Selasa, 26 Juli 2016

Setiap Umat Manusia, Pastilah Memiliki Kelebihan dan Kekurangan.

Sekali lagi saya sampaikan, bahwa saya tidak suka dukung-mendukung, apalagi hanya untuk orang-perorang saja. Tidak buat Jokowi, Prabowo, Ganjar, Ahok, Anies, Yusril dll lebih lagi Erdogan. Lantaran saya sangat sadar, bahwasanya setiap umat manusia, pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan.

Serta saya cuma mendukung kemajuan plus kejayaan dari Bangsa, Tanah Air dan Negara Republik Indonesia kita tercinta ini belaka. Bukannya yang lainnya! Lebih-lebih negara milik orang lain, yang tidak ada hubungan, sangkut-paut dan kebaikannya terhadap kita semuanya, Bangsa Indonesia.

Saya gemar sekali menyebut Negara Republik Indonesia, karena kesannya bulat dan utuh. Daripada NKRI yang kesannya seperti terpisah, tetapi berkumpul (kesatuan). Meskipun kenyataannya memang terpisahkan oleh laut, selat dan pantai kepulauan.

Namun secara jiwa, kita seluruhnya merupakan Bangsa Indonesia yang sejak jaman nenek moyang dahulu kala adalah bangsa yang besar dan bersatu. Lantaran dari itu, menyebut Negara Republik Indonesia rasanya sudah paling cocok dan tepat untuk diri saya pribadi.

Belum lagi jikalau ada "Plintiran" dan "Otak-atik" dari para Politikus Busuk. Dengan menyebut sebagai Negara Kesatuan, bisa jadi lain kali apabila ada Pihak Asing yang membiayai, maka kata "Kesatuan" tersebut akan dijadikan senjata untuk menghancurkan jiwa berkebangsaan yang telah tertanam di dalam diri kita masing-masing.

Pun kata kesatuan itu bagi saya terkesan seperti RIS atau Negara Federasi, sehingga setiap daerah bakalan membuat aturannya sendiri. Yang mana hal tersebut tentunya akan memudahkan bagi Pihak Asing untuk menunggangi dan merusak, bahkan menghilangkan ideologi Pancasila.

Setiap umat manusia tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga jikalau kita terlalu memuja dan mendewakannya, niscaya suatu saat nanti pastilah bakalan kecewa. Kecuali perasaan kita sudah mati rasa dan menutup mata serta telinga atas segala sesuatu yang terjadi.

Hal-hal seperti ini pastinya bukanlah hal yang baik, apalagi membawa kebaikan, malahan membawa kerusakan. Mendukung orang-orang lebih lagi hingga berlebihan akan membuat pikiran dan hati nurani menjadi tumpul, serta berat sebelah, karena tidak adil. Tidak adil itu bakalan menciptakan jurang pemisah.

Sebagai manusia biasa, kita jelas pernah mengagumi orang lain. Kekaguman kepada orang lain ialah hal yang wajar. Tetapi akan menjadi terhormat, apabila kekaguman tersebut mampu dikendalikan, serta diarahkan buat dijadikan kebajikan bersama. Yakni, kebajikannya Bangsa dan Negara yang kita cintai.

Jadi bukannya kekaguman pada seseorang yang membabi-buta dan tidak memiliki manfaat untuk orang lain, terutama yang tidak sepaham dengan diri kita. Yang pasti buat diri saya pribadi, dukungan untuk kemajuan dan kejayaan dari Bangsa, Tanah Air serta Negara Republik Indonesia kita tercinta, sangat jauh lebih penting daripada hanya mendukung orang-perorang semata.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru/digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Senin, 25 Juli 2016

Belajar Memilih Seorang Pemimpin.

Jikalau kita ingin melihat jiwa besar, pikiran luas, matang, bijaksana sekaligus kesetiaan seseorang terhadap orang lain termasuk kepada Bangsa dan Negaranya maka lihatlah dia di saat sedang gagal, kalah serta terjatuh akibat mengejar ambisinya sendiri.

Kalau hanya berdasarkan dari cerita dan citra yang dibangun melalui media sosial maupun media massa maka kita tidak akan pernah tahu kepribadian, tujuan serta kebaikan yang sesungguhnya dari orang tersebut. Karena itu semua hanyalah sebuah sandiwara semata.

Citra itu sangat mudah untuk dibuat apalagi kalau memiliki harta kekayaan yang berlimpah. Lembaga khusus untuk pencitraan yang biayanya besar, bisa dibayar dan diarahkan sesuai dengan citra yang diharapkan. Meskipun kesemuanya itu hanyalah palsu belaka.

