Jumat, 28 Desember 2012

Festival Seni Dan Budaya Nusantara.

Negara kita yang sangat luas dan terdiri dari banyak Suku juga memiliki beraneka-ragam Tradisi serta Budaya. Budaya kita terutama Seni sudah terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia. Nenek-moyang kita yang dengan kearifannya telah mewariskan begitu banyak Budaya luhur haruslah kita hargai dan hormati dengan melestarikan warisannya tersebut. Kita sangat beruntung telah mendapatkan begitu banyak warisan tanpa perlu berjuang apalagi berkorban, maka menjadi sebuah kewajiban dan tanggungjawab bersama dalam menjaga serta mengembangkan semua tinggalan kekayaan yang tak ternilai tersebut. Pemerintah sebagai pelaksana sekaligus pemegang tanggungjawab Negara harus memotivasi serta memfasilitasi pelestarian warisan Bangsa kita ini.
Motivasi dan fasilitas yang diberikan Pemerintah haruslah secara merata dan terpadu dengan tidak membeda-bedakan daerah. Sangatlah penting bagi generasi muda sebagai Penerus Bangsa untuk mengenal dan melestarikan Budaya Bangsa terutama jikalau hal tersebut positif serta dapat membawa prestasi juga nama baik untuk dirinya sendiri, daerahnya apalagi Negaranya. Motivasi dan fasilitas untuk mengembangkan serta melestarikan Budaya Bangsa ini harus berjalan dengan berkesinambungan dan digerakan dari lingkup yang paling kecil atau setingkat Kelurahan hingga lingkup yang paling besar atau secara Nasional, malah bila perlu hingga ke tingkat Internasional. Sebab sepertinya belum ada lomba Seni dan Budaya yang diselenggarakan secara Internasional.
Setiap daerah, dari Sabang sampai Merauke memiliki Seni dan Budaya yang berbeda-beda, unik serta menarik. Seni dan Budaya yang ada, harus senantiasa dijaga serta dirangsang agar menjadi berkembang. Dengan semangat Otonomi Daerah yang saat ini sedang berlangsung di Negara kita maka seyogyanya setiap Kota atau Kabupaten wajib memiliki minimal 1 bentuk karya Seni atau Budaya yang akan menjadi Ciri Khas dari daerah tersebut. Karya Seni yang menjadi binaan dari tiap Kota atau Kabupaten harus diambil dari Seni dan Budaya yang benar-benar murni berasal dari daerah setempat. Bisa berupa seni tari, seni musik, seni suara dan lain sebagainya, baik yang perorangan maupun yang berkelompok. Yang terpenting adalah asli / murni dari daerah tersebut.
Seperti contohnya yang ada di Surabaya ialah Tari Ngremo dan Seni Ngidung. Tari Ngremo atau Seni Ngidung ini, bisa dibina oleh Kelurahan setempat dan dilombakan pada tingkat Kecamatan. Setelah menang pada tingkatan Kecamatan maka akan dilombakan lagi pada tingkat Kotamadya. Pemenang pada tingkatan Kotamadya akan diadu lagi dengan karya Seni atau Budaya yang ada di Kabupaten atau Kotamadya lain (bentuk karya Seni atau Budayanya tentu tidak sama dan juga telah memenangkan lomba-lomba mulai tingkatan Kelurahan hingga Kotamadya atau Kabupaten setempat) pada lomba di tingkatan Provinsi. Setelah menang pada tingkatan Provinsi ini, disetiap awal bulan Agustus diadakan Lomba / Festival Seni dan Budaya secara Nasional atau Nusantara.
Kenapa Festival Seni dan Budaya Nusantara ini harus diadakan pada awal bulan Agustus? Sebab supaya Pemenang dari Festival Seni dan Budaya Nusantara ini dapat menampilkan keindahannya disaat Upacara Kenegaraan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang mana dihadiri oleh seluruh pejabat Negara juga perwakilan Negara lain yang ada di Negara kita. Akan menjadi semangat, motivasi dan kebanggaan yang luar biasa apabila setiap pemenang dari lomba ini mendapatkan kesempatan untuk tampil pada acara-acara Kenegaraan. Dan dengan demikian setiap daerah pasti akan berlomba-lomba untuk membina serta melestarikan Seni atau Budaya setempat agar dikenal secara luas dan menjadi kebanggaan dari daerah tersebut tentunya.
Jikalau Festival Seni dan Budaya ini telah dapat berlangsung dengan baik didalam negeri apalagi hingga berhasil menghidupkan Seni dan Budaya daerah maka Festival Seni dan Budaya ini dapat ditingkatkan tidak hanya secara Nasional saja tetapi secara Internasional. Sebab sepertinya belum ada Festival Seni dan Budaya yang berskala Internasional padahal disetiap Negara pasti memiliki Seni dan Budayanya masing-masing. Festival Seni dan Budaya ini, tidak saja diperuntukkan bagi orang umum tetapi juga pelajar SD, SMP, SMA serta mahasiswa atau bahkan antar sekolah jika memungkinkan. Agar nantinya generasi penerus kita ke depan benar-benar tahu, bisa dan mampu melestarikan sekaligus memiliki kebanggaan serta kecintaan terhadap Seni dan Budaya yang ada.
Mungkin saat ini sudah ada Festival Permainan Tradisional, padahal kalau tidak salah di KONI juga telah berdiri Persatuan Olahraga Tradisional yang kelihatannya hampir mirip dengan permainan tradisional (mohon maaf apabila saya salah). Jikalau memang betul mirip, apa tidak sebaiknya satu Instansi saja yang membina sekaligus mengadakan lomba untuk permainan atau olahraga tradisional tersebut? Seni dan Budaya lebih luas bernilai tinggi, khas tapi juga universal (permainan dan olahraga tradisional termasuk didalamnya), jadi mengapa tidak sekalian saja kita mengadakan kegiatan yang besar dan mendunia? Negara kita yang memang sudah terkenal akan keindahan serta keaneka-ragaman Seni dan Budaya, sangatlah pantas untuk menjadi pelopor dari pelestarian Seni dan Budaya baik yang kita sendiri miliki maupun yang Negara lain miliki dalam bentuk lomba ataupun festival. Daripada Seni dan Budaya kita diakuin oleh Negara lain terus, lebih baik kita hidupkan kembangkan dan lestarikan sekaligus promosikan ke ajang pentas dunia.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Sabtu, 10 November 2012

Bintang Keberanian Republik Indonesia.

Demokrasi yang sudah berjalan dengan sangat baik di negara kita yang tercinta ini, harus diikuti dengan jiwa yang nasionalis, patriotis dan heroik yang sangat tinggi pula.
Masyarakat kita yang saat ini cenderung semakin bersifat individualistis dan bergaya hidup konsumtif serta hedois, tidak lagi mempunyai jiwa yang mengedepankan nasionalisme, patriotisme apalagi heroisme.
Negara kita yang terdiri dari belasan ribu pulau dan memiliki sejarah serta budaya Bangsa yang penuh dengan perjuangan dan kebersamaan dari seluruh golongan untuk mendapatkan kemerdekaan sekaligus juga di saat mempertahankannya, harus senantiasa serta berkesinambungan membangun nasionalisme, patriotisme dan heroisme di dalam jiwa setiap Warga Negara Indonesia.
Ketiadaan hal tersebut, tentunya akan sangat membahayakan keberlangsungan demokrasi juga kesatuan, persatuan serta keutuhan Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini nantinya.
Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama meskipun memiliki tugas, fungsi serta tanggungjawab yang berbeda-beda.
Negara harus mau menghargai setiap kebaikan yang dilakukan oleh warga negaranya apalagi yang dampaknya luas dan berjangka panjang, sekaligus memberikan hukuman yang tegas bagi siapapun yang melakukan kejahatan.
Peraturan dan hukum yang berlaku harus sungguh-sungguh dihormati, disadari dan ditegakkan oleh semua pihak serta dijalankan bersama-sama.
"Reward and punishment" harus dapat dijalankan dengan sepenuhnya agar seluruh Warga Negara Indonesia merasa diperlakukan yang sama oleh Negara.
Perlakuan yang sama oleh Negara ini sangatlah penting, agar timbul rasa keadilan di dalam benak setiap Warga Negara Indonesia. Dan dari rasa keadilan itulah yang nantinya akan terus membangun serta menjaga kepercayaan kepada Pemerintahan yang ada.
Bangsa Indonesia yang dari jaman dahulu kala sudah terkenal pemberani dan memiliki jiwa gotong-royong yang sangat tinggi, kini mulai terkikis oleh kepentingan hidup pribadi.
Ambisi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kepentingan pribadi ini, akhirnya akan menimbulkan ketidak-pedulian serta kesenjangan sosial yang amat sangat membahayakan demokrasi juga kesatuan, persatuan serta keutuhan Bangsa dan Negara.
Negara mempunyai tugas, fungsi, hak, tanggungjawab dan kewajiban mutlak untuk membangun idealisme di dalam diri setiap Warga Negara Indonesia.
Oleh karena hal tersebut di atas, maka Negara harus mau untuk membuat sebuah kebijakan yang berguna di dalam menumbuhkan rasa kepedulian, kebersamaan, kesetiaan, kecintaan, keberanian dan pengabdian di dalam diri setiap Warga Negara Indonesia.
Rasa kepedulian, kebersamaan, kesetiaan, kecintaan, keberanian dan pengabdian yang ada di dalam diri ini diharapkan bisa membangkitkan lagi nasionalisme, patriotisme serta heroisme di dalam jiwa setiap Warga Negara Indonesia.
Nasionalisme, patriotisme dan heroisme di dalam jiwa ini tidak akan bisa bangkit jikalau Negara tidak menumbuhkan kembali rasa kepedulian, kebersamaan, kesetiaan, kecintaan, keberanian serta pengabdian di dalam diri setiap Warga Negara Indonesia kepada Tanah Air dan saudara Sebangsanya karena kedua hal tersebut di atas memang selalu saling berkaitan
Sampai dengan saat ini penghargaan dari Negara kebanyakan hanya diberikan kepada Pejabat Negara atau seseorang yang berhubungan dengan Pemerintahan saja. Meskipun sebenarnya mereka sudah ditunjuk, diangkat, ditugaskan, ditetapkan dan digaji serta mendapatkan tunjangan pensiun untuk melakukan hal tersebut. 
Sehingga hal tersebut bukan lagi menjadi sesuatu hal yang luar biasa. Karena memang sudah menjadi tugas, fungsi, tanggungjawab dan kewajiban yang mesti dijalankannya sesuai dengan amanat dan gaji yang diterimanya dari Negara.
Padahal di dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara seluruh pihak saling berhubungan termasuk Masyarakat Umum. Bahkan peran-serta dari masyarakat umum inilah yang memiliki peranan paling penting di dalam keberhasilan sebuah Pemerintahan.
Oleh sebab hal tersebut di atas dan dalam rangka untuk menumbuhkan kembali rasa kepedulian, kebersamaan, kesetiaan, kecintaan, keberanian serta pengabdian di dalam diri setiap Warga Negara Indonesia maka sangatlah penting bagi Negara untuk memberikan Penghargaan Tertinggi Atas Keberanian Dalam Hal Kepedulian Terhadap Tanah Air Dan Saudara Sebangsa yang berupa Bintang Keberanian Republik Indonesia.
Bintang Keberanian Republik Indonesia adalah sebuah Penghargaan Tertinggi yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada seseorang atau individu atas sebuah keberanian yang dinilai sangat luar biasa dalam hal kepedulian kepada Tanah Air dan saudara Sebangsa. Baik yang berupa tindakan ataupun pemikiran, baik yang terjadi di dalam negeri maupun yang terjadi di luar negeri.
Setiap Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali (TNI, Polri, PNS dan Masyarakat Umum) bisa memperoleh penghargaan tertinggi ini.
Warga Negara Asing yang dengan keberanian luar biasa membantu Tanah Air kita ataupun Warga Negara Indonesia, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, juga bisa memperoleh penghargaan tertinggi ini.
Bintang Keberanian Republik Indonesia hanya ada satu kelas dan bisa diperoleh beberapa kali.
Bintang Keberanian Republik Indonesia ialah satu-satunya penghargaan tertinggi atas sebuah keberanian dan kepedulian yang sangat tinggi atau luar biasa kepada Tanah Air serta saudara Sebangsa yang dianugerahkan kepada Warga Negara Indonesia ataupun Warga Negara Asing yang telah memenuhi kriteria tersebut di atas.
Penghargaan adalah sebuah kebanggaan yang tidak dapat dibeli ataupun digantikan dengan apapun, apalagi sebuah penghargaan tertinggi yang diperoleh dari Negara.
Maka dengan adanya Bintang Keberanian Republik Indonesia ini, diharapkan akan mampu untuk menumbuhkan kembali rasa kepedulian, kebersamaan, kesetiaan, kecintaan, keberanian dan pengabdian di dalam diri setiap Warga Negara Indonesia kepada Tanah Air serta saudara Sebangsanya.
Sekaligus dapat mengajarkan kebaikan kepada Warga Negara Asing, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk ikut peduli kepada Tanah Air kita juga Warga Negara Indonesia dimanapun berada.
Hal ini tentu nantinya juga akan dapat membangkitkan nasionalisme, patriotisme dan heroisme di dalam jiwa setiap Warga Negara Indonesia. Serta dengan demikian demokrasi yang sudah berjalan dengan sangat baik pada saat ini akan dapat berjalan dengan lebih baik lagi di masa yang akan datang. Dan hal ini tentunya akan selalu menjadi kenangan yang baik bagi masyarakat umum.
Sebuah Negara yang demokratis harus mau memberikan penghargaan kepada warga negaranya (masyarakat umum), apalagi yang sudah berbuat kebaikan di dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Karena disamping untuk mengajarkan, mendidik, melatih, membina sekaligus untuk merangsang, menjaga serta mempertahankan rasa kepedulian, kebersamaan, kesetiaan, kecintaan, keberanian juga pengabdian kepada Tanah Air dan saudara Sebangsanya serta akan menjadi suatu "Reward and Punishment" sebagai bentuk keadilan dari Negara untuk seluruh Warga Negara Indonesia.
Seseorang atau individu yang di luar tugas, fungsi, tanggungjawab serta kewajibannya berani berbuat sebuah tindakan ataupun pemikiran yang luar biasa demi kebaikan Tanah Air dan saudara Sebangsanya, tentunya amat sangat layak untuk memperoleh penghargaan tertinggi dari Negara.
Kita semuanya ini berasal dari rakyat dan akan kembali lagi menjadi rakyat. Rakyat adalah inti dari sistem demokrasi dan yang paling utama keberadaannya di dalam sebuah Negara.
Charles E. Tumbel.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 04 November 2012

