini diwujudkan dalam bentuk aksi-aksi unjuk rasa oleh masyarakat biasa / awam yang saat ini sedang marak terjadi di berbagai daerah, bukan lagi hanya oleh kalangan mahasiswa atau aktivis pemuda seperti dulu. Sebenarnya hal ini adalah sebuah langkah besar dan maju dalam kesadaran berpolitik masyarakat di Era Demokrasi yang sesungguhnya ini. Sehingga rakyat jelata sudah berani menyampaikan aspirasinya secara terang-terangan dan apa adanya. Meskipun pastinya penyampaian aspirasi tersebut tidak boleh diungkapkan secara kasar apalagi anarkis. Namun hal seperti itu saat ini akan sangat sulit dijalankan mengingat yang turun dalam unjuk rasa-unjuk rasa tersebut adalah masyarakat umum langsung yang jelas memiliki perbedaan latar belakang budaya, pendidikan, sosial dan lain sebagainya. Seharusnya sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menampung dan menerima aspirasi dari semua unsur masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara. Kita harus berani dan jujur mengakui bahwa demokrasi yang saat ini bisa berjalan serta terjadi di Negara kita tercinta Indonesia adalah dibawah kepemimpinan Presiden SBY. Juga harus berani dan jujur kita akui pula bahwa terungkapnya praktik-praktik besar korupsi, kolusi dan nepotisme yang ada di pemerintahan Negara kita tercinta Indonesia selama ini oleh KPK atau pihak-pihak yang berwenang lainnya adalah juga di era Kepresidenan SBY pula. Padahal sebenarnya sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bagi kita semua bahwa praktik-praktik KKN yang terjadi seperti saat ini di Negara kita tercinta Indonesia, sesungguhnya bukanlah hal yang baru. Tetapi sudah terjadi dan ada sejak jaman pemerintahan dahulu, namun saja karena KPK baru adanya pada masa pemerintahan sekarang maka dapat terbongkarnya praktik-praktik KKN itu juga baru saat ini.

Sepertinya Tidak Didukung Tapi Harus Cepat, Berani Dan Tegas Bertindak.
Sebagai penanggungjawab tertinggi jalannya pemerintahan dari sebuah Negara yang besar baik penduduknya, wilayahnya maupun sumber daya alamnya tentunya Presiden SBY tidak bertanggungjawab dalam menjalankan pemerintahannya hanya seorang diri saja. Namun harus dibantu oleh para pembantu-pembantunya, yaitu para Menteri beserta wakil-wakilnya dan juga para Dirjen agar semua organ yang ada didalam pelaksanaan pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan fungsinya secara optimal serta maksimal. Jika kita perhatikan secara seksama maka kelihatannya Presiden SBY dalam menjalankan roda pemerintahannya ini, sepertinya hanya sendirian saja atau One Man Show. Sedangkan Wakil dan para Menteri beserta jajarannya, kelihatannya hanya pasif atau kurang kelihatan greget serta action- nya. Dari masalah besar sampai ke masalah kecil yang tampil di media massa untuk menjelaskan kepada masyarakat malah kebanyakan Presiden SBY sendiri, bukan juru bicara atau Menteri yang bersangkutan dengan masalah tersebut, Tentunya sebuah sistem tidak akan bisa berjalan dengan baik, jika semua pihak yang saling terkait didalamnya tidak mampu bekerjasama dengan kompak. Mungkin hal ini terjadi dikarenakan kompromi politik didalam penyusunan dan pembentukan Kabinetnya, yang tidak disusun dan dibentuk berdasarkan The Right Man in the Right Place. Apalagi malah ditambahi dengan kasus-kasus dari “orang dekat” yang semakin menjatuhkan nama atau citra pemerintahannya saja. Presiden SBY selaku penanggungjawab tertinggi dari jalannya pemerintahan yang telah diamanahi oleh seluruh rakyat Indonesia harus berani dan tegas dalam menindak orang-orang yang diduga bersalah serta cenderung merusak kewibawaan yang sudah “tercitrakan” bersih serta bebas KKN. Meskipun hal itu jelas harus mengorbankan orang-orang terdekat yang ada disekitarnya sendiri karena dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat dan menjatuhkan kewibawaan Presiden SBY sendiri. Sekaligus sebagai bukti kepada masyarakat luas bahwa Presiden SBY adalah Presiden yang konsisten dalam pemberantasan KKN di Indonesia dan memiliki atensi serta komitmen yang sangat kuat terhadap perbaikan keadilan serta kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini jika dapat dilakukan secara cepat, berani dan tegas maka akan dapat segera mengangkat citra serta kewibawaan pemerintahan terutama citra dan wibawa Presiden SBY lagi.