Apalagi di saat sedang mengejar mimpi dan ambisi, semua yang ditampilkan adalah cerita serta hal-hal yang baik-baik saja. Segala cara akan ditempuh, meskipun dari hasil rekayasa. Semua hanya untuk mendapatkan suara, dukungan, pemilih, pengikut dan kemenangan.

Jiwa besar, pikiran luas, kematangan, kebijaksanaan sekaligus kesetiaan itu tidak dapat dibuat tatkala kita sedang mengalami kekecewaan yang mendalam. Oleh karena itu, kita baru akan bisa mengetahui kepribadian, tujuan dan kebaikan yang sesungguhnya setelah dia mengalami kegagalan

Seorang pemimpin, baik pemimpin pada keluarga sendiri apalagi pemimpin sebuah bangsa haruslah memiliki jiwa besar, pikiran luas, matang, bijaksana sekaligus kesetiaan. Sebab tanpa kelima hal tersebut maka kelayakannya untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah lengkap.

Ambisi pribadi atau fanatisme yang berlebihan kepada seseorang seringkali membutakan logika. Segala kekurangan yang seharusnya dijadikan acuan untuk menjadi maupun memilih seorang pemimpin, akhirnya diabaikan sebab yang diutamakan hanyalah emosi belaka.

Segala cara ditempuh untuk memenangkan diri atau jagoan yang telah difanatikki, termasuk menutupi kekurangannya. Padahal seorang pemimpin itu harus siap dengan kritikan, kenyataan dan kejadian buruk. Tidak cuma mau mendengar, melihat dan menerima yang baik-baik saja.

Apalagi di saat nanti sudah memimpin, tentunya akan banyak menerima dan menghadapi hal-hal yang tidak mengenakkan hati. Seseorang yang tidak memiliki jiwa besar, pikiran luas, matang, bijaksana sekaligus kesetiaan pasti tidak akan mampu untuk mengembannya. Walaupun dirinya sendiri dan para pendukungnya sudah amat sangat berambisi untuk menang.

Seseorang yang memiliki itikad baik dan mulia serta dengan tulus-ikhlas ingin menjadi seorang pemimpin, pasti tidak akan pernah mementingkan ambisi dari pribadinya sendiri. Termasuk dalam urusan kalah ataupun menang, karena tujuannya tanpa pamrih dan demi kebaikan bersama, Bangsa dan Negara tercinta.

Kegagalannya tidak akan membawa kerusakan, gesekan dan hal-hal yang negatif lainnya lantaran kekecewaan. Tetapi malah membawa kebaikan, persatuan dan hal-hal yang positif termasuk dukungan yang tulus-ikhlas kepada pihak yang menang. Sebab ia memiliki jiwa besar, pikiran luas, matang, bijaksana sekaligus kesetiaan kepada Bangsa dan Negara.

Marilah kita semuanya lebih belajar lagi di dalam memilih dan mendukung seseorang yang ingin menjadi pemimpin. Terutama yang sungguh-sungguh ingin berjuang untuk kebaikan bersama, bukan untuk dirinya sendiri. Dan hal tersebut pasti akan terlihat di saat dia memperoleh kekalahan, bukan kemenangan.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 24 Juli 2016

Pewaris Kekayaan Yang Bodoh.

Gara-gara pernah tinggal di luar negeri dan keliling dunia, akhirnya saya tahu sekaligus sadar bahwa tidak ada Negara yang seindah, seramah, sekaya, sesubur apalagi semakmur Indonesia, Tanah Air kita yang tercinta ini.

Baik itu dari manusianya, alamnya, budayanya, sejarahnya maupun falsafahnya. Sungguh luar biasa, sangat membanggakan dan merupakan sebuah anugerah yang terbesar untuk kita semuanya dari Allah SWT.

Namun sayang, masyarakat kita banyak yang tidak merasa ikut memiliki Bangsanya sendiri melainkan hanya hidup dengan rasa Kesukuannya saja dan mudah dipengaruhi serta diadu-domba oleh Bangsa lain.

Kita juga tidak cinta kepada Tanah Air apalagi saudara Sebangsa karena silau dengan cerita orang lain tentang luar negeri dan sangat percaya terhadap omongan Bangsa lain yang jelas memiliki kepentingan terhadap Tanah Air kita.

Kalau seandainya negara kita ini buruk, jelek dan miskin lalu mengapa bangsa lain berbondong-bondong datang kesini? Negara buruk, jelek dan miskin kok didatangi?