Pemberantasan Korupsi Demi Demokrasi.

Negara kita yang sangat subur dan melimpah sumber kekayaan alamnya ialah modal besar yang sesungguhnya tidak dimiliki oleh Negara lain. Kesuburan dan kekayaan alam yang berlimpah itu merupakan anugerah serta karunia istimewa yang dititipkan oleh Allah SWT kepada kita seluruh Bangsa Indonesia. Akan tetapi, anugerah dan karunia istimewa ini juga bisa menjadi malapetaka bagi keutuhan NKRI jika kita sendiri, Bangsa Indonesia tidak memiliki rasa cinta (nasionalisme) terhadap Ibu Pertiwi. Malapetaka bagi keutuhan NKRI ini, bukanlah suatu hal yang hanya untuk menakut-nakuti saja tetapi memang sudah pernah terjadi di Negara kita yang tercinta pada jaman dahulu kala, saat masih bernama Bhumi Nusantara dibawah suatu Kesatuan Kerajaan Mojopahit. Padahal Kesatuan Kerajaan Mojopahit ini dulu sangat kuat, besar dan disegani oleh Bangsa lain.
Memang pada saat ini diseluruh penjuru dunia, dengan kemajuan terhadap pengakuan Hak Asasi Manusia maka penjajahan secara fisik sudah tidak diperbolehkan lagi. Namun penjajahan secara halus, yang biasanya disebut dengan penjajahan modern/penjajahan ekonomi masih tetap terjadi. Penjajahan modern ini, sudah tidak lagi menonjolkan tindakan militer untuk menaklukan Negara yang akan dijajah. Tapi lebih pada pengendalian ekonomi, politik, pertahanan, sosial dan budaya yang ada di Negara tersebut. Cara paling efektif dengan merusak mental dan moral para birokrat seperti maraknya korupsi, kolusi, nepotisme, narkoba, judi, dll serta juga dengan mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup masyarakat agar menjadi tergantung kepada Negara yang Menguasai. Sampai ke teknologipun, sekarang ini bisa dijadikan gaya hidup atau alat untuk ketergantungan.
Dengan “Bekerja-sama” pada para birokrat yang sudah dirusak mental dan moralnya itu, Negara Penjajah akan lebih leluasa untuk mengatur regulasi, kebijakan, perjanjian yang menguntungkan atau mengutamakan kepentingan mereka. Apalagi jika pola pikir dan gaya hidup masyarakatnya juga telah dapat dipengaruhi atau malah tergantung pada Negara Penjajah tersebut maka sudah tidak bisa lagi dirasakan Penjajahannya. Pada saat mereka “Bekerja-sama” dengan para koruptor yang sudah dijadikan antek untuk mengeruk harta kekayaan Negara, masyarakatnya dislimurkan atau dikecoh dengan trend-trend dari barang/benda baru yang menjadi kesenangan/hobby supaya tidak terasa kalau sedang dimanfaatkan. Memang sistem dan cara Penjajahan saat ini lebih halus serta canggih, namun yang namanya Penjajahan tetap saja menjajah yang akan sangat merugikan Negara lain. Semua pasti ada batasnya, termasuk kesuburan dan kekayaan alam yang kita miliki. Maka jika terus-menerus dikeruk, meskipun itu dengan cara yang haluspun tetap saja akan habis. Parahnya lagi jika yang menikmati hasil dari pengerukan itu bukan kita sendiri, tapi Negara lain.
Kita sangat beruntung dan harusnya bersyukur karena saat ini Negara kita dipimpin oleh seorang Presiden yang cerdas, cermat serta teliti. Banyak diantara kita yang beranggapan bahwa Presiden kita saat ini, Bapak SBY adalah seorang yang peragu dan tidak tegas. Menurut saya malah tidak seperti itu sama sekali. Presiden SBY yang memahami dan mengerti kondisi serta situasi Negara kita saat ini, dimana Demokrasi sedang berjalan pesat padahal Paradigma  dan “kebiasaan” lama (KKN) belum bisa sepenuhnya dihilangkan (atau malah semakin menjadi karena euphoria), serta besarnya kepentingan luar negeri terhadap kesuburan dan kekayaan alam kita. Komplikasi rumit dari seluruh permasalahan yang sedang terjadi ini memang membutuhkan ketelitian, kecerdasan, kecermatan dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk Nusa dan Bangsa.
Demokrasi kita telah mampu berjalan dengan sangat baik meskipun kita semua baru saja belajar atau mengerti tentang cara Demokrasi. Jikalau ada sedikit kekurangan disana-sini dalam rangka mencari bentuk yang tepat dan sesuai untuk demokrasi yang akan kita jalankan pada Negara kita ke depan adalah sebuah kewajaran serta sangat manusiawi. Demokrasi di jaman kepemimpinan Presiden SBY ini telah berjalan dengan sangat baik, begitu pula dengan Pemberantasan Korupsi. Dalam sejarah NKRI mungkin hanya Presiden SBY-lah satu-satunya Presiden yang tidak pernah mengintervensi Lembaga lainnya dan terbukti dengan sangat nyata semangat serta dukungannya terhadap pemberantasan korupsi di Negara kita yang tercinta ini. Sudah sangat pantas jika beliau mendapatkan Penghargaan sebagai Bapak Demokrasi NKRI dan Bapak Anti Korupsi Indonesia.
Tegaknya Demokrasi dan berjalannya pemberantasan terhadap korupsi di Negara kita pada saat ini adalah 2 hal yang sangat penting, dibutuhkan serta menjadi keharusan agar kita dapat segera bangkit dari keterpurukan dan juga mengurangi ancaman disintegrasi baik yang disebabkan oleh konflik horizontal maupun pengaruh dari pihak Asing yang ingin menguasai Negara kita. Tanpa tegaknya Demokrasi dan Pemberantasan Korupsi maka Negara kita yang tercinta ini akan sangat mudah dikuasai (dijajah) oleh pihak asing/lain. Memang segala sesuatu itu tidak semudah seperti kita membalikkan tangan, apalagi untuk hal yang baru saja kita kenal. Semua pasti dan harus ada prosesnya yang mesti dilewati/dilalui terlebih dahulu supaya bisa diambil menjadi pelajaran atau hikmahnya. Proses itu yang nantinya akan mempengaruhi kematangan kita, juga hasil akhirnya.
Segala hal yang masih berhubungan dengan paradigma lama apalagi “Berbau” Penjajahan, lebih baik dihilangkan demi percepatan kehidupan Demokrasi yang sesungguhnya di Negara kita yang tercinta ini. Saat ini pelaksanaan kehidupan Demokrasi yang sesungguhnya seringkali terhambat dengan hal-hal kecil yang sebenarnya sudah harus kita lalui. Contohnya masalah primordialisme yang hingga saat ini masih saja sering menjadi penyebab retaknya kerukunan NKRI. Semestinya kita semua sudah sangat paham bahwa hal-hal semacam itu dulu memang sengaja dipergunakan oleh pihak Penjajah hanya untuk mengadu-domba dan memecah-belah kita tetapi hingga saat ini masih saja terjadi. Oleh karena hal tersebut, alangkah bijaknya jika hal-hal yang masih “Berbau” penjajah dan paradigma lama lebih baik dihilangkan saja agar tidak menghambat laju demokrasi.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 28 Oktober 2012

Pemuda.