Waspadai Disintegrasi Dan Belajarlah Dari Sejarah.
Unjuk rasa atau segala bentuk upaya yang dilakukan untuk menyampaikan aspirasi yang ada di masyarakat adalah sebuah hal yang benar dan sangat positif serta menunjukkan jalannya sebuah Negara demokrasi. Tentunya hal seperti ini harus didukung, didorong dan dikembangkan terus agar Negara kita tercinta Indonesia bisa benar-benar menjadi sebuah Negara demokratis serta akhirnya rakyat bisa menjadi tuan di rumahnya sendiri. Tentunya segala sesuatu harus melalui proses didalam pembentukannya dan saat ini adalah salah satu dari titik puncak proses pembentukan demokrasi seutuhnya di Negara kita tercinta Indonesia, jadi kita harus bisa menghormatinya karena proses ini harus bisa kita lalui bersama dengan saling bergandeng tangan. Sebab jika kita ternyata tidak mampu melalui proses ini dengan saling bergandengan tangan maka disintegrasi akan menjadi malaikat maut yang setiap saat akan menghancurkan kita. Negara kita sangat kaya dan Negara besar lain selalu melirik untuk menguasai kita, jika kita salah arah maka dengan senang hati serta setiap saat mereka akan menguasai kita dan itu akan lebih mudah bagi mereka jika kita sudah hancur / disintegrasi, hal ini harus selalu kita ingat. Jika unjuk rasa yang saat ini sedang marak terjadi disebabkan oleh ketidakpercayaan, kecemasan dan ketakutan masyarakat terhadap pemerintah saja, maka pemerintah harus bisa segera mengambil langkah riil dan konkrit untuk menenangkan serta menentramkan masyarakat. Tetapi apabila unjuk rasa yang dilakukan saat ini hanya bertujuan untuk menjatuhkan Pemimpin Negara saja atau malah untuk merongrong Negara yang dampaknya bisa mengakibatkan disintegrasi bangsa, maka akan menjadi sebuah preseden yang sangat buruk dalam sejarah bangsa kita dan menghancurkan kita semua. Karena hal tersebut sudah bukan diartikan sebagai demokrasi lagi tetapi pemaksaan kehendak. Hal seperti itu tidak boleh terjadi di Negara kita tercinta Indonesia ini, karena preseden tersebut akan berulang dan berulang lagi sehingga nantinya pemerintahan tidak bisa berjalan dengan baik apalagi berakhir sesuai dengan masa bhaktinya sesuai amanat Konstitusi serta memicu disintegrasi bangsa.
Kita harus ingat dan sadar bahwa bangsa kita ini terdiri dari Sabang sampai Merauke, 17.000 lebih pulau-pulau, 200 lebih suku dan bahasa serta lebih dari 250 juta penduduk jadi akan amat sangat sulit untuk menyatukan persepsi apalagi menyamakan keadaan yang satu dengan yang lainnya. Yang bisa dilakukan hanya membuat suatu kebijakan besar yang menjadi standard Nasional untuk kepentingan bersama dan dari pemikiran bersama saja. Apabila perkembangan dari demokrasi ini bukan lagi menuju kepada kesatuan dan persatuan NKRI tapi malah menuju kearah disintegrasi bangsa maka demi Sang Saka Merah-Putih, Pancasila, NKRI dan UUD 1945 Tentara Nasional Indonesia sebagai penjaga pertahanan Negara harus tampil untuk menjaga serta mempertahankannya. Karena sudah menjadi tugas, kewajiban dan tanggung jawab dari Tentara Nasional Indonesia untuk menjaga dan mempertahankan NKRI sesuai dengan Dasar Berdirinya NKRI pada 17 Agustus 1945. Mungkin hal ini bisa dianggap sebagai sebuah pemikiran yang berlebihan dan terlampau jauh, namun menjaga serta mencegah hal-hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi adalah lebih baik daripada membiarkannya. Jika kita mau mengingat sejarah yang pernah terjadi di Negara kita Indonesia tercinta ini, terutama mengingat kembali masa kepemimpinan Presiden kita dulu yaitu Almarhum Pak Harto. Maka kita akan mengingat bahwa Almarhum Pak Harto dulu adalah pribadi yang baik dan murah senyum terhadap rakyat, namun orang-orang disekitar dirinyalah yang akhirnya memicu jatuhnya Era Kepemimpinan Pak Harto. Semoga Presiden kita saat ini, Bapak SBY mau mengambil hikmah dari sejarah jatuhnya Almarhum Pak Harto dan memperbaiki kesalahan yang dulu sudah pernah terjadi.