Oleh karena sebaliknyalah maka mereka datang kesini! Mereka memanfaatkan keramahan Bangsa kita, untuk menguasai dan mengeruk harta kekayaan Tanah Air kita demi kesejahteraan serta kemakmuran Bangsa mereka sendiri.

Mereka mempengaruhi sekaligus merusak Bangsa kita dengan segala macam cara, terutama dengan cara-cara yang kotor lagi kejam.

Korupsi, narkoba, pornografi, aliran garis keras yang sesat, adu-domba dan segala macam cara yang amat sangat busuk lainnya agar moralitas serta mentalitas dari Bangsa kita yang tercinta ini akhirnya menjadi rusak.

Sehingga nantinya akan dapat dengan mudah dirampok kekayaan alamnya untuk dibawa pulang ke Negara mereka sendiri.

Tidak berbeda dengan jaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda dan Jepang dulu, hanya berbeda cara menaklukannya saja.

Kalau jaman dulu penaklukan dilakukan dengan cara Perang Fisik, kalau jaman sekarang penaklukan dilakukan dengan cara pengrusakan moral dan mental.

Ini lebih kejam karena pengrusakan moral dan mental itu tidak mungkin bisa diperbaiki dalam waktu yang singkat, tetapi akan sangat lama.

Semoga kita semuanya segera sadar akan potensi dari bahaya besar yang sedang terjadi pada saat ini.

Ingatlah bahwa, "Pewaris kekayaan yang bodoh, lebih buruk daripada orang miskin yang mau untuk selalu berpikir dan berjuang demi kejayaan keluarganya".

Janganlah sampai kita yang telah diwarisi begitu banyak harta kekayaan oleh para Pahlawan Bangsa dan Negara ini, ternyata hanyalah sekumpulan dari orang-orang bodoh yang mudah dirusak oleh Bangsa lain belaka.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Sabtu, 23 Juli 2016

Menabuh Genderang Perang di Masa Damai.

Presiden adalah sebuah sosok dari seorang Pemimpin Nasional. Yang artinya haruslah selalu mampu untuk berdiri dengan tegak lagi lurus di atas seluruh golongan, kelompok, suku, agama, ras dan kepentingan yang ada demi kemajuan serta kebaikan dari semua pihak yang berada di dalam Negaranya.

Tidaklah mungkin membangun Citra Kenegarawanan dengan memunculkan isu-isu negatif. Terutama yang berisikan ujaran kebencian dan permusuhan terhadap unsur-unsur yang ada di dalam Negaranya sendiri. Apalagi dengan menyebarkan informasi yang menghasut untuk mengadu-domba dan menciptakan perselisihan.

Menarik perhatian dari satu pihak, berarti tidak mengindahkan pihak yang lainnya, termasuk pihak yang tidak ikut memihak. Dan ini bukannya cuma urusan agar terlihat seperti memiliki pendukung yang banyak di mata masyarakat belaka. Tetapi lebih ke arah kemampuan untuk mempersatukan, memimpin dan mengendalikan seluruh jajarannya.

Pendukung yang tertib, sopan, santun, damai, tidak membabi-buta, beretika, bermoral, merangkul semua pihak dan golongan serta hal-hal yang positif lainnya amat sangat berperan penting di dalam membangun Citra Kepemimpinan yang baik, termasuk Kenegarawanan. Terutama untuk menarik dukungan dari pihak-pihak yang cara berpikirnya sudah rasional.

Jaman sudah sedemikian canggihnya, internet telah menyebar secara merata, hingga ke seluruh pelosok daerah. Desa bukanlah lagi identik dengan kemiskinan tetapi lebih ke arah gaya hidup, kekuatan pangan, pelestarian alam dan budaya serta kearifan lokal. Sehingga pemanfaatan yang cuma untuk kepentingan politik sesaat semata, sudah tidak seefektif dulu lagi.

Jejaring dan media sosial pada saat ini telah memudahkan perkenalan serta pertemanan. Tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi juga ke seluruh dunia pula. Perkenalan dan pertemanan inilah yang pada akhirnya akan membuka wawasan, pengetahuan serta keakraban antar umat manusia di seluruh dunia (nantinya), terutama bagi mereka yang memiliki itikad baik.

Genderang Perang yang terus-menerus ditabuh, pada akhirnya cuma akan menjadi sia-sia belaka. Bunyinya tidak lagi menggugah semangat, tetapi malahan menjadi penghilang semangat. Kecuali bagi orang-orang yang memang sejak dari awal dan pada dasarnya mudah terpengaruh serta terhasut oleh Suara Genderang tersebut. Juga yang tidak mengetahui kemajuan jaman sekaligus memakai logika pula.