Bagaikan pohon Pisang yang sebelum berbuah akan menumbuhkan tunas yang baru dan setelah buahnya matang lalu ditebang oleh Sang Pemilik maka tunas yang baru itu akan menggantikan pohon sebelumnya serta begitu juga yang terjadi selanjutnya, demikian pula dengan keberadaan Pemuda. Pemuda adalah penerus dari generasi yang sebelumnya dan harus siap dengan kondisi yang sama atau malah lebih baik dari pendahulunya. Pemuda yang merupakan penerus estafet dari tugas dan tanggungjawab dalam Berbangsa dan Bernegara harus mampu untuk selalu peduli serta kritis terhadap perkembangan Negara.  Dominasi golongan tua yang pasti akan berganti ke golongan muda harus dipersiapkan sebaik-baiknya agar arah kebijakan dan tujuan tidak berubah.
Arah dan tujuan seperti yang telah diletakan oleh founding fathers harus ditancapkan sejak awal agar Harapan serta Cita-cita yang diamanahkan tidak diselewengkan apalagi dirubah. Kehidupan yang akan selalu berjalan penuh dengan dinamika apalagi pertambahan penduduk yang semakin tidak terkendali pasti akan menimbulkan banyak problematika di masa yang akan datang. Peran Pemuda saat ini sangatlah penting demi kelangsungan kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang sesuai dengan amanat dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Pancasila serta UUD ‘45. Tidak mudah untuk dapat memahami apalagi mengamalkan esensi dari 3 hal tersebut, jika tidak dimulai sejak dini apalagi saat ini sudah tidak masuk dalam mata pelajaran yang ada di Sekolah.
Negara kita yang sangat berlimpah sumber kekayaan alamnya, padat penduduknya dan strategis letaknya, sudah lama menjadi incaran Negara lain. Negara-negara lain yang jikalau diistilahkan dalam bahasa Jawa yaitu Ngiler (menetaskan air liur atau tergiur) dengan anugerah dan karunia yang dititipkan kepada Bangsa Indonesia ini, amat sangat ingin menguasai Negara kita. Bukan hanya menguasai sumber kekayaan alamnya saja, tetapi juga penduduknya yang padat termasuk pola pikir dan gaya hidupnya. Pola pikir kita dikuasai agar kita bisa dijadikan boneka/alat untuk kepentingan mereka sedangkan gaya hidup kita dikuasai untuk dijadikan pasar raya dari industri mereka. Lengkap sudah kepentingan Negara lain pada Negara kita tapi kita tidak menyadarinya.
Sejarah Bangsa kita sudah membuktikan bahwa Negara kita pernah dijajah dan saat itu memang cara Penjajahan masih terang-terangan atau secara fisiknya. Tetapi sesuai dengan perkembangan peradaban manusia yang telah lebih menghargai lagi nilai-nilai kehidupan manusia, baik secara pribadi/individu maupun kelompok atau Negara maka lebih halus serta tidak tampak sistematika Penjajahan yang dilakukan terhadap Negara lain. Kemajuan didalam sistem Penjajahan ini harus mulai disadari oleh Bangsa kita terutama generasi muda sebagai penerus dari perjuangan Bangsa dalam mewujudkan cita-cita Proklamasi. Kita dulu sudah pernah dijajah sangat lama dan dengan tekad yang bulat serta bersatu-padu berjuang untuk merdeka jadi jangan sampai bisa dijajah lagi.
Negara kita tidak boleh tergantung kepada luar negeri terutama dalam masalah pangan juga gaya hidup. Kita harus mampu untuk mencukupi kebutuhan pangan didalam negeri dan juga memiliki gaya hidup sendiri, karena 2 hal itu adalah yang paling sangat utama. Jika dalam hal pangan kita tergantung dengan luar negeri maka akan sangat mudah bagi Negara Asing untuk menekan kita, begitu juga dengan gaya hidup. Oleh karena itu, generasi muda sekarang harus mempunyai daya pikir yang panjang dan kreatifitas yang tinggi. Negara harus bisa membuat kebijakan yang dapat memacu dan memicu pikiran serta kreatifitas generasi muda juga sekaligus memfasilitasinya. Ke depan, Bangsa ini adalah milik Pemuda dan Pemuda harus dipersiapkan/dikader sedini mungkin.

Segala hal yang dibawa masuk ke dalam Negara kita oleh pihak asing, sebenarnya hanya sebuah jargon atau alat propaganda belaka. Mereka sengaja mempengaruhi otak atau cara berpikir kita agar bisa dikendalikan, inilah cara penjajahan modern. Bukan lagi fisik yang mereka kuasai tapi pikiran dan pemikirannya, cerdik serta tidak terlihat namun tetap saja merugikan. Pemuda ialah Harapan juga sekaligus Tumpuan setiap Bangsa, begitu pula dengan Pemuda kita. Pemuda harus mampu memperbaiki kekurangan dan kesalahan masa lalu, sekaligus mewujudkan harapan serta cita-cita dari Founding Fathers. Semoga kelak Pemuda Indonesia mampu merubah segala bentuk Penjajahan yang ada di muka bumi ini termasuk penjelmaannya menjadi sebuah kerjasama yang saling menghormati, menghargai dan menguntungkan antara sesama penduduk/saudara Sebumi.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 21 Oktober 2012

Bantuan Kesejahteraan Hari Tua LVRI.

Kota Surabaya yang dikenal luas sebagai Kota Pahlawan adalah kota yang penuh dengan sejarah perjuangan sekaligus juga barometer bagi Kota-kota lain di Indonesia. Sebagai kota yang saat ini berkembang sangat pesat, Surabaya harus selalu bisa menjadi tauladan baik di Indonesia sendiri maupun di mata dunia Internasional. Kota Surabaya yang sudah melekat sangat erat dengan citra Kepahlawanan tentu harus selalu menjunjung tinggi, menghormati dan menghargai para Pejuang Bangsa yang telah mempertaruhkan jiwa raga baik dalam mendirikan, mempertahankan ataupun membela Negara. Pejuang Bangsa yang sebagian besar tergabung dalam wadah Legiun Veteran Republik Indonesia dan saat ini telah berusia tua sangat layak untuk mendapat perhatian khusus.
Legiun Veteran Republik Indonesia yang merupakan aset sekaligus pelaku sejarah Bangsa harus selalu dijaga keberadaan dan kesejahteraannya. Hal tersebut tidak hanya menjadi tanggungjawab dari Pemerintah Pusat saja tetapi juga Pemerintah Daerah tempat beliau-beliau berdomisili. Ialah menjadi kehormatan dan kebanggaan bagi Pemerintah Kota jika para Pejuang Bangsa bermukim di kota tersebut. Disamping kekuataan dan kekompakannya yang riil juga sebagai pelaku sejarah yang dapat dijadikan suri tauladan bagi generasi muda yang ada serta pula pengalaman hidupnya sangat berdaya-guna untuk dijadikan pelajaran berharga oleh siapa saja. Para Pejuang Bangsa ini tentunya sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi tetapi kita harus selalu mengingat jasa mereka.
Dan dalam rangka mengingat serta membalas jasa atas pengorbanan terhadap Nusa Bangsa yang telah beliau-beliau berikan itu, sudah seharusnya jika Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Kota Surabaya yang merupakan Kota Pahlawan memberikan bantuan kesejahteraan hari tua bagi para Pejuang Bangsa yang tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia dan berdomisili di Kota Surabaya. Bantuan Kesejahteraan Hari Tua LVRI dan janda LVRI ini dapat diberupakan benda seperti sembako, kendaraan bermotor, tempat tinggal ataupun dana / uang. Mungkin uang akan lebih tepat, sebab uang akan bisa membantu untuk mewujudkan barang-barang yang belum terpenuhi. Besarnya bantuan yang akan diberikan tentunya tergantung kepada Pemerintah Kota.
Mungkin saat ini sudah ada bantuan-bantuan yang diberikan kepada para Pejuang Bangsa, tetapi akan lebih sangat bijaksananya apabila kita mampu mensejahterakan dan membahagiakan dihari tua mereka. Kota Surabaya ialah barometer dari Kota-kota lain di Indonesia, akan menjadi suatu kebanggaan jikalau Surabaya bisa selalu membuat gebrakan yang akan ditiru oleh Kota-kota lain di Indonesia sekaligus menjadi Tauladan. Terlepas daripada itu semua, sudah menjadi kewajiban dan keharusan kita semua untuk selalu menjunjung, menghormati dan menghargai para Pejuang Bangsa kita. Di hari tua mereka ini, dengan pengorbanan yang telah diberikan dan juga telah kita semua nikmati, jikalau bukan kita yang mengingat dan membalas jasa mereka, maka siapa lagi?!
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 14 Oktober 2012

Surabaya Navy Open Days.

Jawa Timur khususnya Kota Surabaya yang merupakan sentral dari kekuatan pertahanan untuk seluruh wilayah bagian Timur Indonesia terutama Angkatan Laut, memiliki daya tarik tersendiri. Wilayah Negara kita yang sebagian besar terdiri dari lautan dan pulau harus dijaga kekayaannya, Angkatan Laut yang harus menjaga pertahanan sekaligus keamanan di laut juga didaerah sekitar laut memiliki peralatan yang unik dan langka untuk orang awam. Peralatan-peralatan yang tidak umum, unik dan langka untuk orang awam ini bisa menarik perhatian juga keingin-tahuan yang berharga. Potensi yang tidak dimiliki oleh daerah lain ini, haruslah mampu dimanfaatkan untuk kebaikan dari semua pihak, baik kebaikan Angkatan Laut, masyarakat maupun Pemerintah Kota.
Surabaya Navy Open Days adalah sebuah pameran peralatan dan senjata militer yang dilakukan bersama antara TNI Angkatan Laut dan Pemerintah Kota Surabaya. Pameran ini bertujuan untuk mengakrabkan masyarakat umum dengan TNI khususnya Angkatan Laut, menciptakan tempat rekreasi yang bermanfaat dan berdaya-guna tinggi, menambah ilmu pengetahuan, kebanggaan dan kecintaan masyarakat umum terhadap kehidupan laut / maritim, menambah daerah tempat wisata di Jawa Timur khususnya Kota Surabaya serta pastinya pula menambah PAD dari Kota Surabaya sekaligus Angkatan Laut sendiri. Kegiatan ini bisa menampilkan seluruh peralatan dan senjata dari kekuatan pertahanan yang ada di Jawa Timur baik AL, AD, AU ataupun luar negeri.
Tidak hanya pada peralatan dan senjata Angkatan Laut saja tapi dari seluruh Angkatan yang ada di Jawa Timur sekaligus bisa juga ditambahkan dari negara-negara sahabat yang berkenan untuk ikut bergabung dalam menyemarakkan kegiatan ini. Jika tempat pameran mencukupi maka tidak peralatan militer saja namun nonmiliter yang berhubungan dengan maritimpun dapat ikut serta. Pameran ini bisa diadakan 1tahun sekali dalam beberapa hari (Jumat, Sabtu dan Minggu ataupun Sabtu dan Minggu saja) maupun beberapa kali dalam setahun. Tapi jika terlalu sering maka akan mengurangi rasa keingin-tahuan masyarakat umum juga bobot dari kegiatan pameran. Mungkin akan lebih baik jikalau diadakannya 1 tahun sekali saja tapi secara akbar, lengkap dan mendunia.
Adalah sangat penting dan strategis untuk mengadakan kegiatan yang melibatkan atau mengajak masyarakat umum dalam rangka membangun pengetahuan tentang pentingnya suatu pertahanan sekaligus untuk membangun kekuatan bersama demi pertahanan Negara. Masyarakat yang pada umumnya hanya bisa melihat ditelevisi atau media lainnya, mendapat kesempatan untuk melihat langsung peralatan dan senjata yang dimiliki oleh Negara tentunya akan sangat bangga serta ikut peduli dengan perkembangan peralatan dan persenjataan untuk pertahanan Negara. Masyarakat yang harus selalu diayomi dan merasa terlindungi dari serangan ataupun pengaruh negatif pihak asing akan menjadi lebih percaya diri dalam menjalankan kehidupan bernegara yang demokratis.
Sudah saatnya TNI menjalin keakraban dan membuka diri kepada masyarakat. TNI yang berasal dari rakyat dan akan kembali lagi menjadi rakyat adalah salah satu pilar utama Negara terutama dalam pertahanan Bangsa yang harus selalu melibatkan masyarakat umum agar terbangun suatu kekuatan yang menyeluruh dan terpadu didalam pertahanan Negara. Kehidupan masyarakat sipil yang bukan diartikan tidak boleh ada kekuatan militer didalamnya, sesungguhnya malah sangat memerlukan kerjasama yang erat antara militer dan masyarakat umum. Apalagi jika dilihat dari sejarah berdirinya TNI yang berbeda dengan sejarah berdirinya militer yang ada di Negara lain. TNI sebagai Pilar Negara yang pastinya memiliki jiwa Nasionalisme, Patriotisme dan Heroisme paling tinggi harus mampu menularkannya ke masyarakat umum demi tegaknya Demokrasi kita.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Jumat, 05 Oktober 2012