--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Kamis, 12 Januari 2012

Batas Demokrasi Bagi Rakyat Indonesia.

Sunguh ironis melihat banyaknya aksi anarkis dengan segala macam kekacauan yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia belakangan ini. Apa lagi kejadian tersebut akhirnya berujung pada bentrokan fisik yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Indonesia merupakan negeri yang kaya-raya, subur dan berlimpah. Dengan apa yang telah kita miliki ini, semestinya dapat membuat rakyat hidup damai dan sejahtera. Namun mengapa yang terjadi malah sebaliknya?
Pertanyaan pertama yang muncul di benak kita, mengapa harus terjadi aksi-aksi yang merugikan diri sendiri dan merusak Negara kita sendiri? Apakah ini yang dinamakan krisis moral? Atau bangsa Indonesia yang begitu sangat kita cintai ini sedang mengalami krisis kepercayaan kepada pemerintah, sehingga membuat amarah rakyat tidak dapat dibendung lagi? Ataukah hanya pemahaman kita tentang demokrasi yang salah kaprah dan kebablasan?

Makna dasar sebuah demokrasi.
Sesuai dengan Demokrasi Pancasila yang kita anut dan berdasarkan UUD 1945, bahwa setiap usaha pemecahan masalah harus diselesaikan melalui musyawarah mufakat yang adil, jujur dan bijaksana demi kepentingan serta kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Indonesia kini bukan lagi Negara yang harus terdoktrin dengan kekuasaan petingginya. Sesuai dengan makna dasar dari demokrasi itu sendiri adalah bentuk pemerintahan yang mengutamakan kedaulatan rakyat. Jadi rakyat jelas memiliki hak penuh dalam berdaulat baik pada kehidupan bernegara, bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Sedangkan pemerintah hanya menjalankan amanat rakyat sesuai dengan konstitusi dan Undang-Undang yang berlaku di Negara tersebut.
Namun kini, makna sebuah demokrasi di Negara kita tercinta ini sepertinya sudah kehilangan roh utamanya. Mungkin pemerintah lupa bahwa sebuah penyampaian aspirasi yang dilakukan rakyat tidak tergantung pada seberapa besar warga yang mereka bawa, tidak tergantung pada jenis aksi damai yang mereka lakukan, dan tidak tergantung pada siapa yang mereka seru-serukan. Namun semua itu tergantung pada apa yang mereka keluhkan. Jika tidak ada sesuatu hal yang tidak adil, untuk apa mereka harus menyusahkan dan merugikan diri mereka sendiri dengan aksi seperti itu? Pastinya seperti kata pepatah bijak, “tiada asap kalau tidak ada api”.
Sebuah aspirasi yang disampaikan sejatinya pasti bertujuan untuk sebuah perubahan yang mengarah pada kebaikan atau kepentingan orang banyak. Secara teoritis, dalam hal penyampaian aspirasi rakyat kepada pemerintah adalah dengan cara terbuka dan apa adanya menyampaikan maksud tujuan mereka, bertukar pendapat dengan pihak pemerintah hingga akhirnya dapat menemukan titik temu antar kedua belah pihak. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik, pastilah Negara kita tercinta ini akan dapat menjadi lebih makmur dan sejahtera.