Di masa yang sudah baik dan damai, jarang ada orang yang mau diajak untuk berperang. Lebih lagi di jaman yang telah dipenuhi dengan wawasan, pengetahuan dan keakraban seperti pada saat ini. Semua orang ingin menikmati indahnya kehidupan di dalam perbedaan dan kebersamaan, tanpa terpecah-belahkan oleh kepentingan sesaat dalam bentuk apapun, termasuk politik.

Semoga di masa yang akan datang kita memiliki seorang Pemimpin Nasional yang mampu untuk menjadi suri teladan, sekaligus sebuah sosok dari seorang Pemersatu yang bisa mewadahi seluruh kepentingan yang ada di Tanah Air kita yang tercinta ini. Demi kebaikan, kemajuan, kemakmuran, kejayaan dan keunggulan dari Negara serta kita semuanya, seluruh Bangsa Indonesia ke depan.

Charles E. Tumbel, 23 Juli 2014.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Kamis, 21 Juli 2016

Secuil Sejarah, Sebongkah Pengetahuan Dan Segunung Kebaikan.

Sejarah adalah hal utama yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah perjalanan, baik pribadi maupun bangsa. Dan hikmah dari mempelajari sejarah tersebut dapat membawa kebaikan serta manfaat bagi masa depan semua pihak.

22 April 1944 : Pasukan Sekutu dibawah komando Jenderal Besar Douglas MacArthur (AS) berhasil menguasai Hollandia (Jayapura) dan sekitarnya.

17 Agustus 1945 : Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan Kemerdekaan RI.

14 September 1945 : Pasukan Sekutu dibawah komando Laksamana Madya Lord Louis Mountbatten (Inggris) yang dibonceng NICA (Belanda) ingin mengambil-alih bekas wilayah Hindia Belanda yang telah dijajah Jepang, namun seluruh Pejuang RI mati-matian mempertahankan Kemerdekaan.

17 Januari 1948 : Perjanjian Renville dilaksanakan, AS ikut-serta di dalamnya.

04 April 1949 : NATO (Blok Barat) terbentuk.

07 Mei 1949 : Perjanjian Roem - Royen dilaksanakan, AS ikut-serta di dalamnya.

02 November 1949 : Konferensi Meja Bundar dilaksanakan, AS ikut-serta di dalamnya.

27 Desember 1949 : Belanda menyerahkan hampir seluruh bekas wilayah Hindia Belanda yang pernah dijajahnya, kecuali di Irian Barat dan mendirikan Pemerintahan NICA disana. Serta meminta bentuk Negara RI yang sudah utuh bersatu dirubah menjadi bentuk Serikat atau RIS.

28 Desember 1949 : Hubungan Diplomatik RI - AS resmi terbentuk.

03 Februari 1950 : Hubungan Diplomatik RI - USSR resmi terbentuk.

13 April 1950 : Hubungan Diplomatik RI - RRC resmi terbentuk.

1947 - 1991 : Perang Dingin antara AS - USSR.

24 April 1955 : Gerakan Non Blok saat KTT Asia - Afrika di Bandung terbentuk.

14 Mei 1955 : Pakta Warsawa (Blok Timur) terbentuk.

11 September 1956 : Pernyataan Bersama RI - USSR.

10 Februari 1958 : Front Nasional Pembebasan Irian Barat terbentuk.

1959 - 1962 : Eratnya hubungan RI - USSR.

1960 - 1964 : Eratnya hubungan RI - RRC termasuk di dalam bidang militer dan rencana pengembangan senjata Nuklir milik RRC di wilayah RI.

1961 - 1963 : Bung Karno, Presiden RI bersahabat karib dengan John F. Kennedy, Presiden AS.

19 Desember 1961 : Pemerintah RI mengumumkan secara resmi operasi militer untuk memasukkan kembali Irian Barat ke dalam wilayah RI.

15 Agustus 1962 : AS menengahi konflik RI - Belanda masalah Irian Barat dengan membuat Persetujuan New York dan menyerahkannya kepada PBB.

20 September 1962 : PBB mendirikan UNTEA.

01 Mei 1963 : UNTEA menyerahkan Pemerintahan Irian Barat kepada RI.

22 November 1963 : Presiden AS, John F. Kennedy tewas ditembak di Dallas, Texas.

15 Juni 1964 : G77 terbentuk.

30 September 1965 : Pemberontakan G30S/PKI.

11 Maret 1966 : Supersemar.

1966 - 1967 : Hubungan Diplomatik RI - USSR memburuk.