Pertahanan Negara.

Beberapa tahun terakhir ini, Demokrasi yang telah lama dinantikan oleh masyarakat umum telah berkembang secara pesat. Berjalannya Demokrasi merupakan hal yang sangat positif bagi rakyat. Namun sayangnya, pemahaman akan arti Demokrasi yang sesungguhnya tidak serta merta dapat dipahami secara menyeluruh. Demokrasi hanya diartikan sepihak sebagai pola hidup sipil dengan mengesampingkan segala sesuatu yang dianggap tidak “berbau” sipil. Padahal yang sebenarnya Demokrasi adalah sebuah sistem terpadu dari penyatuan semua elemen yang ada didalam Negara dengan tujuan untuk mengutamakan kepentingan masyarakat umum demi kesejahteraan bersama atau dalam arti kata lain, kesejahteraan bagi seluruh Warga Negara Indonesia dimanapun berada.
Negara yang jikalau dikelompokan secara umum sesuai dengan tugas dan fungsi utamanya maka akan menjadi 5 (lima) unsur lembaga yang terpenting (Pilar), yaitu:
1.      Pemerintah / Penyelenggara Negara / Pelaksana Amanah Rakyat.
2.      Perwakilan Rakyat.
3.      Penegak / Pelaksana / Pengawas Hukum.
4.      Pertahanan Negara / TNI.
5.      Masyarakat Umum itu sendiri.
Adalah saling berkaitan 1 (satu) dengan yang lainnya, tidak dapat dibedakan apalagi dipisahkan. Demokrasi yang intinya berarti dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat tidak boleh dimaknai secara sempit. Karena Rakyat yang dimaksud ialah rakyatnya sendiri atau Warga Negara Indonesia dan kita semuanya ini adalah Warga Negara Indonesia. Tanpa sebuah kerjasama yang baik dan saling mendukung maka tidak akan terbangun suatu kekuatan, padahal kekuatan itu sangat penting bagi sebuah kedaulatan dan kedaulatan sangatlah penting bagi berkembangnya kehidupan Demokrasi.
Pertahanan Negara yang merupakan suatu kekuatan mutlak dan utamanya memang ada dipundak TNI adalah bagian yang terpenting dari kedaulatan sebuah Negara dan Kedaulatan Negara adalah bagian yang terpenting bagi berlangsungnya Demokrasi didalam Negara. Semua unsur harus bisa bekerja-sama serta saling mendukung demi Pertahanan Negara, terutama dari masyarakat umum. Masyarakat umum yang sejatinya adalah pemilik saham dari sebuah Negara haruslah terlibat dan proaktif didalam menjaga serta mengawasi jalannya Negara sesuai dengan tujuan dari Berdirinya Negara dan juga merupakan bagian dari Kekuatan Negara yang harus selalu dijaga Idealismenya. Masyarakat umum adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem Pertahanan Negara.
Demokrasi seharusnya dapat membangkitkan rasa nasionalisme, patriotisme dan heroisme pada jiwa dari setiap Warga Negara, terutama masyarakat umum. Sebab pada sistem Demokrasi yang sangat menghargai Hak Asasi dari tiap individu ini, masyarakat umum memiliki peranan dan hak yang paling tinggi. Rasa nasionalisme, patriotisme dan heroisme yang saat ini luntur, harus dapat segera dibangkitkan kembali supaya kekuatan Negara juga dapat terbangun dengan kokoh. TNI sebagai pilar dan pengemban tugas / penanggungjawab utama dalam Pertahanan Negara haruslah bisa bekerja-sama dengan masyarakat, begitu pula dengan masyarakat juga harus mau membantu TNI didalam menjaga Pertahanan Negara demi Kedaulatan dan kelangsungan hidup Demokrasi.
TNI juga merupakan Warga Negara Indonesia serta harus dapat hidup dengan secara Demokratis jikalau berada dilingkungan masyarakat umum. Sebagai Warga Negara Indonesia TNI juga harus memiliki hak yang sama dengan Warga Negara Indonesia yang lainnya, termasuk pula dalam hal Politik. Politik sebenarnya bukanlah hal yang tabu bagi TNI dan TNI berhak untuk mendapatkan hak politiknya. Ketakutan jika TNI tidak akan mampu untuk menjalankan kehidupan Demokratis dilingkungan masyarakat umum adalah tidak beralasan, terutama bila ada Undang-Undang yang jelas tentang kehidupan Berdemokrasi. Jikalau TNI tidak diberikan haknya untuk dipilih, maka paling tidak TNI tetap mendapatkan haknya untuk memilih sebab hal ini ialah tujuan Demokrasi.
Hubungan masyarakat umum dengan TNI dan unsur-unsur lainnya harus bisa selalu terjalin kuat. Sebab dari jalinan yang kuat itulah nantinya akan membentuk suatu kekuatan yang nyata. Negara harus bisa membangkitkan kembali rasa nasionalisme, patriotisme dan heroisme pada jiwa setiap Warga Negara, supaya Demokrasi bisa berjalan sesuai dengan arah yang benar serta harapan kita semua. Kegiatan bersama yang bisa membangkitkan rasa nasionalisme, patriotisme dan heroisme harus selalu digalakan, agar terjadi keharmonisan segenap unsur Negara. Akan sangat berbahaya jika Demokrasi berjalan cepat namun tiada rasa nasionalisme, patriotisme dan heroisme. Tetapi apabila hal tersebut terjadi, maka Wajib Militer akan menjadi sebuah jawaban yang paling tepat.
Negara kita yang terdiri dari Pulau-pulau dan dengan keaneka-ragaman suku, budaya serta tradisi yang ada, sangat rawan terhadap ancaman perpecahan. Pancasila yang sebagai Dasar Negara kita ditambah dengan sistem Demokrasi yang kita miliki saat ini sudah sangat cocok dan tepat untuk kita jalankan sepenuhnya. Pancasila harus sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh seluruh Warga Negara Indonesia didalam menjalankan sistem Demokrasi. Nasionalisme, patriotisme dan heroisme amat sangat penting dalam pelaksanaan kehidupan Berdemokrasi di Negara kita, untuk itu kerjasama antara masyarakat umum dan TNI didalam membangkitkan serta membangun rasa nasionalisme, patriotisme dan heroisme haruslah dapat segera diwujudkan dalam bentuk apapun.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Kamis, 20 September 2012

TNI, Kedaulatan Dan Demokrasi.