Kasus yang terjadi di Indonesia.
“Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”, sebuah slogan yang diibaratkan Abraham Lincoln sebagai makna sebuah demokrasi. Kini apakah Indonesia masih diyakini menjalankan hal tersebut? Pada sekian banyaknya tuntutan dari sebuah demonstrasi yang terjadi di Indonesia sejak tumbangnya Orde Baru, mungkin hanya sebagian kecil saja yang mendapat perhatian khusus dan tanggapan lebih dari pemerintah. Mengapa? Kepentingan pribadi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang mungkin menjadi penyebab utamanya. Bahkan tak jarang, untuk menolak suatu aspirasi rakyat, pemerintah menggunakan cara kekerasan yang tidak sepatutnya terjadi.
Menengok peristiwa yang baru-baru ini terjadi, yaitu peristiwa Mesuji dan Bima. Adalah sebuah pelanggaran HAM yang sangat berat telah terjadi. Hanya karena sebuah aspirasi yang ingin disampaikan rakyat, maka harus terjadi bentrokan fisik dan korban jiwa. Ironisnya, hal tersebut terjadi antar sesama Warga Negara Indonesia, disaat kita semua seharusnya bersatu-padu untuk mendukung pembangunan Negara dari krisis moneter yang telah berlarut dan mendukung pemberantasan KKN yang telah sangat merusak kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri kita tercinta ini. Jaminan atas hak asasi manusia adalah merupakan prinsip dasar dari demokrasi. Jika hal ini dihilangkan, maka Negara tersebut sudah tidak dapat dikatakan sebagai Negara yang demokratis lagi. Dan para pemimpinnya pun tidak akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat lagi, apalagi dianggap sebagai pemimpin rakyat.
Pada peristiwa Mesuji, rakyat yang telah kehilangan hak berlindungnya hanya ingin menuntut agar bisa mendapatkan ganti rugi yang setimpal. Suatu permintaan yang sangat wajar disaat seluruh tempat beraktivitasnya harus digusur demi kepentingan sebuah perusahaan. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekolah yang hanya menjadi satu-satunya sarana pendidikan di wilayah tersebut juga tidak luput dari penggusuran. Padahal pendidikan merupakan hal terpenting di dalam pencerdasan kehidupan bangsa dan berhak diterima oleh seluruh Warga Negara Indonesia tanpa pengecualian, sesuai dengan jaminan yang tertulis di dalam UUD 1945. Dan dari pendidikan itulah nantinya akan tercetak generasi muda pemimpin bangsa yang dapat mengemban kekuasaannya sesuai dengan keinginan rakyat. Pemerintah harus serius dengan hal tersebut, karena pemimpin yang baik tidak akan mungkin membodohkan rakyatnya sendiri.
Sedangkan pada peristiwa Bima, rakyat hanya menuntut agar sumber mata air mereka tidak tercemar atau terkena dampak negatif dari penambangan dan hasil kekayaan bumi Indonesia khususnya yang ada di wilayah mereka, tidak dikuasai oleh perusahaan asing. Sudah menjadi rahasia umum jika kekayaan alam Indonesia memang sudah tersohor dan dikenal dunia sejak jaman dahulu kala. Hal ini jugalah yang membuat Belanda dengan beringas menjajah Negara kita selama 350 tahun, hingga akhirnya kedudukannya digantikan Jepang yang juga tergiur dengan kekayaan alam kita. Mungkin sudah banyak pihak-pihak asing yang kini menduduki wilayah Indonesia yang dinilai sangat potensial dan kaya. Namun kekayaan alam Indonesia belum juga habis, kita tidak boleh membiarkan lebih banyak lagi pihak asing yang menguasainya karena lambat-laun juga pasti akan habis dan anak-cucu kita akan jatuh miskin.
Mengerucut pada dua peristiwa tersebut di atas, maka yang dilakukan rakyat secara psikologis pada alam bawah sadar mereka, sebenarnya adalah mereka telah melakukan sebuah pemberontakan terhadap pihak asing yang ingin menguasai kekayaan alam bumi kita. Dan mereka hanya menuntut kesejahteraan yang selama ini dirasa belum didapatkan apalagi dinikmati. Suatu pemerintahan yang berdaulat, jujur, adil dan bersih menjadi satu-satunya solusi jika ingin mensejahterakan rakyat. Pemimpin Negara tidak boleh hanya mengutamakan kepentingan politik saja. Seluruh aspek harus diputuskan secara musyawarah, baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya maupun politik itu sendiri. Menurut survey yang dilakukan berbagai lembaga pemerhati pemerintahan, dikatakan bahwa kepercayaan rakyat kepada pemerintah semakin menurun. Karena itu pemerintah harus segera melakukan perubahan yang signifikan.