22 Februari 1967 : Bung Karno mengundurkan diri dari jabatannya selaku Presiden RI.

12 Maret 1967 : Pengemban Supersemar, Jenderal TNI Soeharto dilantik menjadi Presiden RI.

07 April 1967 : Kontrak Karya I Freeport Indonesia ditanda-tangani.

30 Oktober 1967 : Hubungan Diplomatik RI - RRC dibekukan.

20 Mei 1981 : RRC bergabung di G77.

10 September 1989 : Hubungan Diplomatik RI - USSR membaik.

08 Agustus 1990 : Hubungan Diplomatik RI - RRC dicairkan kembali.

30 Desember 1991 : Kontrak Karya II Freeport Indonesia ditanda-tangani.

28 Desember 1991 : Pengakuan RI atas Negara Federasi Rusia.

04 Februari 1995 : Freeport secara resmi mengakui telah menambang Emas di Irian Barat.

30 Agustus 1995 : Isu tentang AS memberikan bantuan kepada 30 LSM melalui US Aid For International Development.
(- The New York Times : Melalui badan bantuan resmi pemerintah Amerika Serikat, United State’s Agency for International Development (US-AID), pemerintah Amerika Serikat mencurahkan duit kepada kelompok-kelompok oposisi di Indonesia sejak 1995, yang jumlahnya mencapai 26 juta dollar.
- Atau seperti ditegaskan Sharon Cromer, Deputi Direktur US-AID, Amerika Serikat membantu pembela hak-hak sipil untuk memonitor isu-isu hak asasi manusia (HAM), memobilisasi pendapat umum (opini publik), dan memonitor pelanggaran hukum dan korupsi (KKN). Untuk itu duit 26 juta dollar dibagi-bagikan kepada sekitar 30 LSM Indonesia).

27 Juli 1996 : Tragedi Kudatuli.

22 September 1996 : Overseas Private Investment Corporation menulis surat kepada Freeport McMoRan Copper and Gold tentang rencana pembatalan asuransi investasi berdasarkan catatan buruk yaitu, “Membahayakan suatu lingkungan secara tidak masuk akal bagi kesehatan atau berbahaya bagi keselamatan di Irian Barat“.

07 April 1997 : Kontrak Karya I Freeport berakhir.

1997 : Isu tentang rencana RI membeli Pesawat Sukhoi KI (SU - 30 KI) dari Rusia.

02 Juli 1997 : Krisis Moneter di Asia termasuk RI.

1997 : Isu tentang gagalnya RI membeli Pesawat Sukhoi KI (SU - 30 KI) dari Rusia.

31 Oktober 1997 : IMF memberikan bantuan kepada RI.

1997 - 1998 : Penculikan Aktivis.

15 Oktober 1998 : Isu tentang permainan Saham Freeport oleh Pejabat Tinggi RI pada saat Perpanjangan Kontrak Karya II pada tahun 1991.

1998 : Isu tentang Kapal Induk AS yang berlabuh di Teluk Jakarta dan Teluk Benoa.

12 Mei 1998 : Tragedi Trisakti.

13 Mei 1998 : Kerusuhan Mei.

19 Mei 1998 : Gerakan Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR.

21 Mei 1998 : Jenderal Besar TNI Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya selaku Presiden RI dan digantikan oleh Wakil Presiden RI pada saat itu yaitu, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie.

Demikianlah secuil sejarah yang mungkin bisa berguna dan membawa kebaikan serta manfaat bagi masa depan semua pihak. Terima kasih.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Rabu, 20 Juli 2016

Awal Permusuhan Sepanjang Jaman, Hingga Nanti Mendekati Hari Kiamat.

Nabi Ibrahim AS memiliki 2 orang putra, Nabi Ishaq AS dan Nabi Ismail AS. Kedua putra tersebut dari ibu yang berbeda dan tidak pernah bisa saling akur, meskipun bapaknya sama (awal permusuhan sesama Keturunan Nabi Ibrahim AS). Namun keturunan Nabi Ismail AS ada yang dinikahkan dengan keturunan Nabi Ishaq AS, sehingga akhirnya hubungan darah mereka dapat dipersatukan kembali.