Tentara Nasional Indonesia atau yang biasa disingkat dengan TNI memiliki sejarah yang berbeda dengan tentara yang ada di Negara-negara lain. TNI dibentuk murni dari masyarakat umum yang dengan sukarela bertekad untuk berjuang didalam mempertahankan Kemerdekaan dan sekaligus menjaga keamanan serta ketertiban. Bukan seperti tentara di Negara-negara lain yang memang dibentuk dari orang-orang yang khusus untuk dilatih militer dan dibayar hanya untuk berperang saja. TNI ialah bagian dari sejarah berdirinya Negara Indonesia dan perjuangan dari masyarakat sipil. Meskipun seiring dengan perkembangan jaman paradigma tentang TNI telah berubah tetapi kita tidak boleh melupakan sejarah, baik sejarah pada jaman perjuangan dalam mempertahankan Negara maupun sejarah pada jaman Penjajahan dulu. Dimana Bangsa kita dulu pernah dipecah-belah, dirusak dan diadu-domba agar tidak bersatu. TNI adalah salah satu pilar kekuatan Negara.
Saat ini didalam perkembangan umat manusia yang sudah lebih menghargai dan menghormati hak asasi manusia yang lebih universal, militer dianggap tidak penting dan bahkan dijauhkan dari kehidupan sipil. Padahal dijaman seperti inilah, militer sebagai kekuatan utama dari pertahanan sebuah Negara amat sangat dibutuhkan. Demokrasi yang mengutamakan hak dan suara Rakyat tidak mungkin bisa berjalan dengan baik apabila kekuatan dari pertahanan suatu Negara itu tidak baik. Begitu pula dengan Kedaulatan, kedaulatan tidak akan mungkin bisa kuat jika pertahanan Negara itu tidak kuat apalagi jika sampai bisa diintervensi oleh kekuatan asing. Kedaulatan dan pertahanan itu bagaikan sekeping mata uang logam yang memiliki 2 sisi muka serta selalu saling berhubungan. Negara yang kekuatan pertahanannya lemah pasti juga akan memiliki kedaulatan yang lemah pula dan tidak akan bisa menjalankan Demokrasi dengan baik serta sesungguhnya.
Semua Negara Demokrasi yang kuat pasti memiliki kekuatan pertahanan yang kuat pula, hal itu merupakan keharusan. Contohnya adalah Prancis, Inggris dan Amerika. Malahan sebagian besar pemimpin-pemimpin penting dan terkenal dari Negara-negara tersebut berasalkan dari kalangan militer atau paling tidak pernah menempuh pendidikan militer. Di Amerika hanyalah beberapa Presiden saja yang bukan dari militer, mulai George Washington sampai George W. Bush adalah seorang mantan petinggi militer. Aneh sebenarnya jikalau kita ingin berdaulat dan berdemokrasi dengan kuat tetapi tidak memiliki pertahanan yang kuat pula. Seorang militer meskipun mungkin tidak diberikan haknya untuk dipilih dalam dunia politik, namun haknya untuk memilih sebagai Warga Negara tetaplah harus diberikan, sebab itu adalah bagian dari cara hidup yang demokratis. Kekhawatiran akan militer yang tidak bisa Demokratis didalam kehidupan sipil, tidak beralasan.
Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan dunia ini haruslah mengalami dan melalui sebuah proses terlebih dahulu, begitupun dengan Demokrasi yang sedang kita jalankan di Negara kita saat ini. Kita mungkin belum terbiasa untuk menjalankan Demokrasi yang sesungguhnya, tetapi dengan berjalannya waktu dan proses yang sedang dialami oleh semua pihak pada saat ini maka kita semua pasti juga akan dapat melaluinya serta belajar Berdemokrasi. Yang paling penting ialah bahwa kita harus saling menghormati dan mempercayai satu sama lain serta segala sesuatu harus dapat berjalan sesuai dengan aturan yang telah ada. Hukum harus bisa betul-betul adil dan ditegakan apabila ada salah satu pihak yang tidak berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Ini adalah sebuah komitmen kita bersama agar Demokrasi yang sesuai dengan Budaya Nusantara, UUD ’45 dan Pancasila bisa sungguh-sungguh berjalan sesuai dengan yang kita semua harapkan.
Kekuatan pertahanan Bangsa Indonesia yang ada pada pundak militer haruslah didukung penuh. Sejarah berdirinya militer kita tidaklah sama dengan militer yang ada di Negara lain, juga militer adalah salah satu pilar kekuatan Negara yang harus kita miliki. Seorang militer belum tentu tidak bisa hidup Berdemokrasi di lingkungan Sipil, begitu pula dengan seorang Sipil belum tentu juga tidak berjiwa militer atau otoriter, karena semuanya pasti membutuhkan dan harus melalui proses terlebih dahulu. Jika kita perhatikan sebenarnya banyak orang sipil yang saat ini bergaya militer. Pegawai pemerintahan, petugas keamanan, satgas organisasi dan masih banyak lagi seringkali menggunakan atribut-atribut militer. Mungkin sampai ke struktur organisasi juga meniru militer, anehnya militer sendiri malah dijauhkan dari masyarakat sipil. Padahal jika ada militer yang gila maka akan bisa disembuhkan di Rumah Sakit, berbeda dengan orang sipil tapi yang gila militer.
Kita harus menyadari bahwa pertahanan Negara ialah kekuatan utama dalam menjaga kedaulatan Negara dan kedaulatan itulah yang akan menjaga berjalannya demokrasi. Semua saling berkaitan dan menunjang satu sama lain. Negara adalah milik Rakyat dan Rakyat adalah pengawas utama dari berjalannya sistem demokrasi itu sendiri agar kedaulatan itu bisa betul-betul ditangan rakyat. TNI sebagai penjaga utama kedaulatan Negara hakekatnya sama dengan penjaga dari Kedaulatan Rakyat. TNI harus mampu memahami dan mendukung penuh Demokrasi seperti yang saat ini sudah dilakukan, sedangkan Rakyat juga tidak boleh anti kepada TNI agar TNI juga tidak merasa dipinggirkan, karena TNI adalah Penjaga Utama dari Kedaulatan Negara kita yang tercinta ini. Akhir kata, kita harus selalu bersatu dan tidak mudah dipecah-belah serta diadu-domba lagi oleh siapapun dalam bentuk apapun, sebab pada dasarnya semua slogan itu hanyalah propaganda dari suatu kepentingan belaka. Marilah kita bersama-sama mewujudkan Cita-cita dari Kemerdekaan.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Perjuangan Dalam Berbangsa Dan Bernegara.

Jika kita mau menengok ke belakang demi kebaikan di masa yang akan datang, maka kita harus mempelajari sejarah yang pernah terjadi. Sejarah adalah guru yang paling baik jikalau kita benar-benar mempelajari dan mengambil hikmahnya. Bhumi Nusantara yang pada jaman dahulu kala terkenal sebagai sebuah Negara yang besar, sebenarnya adalah gabungan dari beberapa Kerajaan yang bersatu dibawah naungan sebuah Kerajaan yang sangat kuat, bernama Kerajaan Mojopahit. Akan tetapi setelah sang Raja Mojopahit tidak mau lagi untuk duduk di singgasananya, bertahta atau mengundurkan diri sebagai Raja maka Kerajaan-kerajaan yang tadinya sudah bernaung dan bersatu dibawah satu kekuatan besar Kerajaan Mojopahit itu, akhirnya kembali terpisah-pisahkan atau berdiri sendiri-sendiri tanpa ada lagi ikatan, persatuan, kesatuan serta kekuatan yang nyata.
Negara-negara lain diseluruh penjuru dunia yang pada saat itu sudah mengenal Bhumi Nusantara sebagai sebuah Negara yang memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah dan tanah ladang yang subur, mulai mencari cara untuk menguasainya. Oleh karena sudah tidak ada lagi kekuatan besar yang menaungi Kerajaan-kerajaan tadi maka dengan sangat mudah Negara-negara Asing menguasai bekas wilayah kesatuan Bhumi Nusantara, meskipun dengan menggunakan cara atau strategi yang berbeda. Ada yang secara terbuka mengirimkan tentara, tetapi ada juga yang secara halus dengan seolah-olah berdagang. Padahal kenyataan yang sebenarnya hanya ingin menguasai seluruh bekas wilayah Bhumi Nusantara dengan tujuan untuk menguras habis semua hasil dari sumber kekayaan yang dimiliki oleh Bhumi Nusantara demi kemakmuran di Negaranya sendiri.
Inilah awal mula sebab terjadinya Era Penjajahan di muka Bumi Pertiwi yang sangat kita cintai ini. Yang tadinya berawal dari Kerajaan-kerajaan yang telah disatukan dibawah satu naungan sebuah Kerajaan Besar yaitu Mojopahit, hingga Kerajaan-kerajaan yang sudah bersatu dibawah satu naungan itu akhirnya kembali berdiri sendiri-sendiri lagi disebabkan oleh karena mundurnya Raja Mojopahit dari tampuk pimpinan Kerajaannya. Dengan pengertian bahwa hilangnya sebuah kekuatan mutlak dalam persatuan itulah yang menyebabkan dikuasainya Bhumi Nusantara oleh Negara Asing. Memang runtutan kejadiannya tidak persis seperti itu, sebab ada banyak peristiwa penting sejarah yang sebenarnya terjadi. Namun jikalau diambil kesimpulan yang paling singkat, kurang-lebih itulah penyebab utama terjadinya penjajahan di Bumi Pertiwi kita yang tercinta ini.
Sesungguhnya amat sangat disayangkan, jika kurang-lebih 700 tahun yang lalu Bangsa kita telah mampu berpikir dan bertindak secara universal dengan menyatukan hampir separuh dunia. Tidak untuk menguasai atau menjajah, tapi untuk bekerjasama dan membangun kekuatan persaudaraan antara sesama manusia demi kemajuan bersama. Namun keserakahan akan duniawilah yang telah menyebabkan penjajahan berhasil mencerai-beraikannya. Semoga disuatu saat nanti, kita mampu untuk bangkit dan berpikir secara universal, bukan hanya berpikir secara Kebangsaan kita sendiri saja, melainkan juga berpikiran bahwa kita seluruh umat manusia adalah saudara Sebumi. Sebab kita semua lahir, hidup, tinggal, mati dan dikuburkan didalam Bumi yang sama, serta sama-sama keturunan dari Nabi Adam AS juga mahluk tersempurna yang telah Diciptakan oleh Allah SWT.

Penjajahan Di Bumi Pertiwi.
Seperti uraian diatas tadi bahwa hancurnya Bhumi Nusantara disebabkan oleh karena mundurnya sang Raja dari tampuk kepemimpinan Kerajaan, yang membuat kekuatan terpadu selama ratusan tahun menjadi hilang atau hancur sehingga bekas wilayah dibawah naungannya yang tersohor ke seluruh penjuru dunia itu akhirnya bisa dikuasai oleh Negara Asing. Negara Asing pertama yang datang untuk menguasai sebagian dari daerah bekas wilayah Bhumi Nusantara adalah Portugis. Namun setelah beberapa masa Negara Portugis menguasai, akhirnya masuklah Negara Spanyol. Cukup lama Negara Spanyol menguasai sebagian dari daerah bekas wilayah Bhumi Nusantara. Dan dengan bertambah besarnya usaha dagang VOC yang dimiliki oleh Negara Belanda, maka berganti lagilah Negara Asing yang berhasil menguasai daerah bekas wilayah Bhumi Nusantara.
Tidak seluruh daerah bekas wilayah dari Bhumi Nusantara yang berhasil dikuasai Negara Asing, namun sebagian besar wilayah telah dikuasai dan karena berganti-ganti Negara yang menguasai serta disetiap pergantian Penguasa itu terjadi suatu pembagian wilayah maka terbagi-bagi pulalah Penguasa yang menguasai daerah bekas wilayah Bhumi Nusantara. Dan sebagai Negara yang memiliki usaha dagang terbesar didunia pada saat itu, maka Belanda jugalah yang mendapatkan daerah wilayah kekuasaan yang paling besar dibandingkan Negara Asing lainnya. Daerah bekas wilayah Bhumi Nusantara yang telah dikuasai oleh Belanda ini diberi nama baru, yaitu Hindia Belanda. Sejak saat itulah, diawal tahun 1600 M, Belanda yang menggunakan usaha dagangnya sebagai kedok menjadi penguasa di sebagian besar daerah bekas wilayah Bhumi Nusantara kita.
Hampir selama 350 tahun Belanda menguasai dan menguras hasil bumi serta kekayaan alam Hindia Belanda tanpa timbal-balik sedikitpun, menjajah! Mereka bagaikan tuan rumah didalam rumahnya sendiri yang dengan seenaknya saja dan serakah menikmati apapun yang ada didalam rumah itu. Kebiadaban mereka ini sebenarnya sudah mendapatkan banyak perlawanan atau juga pemberontakan, akan tetapi kekuatan yang sudah terlanjur tercerai-berai karena hilangnya Bhumi Nusantara dan ditambah lagi dengan pembagian wilayah daerah kekuasaan oleh Penguasa Asing atau Penjajah yang sudah dilakukan, serta politik Belanda yang sangat terkenal kejam yaitu devide et empera, telah berhasil menguasai pola pikir penduduk Hindia Belanda sehingga setiap perlawanan atau pemberontakan yang pernah terjadi hanya bersifat sporadis dan kedaerahan saja.
Hal ini jelas menguntungkan pihak Penjajah, akan tetapi sebaliknya malah sangat merugikan dan merusak jiwa penduduk Hindia Belanda hingga berabad-abad lamanya. Sebab perasaan atau jiwa persatuan, kebersamaan dan kesetaraan dalam Bernegara atau Berbangsa yang sebelumnya telah terbangun sangat kuat disaat Era Kerajaan Mojopahit itu telah berhasil diluluh-lantakan. Apalagi setiap penduduk diwaktu itu dipecah-belah dalam berbagai perbedaan, termasuk strata atau status sosial tertentu dengan tujuan agar selalu berlaku baik (tunduk, patuh, penjilat dan mencari muka) kepada pihak Penjajah. Namun terhadap Bangsanya sendiri, dibuat sedemikian rupa agar selalu menjatuhkan, memusuhi dan menindas karena telah terasuki oleh politik divide et empera yang sengaja dibangun untuk menghancurkan jiwa dan persaudaraan antar penduduk Hindia Belanda.
Setelah berabad-abad lamanya Belanda yang telah mendirikan Negara bernama Hindia Belanda dari sebagian besar daerah bekas wilayah Bhumi Nusantara itu menjajah akhirnya datang Negara Jepang yang sebelumnya sudah banyak menyebarkan slogan dan propaganda ke seluruh penjuru dunia bahwa mereka adalah saudara tua dari Bangsa Asia yang akan menolong, melindungi serta memerdekakan Negara yang sedang dijajah oleh pihak Negara Barat. Dengan datangnya Tentara Jepang di Hindia Belanda ini, maka untuk yang kesekian kalinya pula, berganti lagilah Penguasa atau Penjajah di Bhumi Nusantara. Jepang berkuasa tidak terlalu lama, hanya hampir selama 3.5 tahun saja. Tetapi kekejaman Jepang disaat menjajah selama 3.5 tahun itu, mungkin hampir sama atau malah lebih kejam daripada Penjajahan Belanda selama kurang-lebih 350 tahun. Luar biasa!