Batas Demokrasi.
Menyerang warga dengan senjata tempur yang mematikan adalah hal yang sangat fatal. Alasan menegakkan hukum boleh saja digunakan oleh aparat jika memang warga sudah melampaui batas hukum yang berlaku di dalam menyampaikan aspirasinya. Namun cara-cara yang digunakan tentu harus sesuai dengan prosedur yang berlaku, terutama pendekatan secara kekeluargaan. Apalagi dalam hal ini warga hanya berselisih paham dengan penguasa setempat, adalah hal yang sangat biasa saja semestinya. Seharusnya tindakan represif aparat kepolisian ataupun aparat keamanan Negara lainnya tidak diperuntukkan bagi para sesama Warga Negara, karena tugas yang sebenarnya adalah mengayomi rakyat. Seperti tertulis pada Q.S. Al-Quran, Surat Al-Maidah, Ayat 8, “Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu berdiri tegak di atas kebenaran yang adil semata-mata karena Allah dalam memberikan kesaksian. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, sampai mempengaruhi dirimu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Karena itu, bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Mungkin bangsa Indonesia harus belajar dari berbagai peristiwa reformasi yang terjadi di Timur Tengah. Kekerasan pada rakyatnya atas dasar apapun tidak akan mendapat apresiasi dan simpati dari kacamata seluruh dunia apalagi rakyatnya sendiri. Yang terjadi justru perpecahan pada Negara itu sendiri dan perang saudara, apalagi kalau sudah ada intervensi dari pihak asing. Tentu kita tidak ingin adanya campur tangan dari pihak asing manapun terutama yang memiliki kepentingan sangat besar di Negara kita. Untuk itu Undang-Undang yang memperjelas tentang kesejahteraan dan keikut-sertaan rakyat dalam pengelolaan hasil bumi di daerahnya harus segera dibahas, dibuat dan disahkan, kebijaksanaan untuk menciptakan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan harus dapat segera direalisasikan agar tidak terjadi banyak pengangguran dan kekerasan dalam bentuk apapun serta oleh siapapun haruslah dilarang dengan tegas, kecuali kepada teroris tentunya. Semuanya ini hanya bisa dijalankan oleh pemerintahan yang bersih saja.
Jika kita mau mengingat kembali sejarah panjang perjuangan para Founding Father kita dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidakkah hati kita seharusnya tergugah? Utamakan rakyat, utamakan rakyat, utamakan rakyat!

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Kamis, 05 Januari 2012

Kesadaran Dalam Berkendara.

Jika kita amati, hampir setiap saat di kala kita sedang berkendara di tengah jalan raya maka pasti terdengar suara sirine dari berbagai kendaraan darurat seperti ambulance, pemadam kebakaran, maupun mobil polisi. Namun ironisnya, jika hal semacam ini terjadi di jalan-jalan kota besar yang tengah padat dengan hilir mudik kendaraan, maka banyak di antara kita yang dengan egoisnya malah sengaja tidak mau mengalah. Bahkan cenderung menghalang-halangi karena merasa terganggu atau terusik dengan keberadaan kendaraan darurat tersebut. Mungkin hal ini terjadi karena kita selalu merasa bahwa diri kita juga penting sehingga kendaraan darurat pun harus mau mendahulukan kita. Padahal apakah kita pernah menyadari keadaan darurat seburuk apa yang sedang terjadi atau harus mereka kejar atau harus mereka selamatkan? Bukan tidak mungkin nyawa seseorang lah, atau bahkan orang satu kampung yang sedang menjadi taruhannya. Dan alangkah baiknya jika Pemerintah menyiapkan payung hukum dengan tujuan mengutamakan kepentingan umum yang bersifat darurat daripada kepentingan pribadi. Kalaupun sudah ada, maka harus segera dijalankan secara tegas agar menambah kemaslahatan bagi kita semua. Apa salahnya jika kita mau mengalah hanya 30 detik saja tapi demi menyelamatkan 1 rumah apalagi 1 kampung? Atau bahkan nyawa seseorang? Atau buron yang sedang dikejar? Karena pada dasarnya saling membantu, menolong dan menyelamatkan adalah merupakan kewajiban dasar bagi kita setiap umat manusia sebagai sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---