Kelak di kemudian hari, Nabi Ishaq AS merantau ke Barat dan Nabi Ismail AS merantau ke Timur. Kedua putra Nabi Ibrahim AS ini memiliki keturunan yang nantinya menjadi Nabi-Nabi Besar dari Agama Samawi, sesuai dengan doa Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT untuk anak-cucunya dan mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Dari keturunan Nabi Ishaq AS dilahirkan Nabi Musa AS yang mendapatkan Kitab Suci Taurat, Nabi Daud AS yang mendapatkan Kitab Suci Zabur dan Nabi Isa AS yang mendapatkan Kitab Suci Injil. Sedangkan dari keturunan Nabi Ismail AS dilahirkan Nabi Muhammad SAW yang mendapatkan Kitab Suci Al Quran.

Nabi Musa AS keturunan dari Nabi Yaqub AS (putra dari Nabi Ishaq AS yang biasa disebut sebagai "Bapak Bangsa Yahudi") yang berkat pertolongan dari Allah SWT dapat memimpin Bangsa Yahudi keluar dari perbudakan Bangsa Mesir untuk kemudian menuju ke "Tanah Perjanjian" dan dititipkan Kitab Suci Taurat kepadanya.

Nabi Daud AS juga keturunan dari Nabi Yaqub AS dan masih cucu kerabat dari Nabi Musa AS pula. Nabi Daud AS yang bertubuh kecil dan hanya seorang Penggembala Kambing biasa belaka, yang berkat pertolongan dari Allah SWT dapat mengalahkan Pemimpin Bangsa Filistin yang besar bak raksasa dengan cuma bersenjatakan sebuah Ketapel saja.

Kemudian Nabi Daud AS memimpin Bangsa Yahudi untuk memasuki "Tanah Perjanjian" (awal permusuhan Bangsa Palestina kepada Bangsa Yahudi) dan dititipkan Kitab Suci Zabur kepadanya.

Nabi Isa AS juga keturunan dari Nabi Yaqub AS dan masih cucu kerabat dari Nabi Musa AS pula, ia adalah putra dari Perawan Maryam. Maryam yang masih perawan selalu menjaga kesuciannya dan tidak pernah disentuh sama sekali oleh seorang lelaki manapun.

Berkat "Kalimat" Allah SWT yang diberitahukan melalui Malaikat Jibril, akhirnya Perawan Maryam mengandung dan melahirkan Nabi Isa AS. Nabi Isa AS berkat pertolongan dari Allah SWT dapat meluruskan kembali Ajaran Taurat dan Ajaran Zabur, sehingga banyak Bangsa Yahudi yang menjadi pengikutnya (awal permusuhan pengikut Agama Yahudi kepada Agama Nasrani) serta dititipkan Kitab Suci Injil kepadanya.

Nabi Muhammad SAW keturunan dari Nabi Ismail AS (yang dikatakan oleh sebagian besar sejarahwan sebagai "Bapak Bangsa Arab") adalah seorang anak yatim piatu yang dibesarkan oleh kakeknya dan tidak bisa membaca maupun menulis.

Nabi Muhammad SAW mengajak, menyerukan dan menyebarkan Ajaran untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa (Tiada Tuhan Selain Allah SWT) kepada Suku-suku yang ada di Mekkah, karena hampir semua Suku yang ada disana pada saat itu menyembah berhala. Nabi Muhammad SAW yang penuh cinta, kasih, sayang, sopan-santun dan selalu berbuat kebaikan terhadap sesama mendapatkan perlawanan serta penganiayaan dari Suku-suku tersebut.

Dengan iman, takwa dan ketawakalannya yang sangat tinggi kepada Allah SWT yang amat sangat dicintainya sekaligus disembahnya itu, akhirnya Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk Hijrah dari kota kelahirannya di Mekkah ke kota lain demi meneruskan perjuangannya di dalam menegakkan Ajaran untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa (Tiada Tuhan Selain Allah SWT) serta dititipkan Kitab Suci Al Quran kepadanya.

Dalam perjuangannya menegakkan Ajaran untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa (Tiada Tuhan Selain Allah SWT) di Mekkah dan sekitarnya, Nabi Muhammad SAW seringkali diingkari serta ditipu bahkan diadu-domba oleh orang-orang yang beragama Yahudi (awal permusuhan pengikut Agama Islam kepada Agama Yahudi), karena orang-orang yang beragama Yahudi (rata-rata Berbangsa Yahudi) adalah para pedagang yang tujuannya hanya mencari keuntungan dari semua pihak belaka.