Kesadaran Akan Pentingnya Memiliki Sebuah Bangsa, Peletak Dasar dan Bangkitnya Rasa Berkebangsaan.
Setelah kurang-lebih 250 tahun dijajah dan dengan pengalaman dari peristiwa pemberontakan terhadap Penjajah yang pernah dilakukan, akhirnya dipelajari dan disadari bahwa untuk mengusir Penjajah yang sudah sangat lama dan mengakar diperlukan suatu kesatuan atau kesamaan dalam pemikiran, jiwa maupun tindakan. Para Cendekiawan Pribumi yang sangat langka pada saat itu, sebab hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mendapatkan pendidikan, mulai memikirkan formula yang bisa menjadi alat perekat sekaligus senjata ampuh untuk melawan penjajah. Karena Penjajah sudah sangat kuat dan lama menguasai Bumi Pertiwi, maka perlawanan atau perjuangan melawan Penjajah ini tidak bisa dilakukan secara terang-terangan atau frontal, tapi harus dimulai dari kesadaran akan sesuatu yang membuka pikiran dan menyatukan perasaan para Bumi Putera.
Bukanlah hal yang mudah untuk bisa melakukan perlawanan kepada pihak Penjajah apalagi tidak ada persatuan diantara para Bumi Putera. Sangatlah berbahaya, juga tidak mungkin mendapatkan kemenangan tanpa adanya persatuan. Para cendekiawan pribumi telah lama meneliti, mengamati, mempelajari dan mengkaji sebab-sebab kegagalan dari setiap perlawanan, juga disaat itu adalah puncak dari terbangunnya rasa kebersamaan, persaudaraan dan kesadaran bahwa telah lama dijajah. Diwaktu yang sama itu juga disadari bahwa untuk melakukan perlawanan terhadap pihak Penjajah itu tidak akan pernah bisa dilakukan dengan terbuka, terang-terangan apalagi sendiri-sendiri tanpa adanya persatuan dan kesatuan. Karena belum jelas siapa yang mendukung serta siapa yang tidak mendukung. Hal ini diketahui dari pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya.
Maka untuk melakukan perlawan harus dilakukan secara diam-diam, tidak disadari oleh lawan, bertahap dan dibutuhkan persatuan dari seluruh wilayah Hindia Belanda yang sebenarnya adalah daerah bekas wilayah naungan dari Kerajaan Mojopahit yang dahulu bernama Bhumi Nusantara. Akhirnya disadarilah pula bahwa sesungguhnya para penduduk Hindia Belanda adalah Sebangsa dan untuk menyatukan perjuangan melawan Penjajahan maka Landasan Berkebangsaan ini harus segera ditancapkan ke jiwa segenap penduduk Hindia Belanda tanpa boleh disadari oleh pihak lain, tentunya terutama pihak Penjajah. Mereka meletakkan dasar Berkebangsaan agar terbangun kebanggaan, kecintaan, kesetaraan, kesatuan, kesamaan dan persatuan diantara sesama penduduk Hindia Belanda yang sudah sangat lama terjajah serta terpecah-belahkan oleh devide et empera.
Formula Berkebangsaan ini sangatlah tepat, jitu dan merupakan bom waktu bagi Penjajahan di Hindia Belanda. Budi Utomo sebagai organisasi cendekiawan Bumi Putera yang ada pada saat itu, hanya bisa menemukan dan meletakan dasar tentang makna dari Berkebangsaan saja. Karena jikalau mereka melakukan lebih maka akan menarik perhatian dari para Penjajah dan berhentilah tahapan awal dari perjuangan melawan Penjajah serta juga tamatlah riwayat hidup mereka karena pihak Penjajah pasti akan segera menghabisinya. Mereka sangat menyadari bahwa setelah sekian lamanya dibodohkan oleh politik devide et empera membuat penduduk Hindia Belanda tidak lagi bisa menyadari bahwa sesungguhnya mereka itu adalah satu Bangsa yang seharusnya bersatu dan bersama-sama membangun satu kekuatan, agar dapat mengusir Penjajah serta tidak dijajah lagi.
Karena penduduk Hindia Belanda telah lupa atau bahkan tidak mengetahui lagi bahwa mereka sesungguhnya Sebangsa itulah, maka pihak Penjajah begitu mudah memecah-belah dan mengadu domba mereka serta dengan kesengajaan membangun suatu semangat kesukuan dan strata dalam suku-suku tersebut. Namun kesadaran tentang betapa pentingnya memiliki sebuah Bangsa dan membangun kembali semangat persatuan, kesatuan, kesamaan serta kesetaraan diantara sesama para penduduk Hindia Belanda inilah yang akan membawa suatu Kebangkitan dimasa yang akan datang dan juga persatuan perjuangan untuk mengusir Penjajah. Mungkin pada saat ini baru bisa dibayangkan, apa jadinya bila dulu tidak pernah ada Budi Utomo dan semangat Berkebangsaan tidak pernah dibangun didalam setiap jiwa para Bumi Putera yang hidup dijaman Penjajahan itu.
Setelah melalui proses pengenalan dan pemahaman akan Berkebangsaan yang dilakukan oleh Budi Utomo sebagai Penemu serta Peletak Dasar dari Berkebangsaan itu sendiri, juga dengan melalui perjuangan yang panjang dalam membangun sebuah Landasan Bersatu yang kuat, utuh dan kokoh dengan berdasarkan pada kesadaran untuk hidup Berkebangsaan, akhirnya bangkitlah suatu keinginan bersama dari penduduk Hindia Belanda untuk lebih menguatkan lagi kesadaran akan persatuan, kesatuan dan persaudaraan didalam satu Bangsa dengan bentuk ikrar atau komitmen yang kuat serta dituangkan pada lembaran kertas yang ditanda-tangani bersama-sama atau dikenal dengan nama, Sumpah Pemuda. Sebab sesungguhnya penduduk Hindia Belanda itu berasal dari Bangsa dan Tanah Air yang sama serta jaman dulunya lagi adalah Bhumi Nusantara.
Agar Jiwa Berkebangsaan yang sudah mulai terbangun dengan kokoh berkat Dasar yang telah diletakkan oleh Budi Utomo itu bisa benar-benar terlepas dari dampak devide et empera atau Jiwa yang Terjajah maka harus diciptakan sebuah nama baru untuk Bangsa yang baru saja berdiri berkat kesadarannya didalam Berkebangsaan dan melalui kesepakatan dari semua pihak yaitu Bangsa Indonesia. Serta untuk lebih mendekatkan dan memudahkan komunikasi, membangun kecintaan, persaudaraan, kesetaraan, kesatuan, kesamaan serta juga kebanggaan dalam Jiwa yang Berkebangsaan ini maka harus diciptakanlah pula sebuah Bahasa yang akan dipergunakan dalam Persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Termasuk juga diperkenalkannya sebuah lagu agar selalu bisa membangkitkan semangat jiwa dalam Berkebangsaan dan yang kelak dikemudian hari dijadikan Lagu Kebangsaan atau Lagu Nasional yang kita miliki sekarang ini yaitu Lagu Indonesia Raya.