Berkat pertolongan dari Allah SWT di dalam menegakkan Ajaran untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa (Tiada Tuhan Selain Allah SWT), Nabi Muhammad SAW akhirnya berhasil mengalahkan Suku-suku penyembah berhala dan menaklukkan kembali kota Mekkah (awal permusuhan sesama Bangsa Arab) serta sepeninggalnya seluruh Jazirah Arab disatukan di dalam Ajaran Menyembah Tuhan Yang Maha Esa (Tiada Tuhan Selain Allah SWT) seperti Ajaran Nenek Moyangnya dulu, yaitu Nabi Ibrahim AS.

Jazirah Arab yang tadinya sebagian besar dikuasai oleh Agama Nasrani, akhirnya dikuasai oleh Agama Islam (awal permusuhan pengikut Agama Nasrani kepada Agama Islam) oleh sebab latar-belakang budaya, bahasa dan keturunan yang sama.

Cukup sekian tulisan ini, karena memang kemampuan dan pengetahuan saya masih terbatas sampai disini.

Mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan kata ataupun cerita, serta semoga bermanfaat untuk kita semuanya. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi seluruh saudara tercinta yang sedang menjalankannya.

Marilah kita menghormati Bulan Suci dengan memperbanyak ibadah, doa dan berbuat kebaikan kepada sesama benda CiptaanNya.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Bukan Satrio Piningit Apalagi Ratu Adil, Tetapi Hanya Goro-Goro.

Sistem Demokrasi di Negara kita yang tercinta pada saat ini sudah berjalan dengan amat sangat baik. Malahan bisa dikatakan amat sangat terlalu baik, sehingga kesannya menjadi seperti tidak terkendali.

Buktinya pada saat ini kita bisa berbicara apa saja, seenaknya diri kita sendiri tanpa takut ditangkap. Termasuk mau pro Si A ataupun Si B, tidak ada yang mengatur apalagi melarangnya.

Mau menghujat siapapun tidak ada lagi yang merasa tabu apalagi sungkan, lebih lagi malu. Walaupun hal tersebut pasti bakal diminta pertanggung-jawabannya, baik di dunia saat ini maupun di akherat kelak.

Mau bilang Si A begini dan Si B begitu, bebas-bebas saja. Meskipun hal seperti itu seyogyanya harus bisa dibuktikan secara hukum. Sehingga tidak menjadi cuma asal menuduh dan fitnahan belaka.

Secara garis besar, Sistem Demokrasi kita sudah berjalan dengan amat sangat baik. Walaupun acapkali kebablasan dan membuat orang bukan saja berani untuk berbicara, tetapi malah keterlaluan berbicaranya.

Pemilihan Presiden (Pilpres) adalah ajang yang terbesar dan terpenting (Agenda Negara) setiap 5 tahun sekali. Momen yang paling ditunggu-tunggu dan dinantikan oleh seluruh Warga Negara Indonesia.

Memilih seorang Pemimpin apalagi setingkat Kepala Negara, bukan hanya berdasarkan kepada masalah suka ataupun tidak suka terhadap sosok maupun penampilan luarnya semata.

Tetapi lebih kepada karakter, kemampuan, pengalaman, latar-belakang, kenegarawanan, kebijaksanaan serta visi-misi atau pandangan dan tujuan yang akan dilaksanakannya setelah terpilih nanti.

Mau dibawa kemana dan diapakan saja kita ini nanti olehnya? Bukan dibawa kemana dan diapakan kita ini nanti olehnya mau saja! Itu Prinsip Utama kita di dalam memilih seorang Pemimpin.

Kita semua tentunya sudah sangat memahami bahwa setiap orang pasti memiliki "jago" dan idolanya masing-masing. Itu adalah hal yang amat sangat wajar, lumrah dan normal sekali.

Tetapi akan menjadi suatu hal yang amat sangat tidak wajar, lumrah dan normal tatkala sudah terlalu diagungkan bagaikan manusia tanpa dosa atau dewa. Sehingga yang lainnya akan dimusuhi, bahkan dibenci setengah mati.

Fenomena ini tidak hanya terjadi pada rakyat jelata yang masih terbatas pengetahuan politiknya. Namun juga terjadi pula pada "Orang Penting" yang semestinya sudah mumpuni pengetahuan politiknya.

Dulu kita mengagumi para "Orang Penting" seperti Rohaniawan, Profesor, Menteri, Gubernur, apalagi Jenderal. Meskipun pada hakekatnya adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dulu mereka juga saling menghormati, menghargai, menjaga, sungkan, segan, sopan, santun dan hal-hal positif lainnya yang bisa dijadikan suri teladan pula bagi kita semuanya sebagai masyarakat awam.