Bersatunya Tekad Untuk Merdeka Dan Cikal-Bakal Tentara Nasional Indonesia.
Salah satu hal yang dulu membuat Bangsa Indonesia sulit bersatu tapi malah membuat Penjajah mudah untuk menjalankan devide et empera yang merusak itu adalah letak wilayah daratan yang terpisah-pisahkan oleh lautan. Kondisi geografis ini memang sangat merugikan karena akan lebih mudah dipecah-belah apalagi jika tidak ada kesadaran dalam Berkebangsaan. Namun disisi lain kondisi geografis ini juga bisa jadi senjata ampuh jika kesadaran Berkebangsaan sudah terbangun kokoh. Sebab letak yang terpisah malah bisa membuat penjajah kehabisan tenaga, biaya, personil dan energi jika dilakukan perlawanan secara serentak. Oleh sebab itu kita tidak boleh lagi sampai terpecah-belah karena suku, agama, golongan atau apapun juga. Apalagi membuat raja-raja kecil seperti yang terjadi dijaman penjajahan dulu. Sesungguhnya kita semua ini adalah satu keluarga.
Penjajah Belanda yang sudah hampir 350 tahun berhasil menjajah Bangsa Indonesia dengan cara adu-domba dan memecah-belah, devide et empera, tentunya juga sudah amat sangat memahami karakteristik individu Bangsa Indonesia. Penjajah Belanda juga dengan secara sengaja membagi-bagi wilayah Hindia Belanda kepada penguasa-penguasa kecil atau raja-raja buatan yang penurut dan setia hanya untuk dijadikan Boneka agar memudahkan pelaksanaan devide et empera saja. Akan tetapi kesadaran dan kebanggaan untuk memiliki sebuah Bangsa serta hidup dengan secara Berkebangsaan dalam satu Bangsa, satu Tanah Air dan satu Negara itu telah mulai tumbuh subur serta kokoh pada saat itu. Hal ini yang membuat hampir seluruh penduduk Hindia-Belanda yang sudah merasa sebagai satu saudara Sebangsa dan Setanah Air menyatukan tekad untuk merdeka.
Penjajah Belanda melakukan kesalahan fatal tatkala menghadapi Pejuang-Pejuang Kebangsaan yang baru saja menyelenggarakan peristiwa sejarah terpenting yaitu Sumpah Pemuda. Pejuang-Pejuang Kebangsaan yang merupakan kunci utama dan tokoh cendekiawan dari berbagai macam latar-belakang Suku, Bangsa, Agama, Budaya, Pendidikan, Komunitas juga Golongan adalah sosok-sosok pribadi yang cerdas, militan, teguh, nasionalis, patriotis dan berprinsip. Dengan taktik dan strategi Belanda yang membuang Pejuang-Pejuang Kebangsaan ke daerah lain yang dianggap jauh atau aman dari pengaruh Berkebangsaan ini, malah sebetulnya menyebar-luaskan Jiwa Berkebangsaan sampai ke pelosok daerah terpencil. Juga tambah membangkitkan semangat Pejuang Kebangsaan yang tidak ikut terbuang jadi semakin menggelorakan Jiwa Berkebangsaan didaerahnya masing-masing. Begitu pula dengan rakyat biasa yang telah mengerti Kebangsaan.
Kesalahan Fatal oleh pihak Penjajah ini mungkin terjadi karena dua hal. Penjajah sudah terlalu meremehkan penduduk Hindia Belanda karena dirasa politik devide et empera telah benar-benar merasuk ke dalam jiwa penduduk atau sengaja membuang Pejuang-Pejuang Kebangsaan itu ke daerah terpencil yang belum dikenal untuk mengadu-domba dengan penduduk setempat. Bahwa ada orang yang diasingkan ke daerah mereka karena ingin melawan Penguasa dan disana para Pejuang tidak mengenal siapa-siapa. Dari strategi ini diharapkan terpecah-belah lagi semangat Berkebangsaan, yang terjadi malah sebaliknya. Dengan dibuangnya para Pejuang Kebangsaan ke daerah lain, malah membuat penyebaran semangat jiwa Berkebangsaan jadi lebih merata lagi dan tentunya ajaran tentang arti nilai-nilai Berkebangsaan juga semakin bertambah lengkap pula.
Dengan bertambah kuatnya rasa Berkebangsaan dan kecintaan dalam persatuan untuk Bernegara, membuat Bangsa Indonesia menginginkan segera terjadinya Kemerdekaan demi mewujudkan berdirinya sebuah Negara yang bebas, berdaulat, sejahtera, adil dan makmur dalam satu ikatan kesatuan. Situasi saat itu belum memungkinkan Bangsa Indonesia untuk merdeka, namun Perang Dunia II yang sedang terjadi dan dengan keterlibatan Jepang yang merupakan satu-satunya Bangsa Asia yang ikut didalam Perang Besar tersebut, membuat Bangsa Indonesia jadi memiliki harapan untuk dapat segera mewujudkan impian. Jepang yang dengan segala bentuk slogan dan propaganda untuk mempengaruhi Bangsa-Bangsa Asia yang sedang dijajah oleh Eropa, akhirnya berhasil mengalahkan Bangsa Eropa dan ganti menjajah daerah di bekas wilayah jajahan Eropa.
Jepang yang dikenal sangat kejam, agresif dan menempuh segala cara untuk bisa memenangkan perang jelas memerlukan biaya, personil serta logistik yang banyak. Jepang adalah Negara fasis seperti Jerman dan Italia yang suka menyeragami masyarakat sipil. Akibat dari sistem penjajahan masih dapat kita lihat dan rasakan sampai saat ini, diseragaminya Pegawai Pemerintah, diberikan tanda pangkat, lambang, simbol dan sistem Rukun Tetangga /Rukun Warga juga termasuk istilah Mahasiswa untuk siswa kuliah adalah produk dari Jaman Penjajahan. Jepang yang terus-menerus berperang sangat membutuhkan biaya, personil dan logistik. Biaya bisa diperoleh dari menguras sumber kekayaan alam Negara yang sedang dijajah juga logistik. Negara Jepang yang kecil tidak mempunyai banyak penduduk, jelas tidak mampu untuk menyediakan personil sesuai kebutuhan.
Salah satu kecerdikan Jepang saat mencari dukungan dan simpati dari Bangsa Indonesia sebelum mengalahkan Belanda, adalah dengan menyebarkan propaganda yang menjanjikan Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Propaganda ini berhasil mendapat simpati dari seluruh Bangsa Indonesia pada saat itu. Maka disaat Negara Jepang yang sebenarnya sudah kekurangan personil tentara dalam perang melawan Sekutu pada Perang Dunia II itu mendirikan badan-badan untuk melatih kemiliteran bagi pemuda-pemudi Bangsa Indonesia dengan alasan / kedok untuk mempersiapkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, langsung mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa. Para pemuda dan pemudi Bangsa Indonesia dengan semangat serta sukarela segera mendaftarkan diri untuk dilatih kemiliteran oleh pihak Penjajah Jepang demi Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.
Meskipun sebetulnya Bangsa Indonesia juga tahu bahwa Penjajah Jepang hanya bohong belaka untuk Memerdekakan Bangsa Indonesia dan pemuda-pemudi yang dilatih kemiliteran oleh pihak tentara Jepang hanya untuk dijadikan tentara cadangan atau tentara pembantu saja dalam perang melawan Sekutu. Tetapi hal itu tetap merupakan suatu kesempatan yang sangat besar dan langka bagi Bangsa Indonesia agar bisa berlatih kemiliteran serta mempersiapkan sendiri Kemerdekaan yang sudah menjadi cita-cita dari Bangsa Indonesia. Sebab dulu pada jaman Penjajahan Belanda, Bangsa Indonesia tidak pernah dilatih kemiliteran sama sekali. Hal ini mungkin karena Belanda sangat takut jika Bangsa Indonesia memiliki kemampuan militer maka akan berontak melawan mereka. Hanya yang mau menjadi antek dan tentara bayaran,  KNIL, saja yang dilatih militer.
Jepang akhirnya kalah pada Perang Dunia II. Tapi Jepang yang kalah dan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu malah membuat perjanjian untuk menyerahkan daerah jajahannya. Perjanjian ini menimbulkan kekecewaan mendalam, baik pada Bangsa Indonesia maupun para petinggi militer Jepang. Tidak semua petinggi militer Jepang sependapat dan mematuhi perjanjian, tapi juga tidak terang-terangan melawan. Mereka menghormati Kaisar Jepang, Hirohito, yang menanda-tangani surat pernyataan Menyerah Tanpa Syarat kepada Jenderal Douglas MacArthur. Disaat status quo ini, dimana pihak Tentara Jepang yang telah menyerah tetapi Tentara Sekutu belum tiba, Bangsa Indonesia memproklamasikan Kemerdekaannya serta membentuk BKR, yaitu Badan Keamanan Rakyat untuk menjaga keamanan dan ketertiban sekaligus mempertahankan Kemerdekaan R.I.
Badan Keamanan Rakyat atau yang disingkat BKR dibentuk beberapa hari setelah Proklamasi. Bangsa Indonesia menggunakan istilah Badan bukan Tentara agar tidak memancing perhatian Tentara Sekutu yang telah diboncengi Belanda. Bangsa Indonesia khawatir jika Tentara Sekutu menyerahkan kepada Belanda maka akan dijajah lagi. Dengan hanya menggunakan istilah badan, diharapkan Tentara Sekutu tidak curiga bahwa Indonesia sedang mempersiapkan kekuatan untuk melawan apabila kedaulatan diberikan kepada Belanda. BKR sendiri dibentuk dari seluruh unsur lapisan masyarakat yang dengan secara sukarela bersedia berjuang mengorbankan nyawa demi mempertahankan Kemerdekaan. Baik itu pelajar, pemuda-pemudi, dokter, seniman, pengusaha, rohaniawan, guru, buruh, orang yang pernah dilatih militer oleh Tentara Jepang maupun Belanda hingga petani. BKR yang cikal-bakalnya berasal dari rakyat jelata inilah sekarang bernama TNI.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Rabu, 01 Agustus 2012

Paradigma Baru Pegawai Pemerintah.