Tetapi akhir-akhir ini menjelang Pilpres 2014, mendekati pergantian kepemimpinan, akan tibanya jabatan lowong, supaya tetap bisa berada di lingkaran kekuasaan dan kekalnya upeti serta kekayaan maka mereka yang tadinya dikagumi itu sepertinya sudah lupa kepada jati dirinya sendiri.

Mereka saling mencibir, mengolok, menghina, melecehkan, menjatuhkan, memfitnah, membuka aib dan hal-hal yang negatif lainnya seakan tidak ada dampak ataupun akibat yang akan terjadi lantaran tingkah-polahnya itu. Serta seolah telah lupa akan jabatan dan pangkat yang dulu pernah disandangnya.

Untung Panglima TNI dan Kapolri bersikap netral. Seandainya Beliau berdua ikut memihak, maka terjadilah "Perang Saudara" cuma gara-gara 2 kelompok yang ingin memenangkan calonnya untuk menjadi Presiden belaka.

Ini sebenarnya bukanlah suatu bentuk dari sebuah Kemajuan. Namun malahan suatu bentuk dari sebuah Kemunduran. Sistem Demokrasi sudah amat sangat baik, tetapi moralitas yang malahan turun.

Sangat disayangkan. Karena mereka yang seharusnya menjadi suri teladan, malahan memberikan contoh yang buruk. Apakah Sistem Demokrasi seperti ini yang diharapkan? Tentu saja tidak!

Negara kita yang tercinta ini adalah Negara Besar yang berdaulat. Baik dari wilayah, penduduk maupun kekayaannya. Sehingga haruslah selalu bersatu sekaligus menjaga harkat dan martabatnya.

Banyak Negara yang iri kepada Negara kita dan ingin menguasai kekayaannya. Sehingga terus-menerus berusaha untuk merusak, terutama dengan cara mengadu-domba dan memecah-belah.

Kita semuanya harus selalu sadar, ingat dan waspada agar tidak bisa dirusak oleh Negara lain. Kita membutuhkan Pemimpin yang jujur, bersih, sungguh-sungguh, berani dan mampu mempersatukan.

Janganlah sampai kita mau diadu-domba atau bahkan mengadu-domba Bangsa sendiri hanya untuk sesuatu hal yang masih belum pasti dan cuma demi kepentingan pribadi serta kelompok sendiri semata.

Presiden atau Kepala Negara kita nantinya haruslah seseorang yang negarawan, berkebangsaan, mumpuni, berani, tegas, berwawasan luas dan tidak mudah dipengaruhi oleh Negara lain.

Sejarah berulang kali mengajarkan kepada kita tentang politik dan selalu saja hal itu terulang kembali. Bagaikan orang pandir yang tidak mau belajar dari pengalaman yang sudah pernah terjadi.

Situasi pada saat ini seperti di akhir tahun '50-an atau di awal tahun '60-an. Isu SARA terus dikembangkan untuk kepentingan politik, sehingga Negara lain bakal dengan sangat mudah untuk memanfaatkannya.

Kita semuanya seakan sedang terhanyut, terbawa arus dan terlena dengan hiruk-pikuk dari kepentingan politik. Akhirnya menjadi lupa pada jati diri sejati yang asli milik dari Bangsa kita sendiri.

Sekali lagi untung TNI dan POLRI netral. Karena pertahanan terakhir dari kedaulatan Bangsa serta Negara kita yang tercinta ini sepenuhnya ada di tangan TNI dan POLRI yang bekerjasama dengan rakyat jelata yang sadar, netral juga yang bukan partisan pula.

Semoga kita segera sadar dan tidak terbawa ke dalam Arus Permainan Politik yang hanya untuk kepentingan sesaat serta kelompok-kelompok tertentu belaka. Karena hal ini nantinya bisa mencerai-beraikan keutuhan dari Bangsa dan Negara kita sendiri.

Segala sesuatu yang tidak sehat serta bertanggungjawab yang pada saat ini terus-menerus dibangun oleh pihak-pihak tertentu, di kemudian hari bisa menjadi "Ancaman Serius" bagi keutuhan dari Bangsa dan Negara kita yang tercinta.

Dan jikalau hal ini sampai benar-benar terjadi, maka siapapun yang menjadi pemenang pada Pilpres 2014 nanti bukanlah seorang Satrio Piningit apalagi Ratu Adil, tetapi hanyalah sebuah Goro-Goro belaka.

Marilah kita sambut bersama Pilpres 2014 ini dengan jiwa yang besar, hati yang bersih juga pikiran yang jernih pula demi kebaikan serta kejayaan dari Bangsa, Negara dan Tanah Air yang tercinta. Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---