Kita semua tahu bahwa menjadi Pegawai Negeri Sipil adalah dambaan dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak hanya terjadi di jaman sekarang saja, tetapi sudah terjadi sejak jaman Penjajahan dulu bahkan mungkin malah sejak dari jaman Kerajaan dahulu kala. Kita semua tentunya juga menyadari kenyataan bahwa jika seseorang menjadi Pegawai Negeri Sipil maka status sosialnya di masyarakat akan terangkat dan pastinya kehidupannya juga akan lebih terjamin sampai akhir hayat karena ditanggung oleh Negara (mendapat jaminan kesehatan dan pensiun). Bukanlah suatu hal yang salah apalagi terlarang untuk mendapatkan fasilitas serta jaminan kesejahteraan dan kesehatan sampai akhir hayat dari Negara atas pengabdian, jasa atau dharma bhakti yang pernah diberikan kepada Tanah Air, malahan hal tersebut adalah suatu kebanggaan yang tidak dapat dibeli serta juga keharusan dari sebuah Negara untuk memberikan penghargaan yang setingi-tinginya kepada warga Negara yang telah mengabdikan diri, berjasa atau mendharma-bhaktikan dirinya kepada Nusa dan Bangsa, meskipun sesungguhnya hal ini (baca : pengabdian) adalah merupakan sebuah kewajiban bagi setiap Warga Negara.
Sebenarnya untuk mengabdi kepada Negara, tidak harus selalu menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil. Banyak hal yang dapat kita lakukan dan sumbangkan untuk Negara meskipun kita bukan seorang Pegawai Negeri Sipil. Namun paradigma yang sudah lama terbangun sejak jaman Penjajahan dulu bahwa seseorang yang mengabdikan diri kepada Pemerintah (kalau jaman dulu Penguasa) maka status sosialnya akan terangkat karena berposisi sebagai kaki-tangan (baca : pembantu) dari Penguasa yang sedang berkuasa pada saat itu dan mendapatkan fasilitas termasuk juga pendidikan yang lebih untuk keluarganya serta jaminan kesejahteraan (baca : pensiun) sampai akhir hayatnya, bukanlah hal yang mudah untuk dirubah apalagi dihilangkan karena masih saja tertanam hingga saat ini. Pegawai Negeri Sipil yang seharusnya adalah sebuah wujud dari bentuk kecintaan terhadap Bangsa dan Negara (baca : pengabdian) dengan cara menjalankan suatu pelayanan yang bisa berguna dan bermanfaat untuk membantu / mempermudah masyarakat luas lainnya juga sekaligus Pemerintah dalam kegiatan yang berhubungan dengan administrasi, birokrasi atau ketata-usahaan Negara dll, masih belum dapat dimengerti sebagaimana mestinya / harusnya.
Sebagai Negara yang sudah menggunakan sistem demokrasi dan tentunya mengakui bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat maka paradigma yang dulu terbangun di jaman Penjajahan yaitu Pegawai Negeri Sipil bekerja untuk Penguasa / Pemerintah sudah harus dirubah dengan paradigma baru yang sesuai dengan semangat demokrasi yaitu Pegawai Negeri Sipil bekerja untuk dan demi kepentingan seluruh lapisan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang memudahkan sebagai suatu wujud dari bentuk kecintaan terhadap Bangsa dan Negara demi kelancaran, kebaikan serta kemajuan bersama (Rakyat juga Negara). Jadi roh atau spirit atau tujuan utama untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil itu bukan lagi mengabdi kepada Pemerintah atau Penguasa, tetapi melainkan kepada Masyarakat karena sebenarnya masyarakat (baca : rakyat) adalah pemilik dari sebuah Negara. Dengan paradigma baru ini, diharapkan semangat demokrasi yang sesungguhnya bisa tertanam disetiap jiwa Pegawai Negeri Sipil dan terjadi suatu perubahan dalam kinerja sesuai dengan sistem pemerintahan yang demokratis juga dengan pemahaman dari arti kata Pegawai Negeri Sipil itu sendiri. Paradigma lama yang mengabdi untuk kepentingan Pemerintah / Penguasa sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman dan jiwa dari demokrasi yang kita miliki saat ini apalagi nanti.
Sebetulnya jikalau kita ini mau dan mampu mencermati serta berpikir dengan sungguh-sungguh, maka sebenarnya seseorang yang mengabdikan dirinya kepada Negara bukanlah termasuk bagian dari suatu Pemerintahan meskipun tempat bekerjanya memang di kantor Pemerintah. Akan tetapi hal tersebut merupakan bagian dari masyarakat yang dengan kesadaran dan secara sengaja rela mengabdikan dirinya kepada Negara untuk membantu masyarakat lainnya (tujuan sosial dan kemanusiaan) dalam urusan yang berhubungan dengan Pemerintahan suatu Negara agar bisa tercapai tujuan dari kedua-belah pihak (baik Pemerintah yang sedang menjabat disaat itu maupun Rakyat sebagai pemilik Negara dan yang sudah memberikan kepercayaan kepada Pemerintahan yang sedang menjabat) yang tentunya yaitu demi kebesaran, kejayaan serta kemakmuran Negara.
Oleh karena tujuan daripada pengabdian tersebut adalah dengan kesadaran dan secara sengaja rela untuk membantu sesama masyarakat juga sekaligus membantu pihak Pemerintah yang sedang menjabat (sebab telah mendapatkan kepercayaan dan mandat dari masyarakat) dalam mewujudkan janji-janji (sebelum menjabat) juga agenda politik demi Negara, maka Negara yang dalam hal ini dijalankan oleh pihak Pemerintah (baik sebelum, sedang atau akan menjabat) wajib untuk memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya. Penghargaan itu bisa diberupakan gaji, honor, tunjangan, fasilitas, pesangon, jaminan (kesehatan, kesejahteran, pendidikan, pensiun dll), gelar, bintang kehormatan, satya lancana, tanda jasa, medali, piagam dan lain sebagainya malah kalau perlu sampai ke urusan pemakaman (istimewa) atau kesemuanya yang telah disebutkan ini. Siapapun yang telah mengabdikan dirinya untuk Negara, maka wajib untuk mendapatkan sebuah penghargaan meskipun penghargaan itu juga harus ada ketentuan, kadar, jenjang dan kriterianya.
Dengan demikian kesalahan dari paradigma lama bahwa bekerja atau mengabdi kepada Negara itu juga berarti bekerja atau mengabdi kepada Pemerintah (yang sedang memerintah / Penguasa), juga akan berubah menjadi paradigma yang baru, yaitu, “Bekerja atau Mengabdi kepada Negara adalah Bekerja atau Mengabdi untuk kepentingan Masyarakat demi Kejayaan Negara”. Jika paradigma ini sudah bisa betul-betul meresap ke jiwa seluruh masyarakat, maka Rakyat akan menjadi Raja di dalam rumahnya sendiri dan Pemerintah yang menjabat karena terpilih melalui proses pesta demokrasi (meskipun akan selalu silih-berganti) tidak akan bisa memerintah secara semena-mena, menyalah-gunakan suatu kewenangan atau tidak sesuai dengan konsep yang sudah ada apalagi janji palsu saat kampanye, sebab mereka yang bekerja di kantor Pemerintahan telah sadar bahwa mereka bukan pegawai atau bagian dari Pemerintah itu, tetapi bagian dari masyarakat. Hal ini akan menjadi sebuah babak baru serta langkah maju dalam sistem demokrasi Pemerintahan kita.
Istilah Pegawai Negeri Sipil (logikanya pegawai negeri itu ya memang orang sipil termasuk kepolisian juga, yang bukan orang sipil hanya militer saja) mungkin ke depan ada baiknya diganti dengan istilah Pegawai Pemerintah saja dan tidak perlu diseragami atau memakai uniform untuk membedakan diri dengan masyarakat umum, meskipun tanda atau simbol yang menunjukkan kalau bekerja pada Pemerintah tetap boleh digunakan sebagai tanda atau petunjuk. Didalam bentuk Pegawai Pemerintah ini terdapat Pegawai Pemerintah secara Karir (jumlahnya lebih sedikit) dan Pegawai Pemerintah secara Sukarela (jumlahnya lebih banyak dari yang Karir) serta rekruitmen Pegawai Pemerintah ini harus benar-benar secara transparan dan diketahui oleh masyarakat luas. Dengan salah satu cara menyebar-luaskan nama-nama melalui media massa dan meminta masukan tentang mereka dari masyarakat. Begitupun setelah mereka sudah bekerja sebagai Pegawai Pemerintah nantinya, masukan dari masyarakat ini adalah salah satu bagian utama dari sistem penilaian dari kenaikan pangkat, jabatan dan kelayakan bagi mereka untuk bisa tetap bekerja di Kantor Pemerintahan.
Telah disampaikan diatas tadi bahwa Pegawai Pemerintah ini terdiri dari 2 bentuk, yaitu Pegawai Pemerintah Karir dan Pegawai Pemerintah Sukarela. Mungkin menjadi sebuah pertanyaan tentang perbedaan antara Pegawai Karir dan Pegawai Sukarela. Pegawai Pemerintah Karir adalah mereka yang ingin menempuh hidup dengan cara/jalan berkarir pada kantor Pemerintahan sehingga harus ada ujian penerimaan dengan kriteria khusus untuk jalur ini, baik dalam segi usia, pendidikan (khusus untuk menjadi Pegawai Pemerintah), EQ, IQ, kesehatan maupun kecintaan pada Tanah Air / Nasionalisme dan mereka mendapatkan gaji tetap. Sedangkan untuk Pegawai Pemerintah Sukarela adalah mereka yang secara sukarela atau dengan kesadaran sendiri ingin bekerja pada kantor Pemerintahan karena alasan tertentu, hal ini bisa karena kemampuannya (profesional) atau lain sebagainya, namun mereka hanya bekerja dengan sistem kontrak selama 3 tahunan serta dapat diperpanjang sesuai ketentuan yang berlaku. Pegawai Pemerintah Sukarela mendapatkan gaji dan fasilitas yang sama dengan Pegawai Karir tetapi tidak mendapatkan pensiun melainkan pesangon saja. Untuk memperpanjang kontrak dari Pegawai Pemerintah Sukarela harus mempertimbangkan kinerja dan masukan dari seluruh lapisan masyarakat agar bisa didapat Pegawai Sukarela yang terbaik.
Segala sesuatu akan berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan sesuatu yang baik pula apabila diawali dengan niat yang baik, tujuan yang baik dan yang paling penting adalah cara yang benar. Semoga sistem demokrasi dapat benar-benar berjalan di Negara kita yang tercinta ini dan terjadi suatu perubahan yang lebih baik demi kemajuan seluruh Bangsa serta Negara kita yang tercinta ini, terutama pada kinerja dan pelayanan Pegawai Negeri Sipil.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Rabu, 25 Juli 2012

Kekuatan Laut.

Negara kita yang tercinta ini adalah sebuah Negara yang besar, luas, kaya, strategis dan subur tapi terpisah-pisah oleh lautan karena terdiri dari Pulau-Pulau. Baik itu berupa sebuah Pulau yang besar, sedang maupun berupa sebuah Pulau yang lebih kecil hingga sampai yang terkecil sekali dan tak berpenghunipun juga ada. Dengan posisi yang terpisah-pisahkan oleh air, tentunya hal ini lebih mempersulit pengawasan dalam rangka mengamankan dan menjaga kekayaan alam yang terdapat disetiap wilayah, baik itu kekayaan alam yang berada di wilayah lautan maupun daratan. Kekayaan alam kita ini merupakan sebuah anugerah dan karunia yang dititipkan oleh Allah SWT kepada seluruh rakyat Indonesia untuk selalu dijaga serta dilestarikan namun boleh dimanfaatkan dan dipergunakan sebagai modal juga pendapatan dengan secara layak, arif serta tanggungjawab. Sebab segala sesuatu yang ada pada kehidupan dunia ini pastilah akan selalu ada batas, akhir dan habisnya, begitupun dengan sumber kekayaan alam kita. Oleh karena sebab itulah kita semuanya wajib untuk melakukan pengawasan, pengendalian, pengamanan, penjagaan dan pelestarian pada sumber kekayaan alam milik Tanah Air kita tercinta dengan secara komprehensif serta terpadu.

Kekuatan Laut.
Setelah kita semua mengetahui dan menyadari bahwa sesungguhnya posisi dari daratan kita yang sebenarnya adalah terpisah-pisahkan oleh lautan, padahal Tanah Air kita tercinta ini amat sangat kaya raya dengan berbagai macam sumber alam, baik yang berada di laut maupun yang berada di darat maka secara logika berpikir harusnya kekuatan yang terbesar dari Negara kita yang tercinta ini berada pada Kekuatan Laut, meskipun Kekuatan Darat juga sangat diperlukan karena sumber kekayaan alam juga banyak yang berada di darat. Tapi karena letak yang terpisah-pisah, akhirnya menyebabkan mudahnya pencurian sumber kekayaan alami kita ini melalui laut, belum ditambah lagi dengan masalah penyelundupan barang, hewan dan manusia melalui jalur laut baik yang dari dalam negeri kita sendiri ke luar negeri ataupun yang dari luar negeri masuk ke dalam negeri kita yang tercinta ini, serta tentunya hal yang paling penting dan utama adalah untuk mengantisipasi jika suatu saat nanti negeri kita yang merdeka serta berdaulat ini mendapat serangan dari Negara lain melalui jalur laut, karena jalur inilah yang akan lebih mudah untuk dilalui mengingat daratan kita yang terpisah-pisah. Kekuatan laut kita saat ini sudah sangat baik, namun melihat kenyataan bahwa daratan (baca : pulau) kita sangatlah banyak, maka perbandingan antara kekuatan laut kita yang ada saat ini dengan jumlah daratan yang harus dijaga adalah sangat tidak seimbang. Hal ini tentunya akan merugikan Negara kita sendiri karena sumber kekayaan alam yang harusnya dapat kita nikmati dan pergunakan dalam rangka untuk mensejahterakan rakyat serta pula kemakmuran Negara, akhirnya berkurang atau mungkin juga hilang lantaran dicuri oleh pihak atau oknum dari Negara Asing yang tentunya untuk kemakmuran Negara tersebut. Sejarah Bangsa kita, terutama pada saat Era Kerajaan Mojopahit telah membuktikan bahwa Negara dan Bangsa yang kita cintai ini, bisa sangat besar serta kuat hingga terkenal sampai ke seluruh penjuru dunia karena memiliki armada Kekuatan Laut yang tangguh, besar dan kuat pula. Semoga kita termasuk golongan orang yang bijak sehingga mau belajar dari sejarah dan menyadari kenyataan bahwa Negara kita sangat memerlukan Kekuatan Laut yang besar serta kuat demi kesejahteraan dan kemakmuran Bangsa.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---