Rabu, 24 Mei 2017

Memuja, Mengagungkan dan Menyembah.

Setiap manusia pastilah memiliki kelebihan sekaligus kekurangan dan tidak ada satupun yang akan luput dari dosa, karena hal itu sudah menjadi kodratnya.

Tatkala kita sudah menutup mata, hati dan telinga atas kekurangan seorang manusia maka berarti disaat itu pula kita telah memujanya.

Manakala kita sudah menutup mata, hati dan telinga atas dosa seorang manusia maka berarti disaat itu pula kita telah mengagungkannya.

Dikala kita sudah menutup mata, hati dan telinga atas kodrat seorang manusia maka berarti disaat itu pula kita telah menyembahnya.

Ingatlah selalu bahwa tiada satupun manusia yang layak untuk dipuja, diagungkan apalagi disembah karena tidak ada seorangpun manusia yang sempurna.

Hanya Sang Maha Pencipta sajalah yang layak untuk dipuja, diagungkan dan disembah karena hanya Dia sajalah Sang Maha Sempurna itu yang sejatinya.

Sehingga barang siapa yang memuja, mengagungkan apalagi menyembah selain hanya kepada Sang Maha Sempurna semata maka berarti dia juga bukanlah bagian dari orang yang beriman kepada Sang Maha Pencipta semata.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 07 Mei 2017

Jangan Terlalu Bodoh Apalagi Sampai Terpengaruh.

Sekali menjadi Republik Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila, maka sampai kapanpun akan tetap selalu menjadi Republik Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila.

Tidak akan pernah satu kalipun berubah kembali menjadi Republik Indonesia Serikat yang berdasarkan kepada Khilafah seperti pada jaman setelah runtuhnya Kerajaan Mojopahit.

Meskipun dari Pihak Asing dan para Anteknya mulai sejak saat ditanda-tanganinya Perjanjian KMB terus-menerus meminta untuk dijadikan Republik Indonesia Serikat kembali.

Hanya para Pengkhianat Negara saja yang selalu ingin mengembalikan lagi menjadi Republik Indonesia Serikat sekaligus menghilangkan Pancasila dan Ikrar Sumpah Pemuda.

Sebab apabila dikembalikan lagi menjadi Republik Indonesia Serikat, maka seluruh Pahlawan Negara mulai sejak Boedi Oetomo sampai dengan Seroja akan dianggap tidak pernah ada.

Jangan terlalu bodoh apalagi sampai terpengaruh oleh adu-domba dari Pihak Asing dan para Anteknya yang memakai cara Devide et Empera seperti pada Jaman Penjajahan dahulu lagi.

Segala jenis isu dan sentimen yang dipergunakan pada saat ini, hanyalah sebuah alat adu-domba agar Bangsa Indonesia tercerai-berai kembali seperti pada Jaman Penjajahan dahulu kala.

Dengan alasan Khilafah seperti pada Jaman Penjajahan, mereka akan membuat lagi "Raja-raja Kecil" di setiap Daerah untuk dijadikan kaki-tangan demi mengeruk Sumber Daya Alam kita.

Sehingga pada akhirnya Pihak Asing menguasai seluruh harta kekayaan Ibu Pertiwi dan para Anteknya menjadi "Raja-raja Kecil", sedangkan kita hanya akan dijadikan "Inlander"-nya lagi.

Charles E. Tumbel.

NB :
Dulu setelah Kerajaan Mojopahit runtuh kita masih tetap menjadi Negara Kesatuan namun di bawah pejajahan Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis, Inggris dan terakhir Jepang dengan nama Hindia Belanda serta sebagian Kota berbentuk Khilafah.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Sabtu, 06 Mei 2017

Hanyalah Orang Dewasa Yang Masih Bocah.

Apakah kita ini adalah orang dewasa yang sudah matang ataukah sebenarnya hanyalah orang dewasa yang masih bocah belaka?

Dulu pada saat masih bocah jikalau ada Guru yang mengatakan bahwa di dalam kelas ada murid yang paling pintar, baik dan alim tanpa menyebutkan namanya maka yang terjadi adalah masing-masing dari kita akan merasa sebagai murid yang dimaksud oleh Guru tersebut.

Kita semuanya akan saling mengaku-ngaku dan menyanjung diri sendiri sambil menceritakan keburukan murid yang lain, sampai akhirnya terjadi perkelahian ataupun permusuhan oleh sebab hal tersebut.

Sekarang setelah usia kita sudah bertambah tua, bukan lagi di usia yang pantas disebut sebagai bocah, hal tersebut masih tetap terjadi.

Kita semuanya saling merasa dan mengaku-ngaku sebagai umat yang paling benar. Sehingga menyanjung dan mendewakan aliran sendiri serta menceritakan keburukan aliran lain, sambil menghakimi dengan istilah sesat atau kafir.

Hingga akhirnya terjadi perkelahian dan permusuhan atau bahkan pembunuhan oleh sebab hal tersebut, persis seperti dulu pada saat masih bocah.

Padahal tiada satupun di antara kita ini yang mampu ataupun bakal tahu, bahwa nantinya pasti bisa masuk ke dalam Surga atau tidak.

Karena yang menentukan nantinya pasti bisa masuk ke dalam Surga itu bukanlah diri kita sendiri ataupun sesama manusia, termasuk pemimpin dari aliran, tetapi cuma Tuhan YME semata yaitu Sang Maha Pemilik dari seluruh kehidupan yang ada di Dunia maupun di Akherat.

Hanya DiriNya sajalah sesungguhnya Yang Maha Tahu atas siapa-siapa yang paling benar di dalam menjalankan PerintahNya dan menjauhi LaranganNya.
Hanya DiriNya sajalah sesungguhnya Yang Maha Tahu atas siapa-siapa yang betul-betul Menyembah dan MencintaiNya semata.
Hanya DiriNya sajalah sesungguhnya Yang Maha Tahu atas Jiwa, Hati dan Pikiran dari setiap Mahluk yang telah diciptakan OlehNya sendiri.
Hanya DiriNya sajalah sesungguhnya Yang Maha Tahu atas Amal dan Ibadah seseorang.
Hanya DiriNya sajalah sesungguhnya Yang Maha Tahu atas kadar Keimanan dan Ketakwaan dari orang-orang yang mengaku sebagai UmatNya.

Serta sudah dikatakan OlehNya dengan amat sangat jelas bahwa cuma sebagian kecil saja yang nantinya bisa masuk ke dalam KerajaanNya, tanpa pernah menyebutkan siapa nama orang dan alirannya.

Oleh karena itu (maka) cari, pelajari, yakini, imani, dekati, cintai dan sembahlah senantiasa hanya DiriNya semata.

Janganlah pernah menduakan apalagi MenyekutukanNya, termasuk menduakan dengan aliran ataupun dengan pemimpin dari aliran kita sendiri. Sebab hanya DiriNya sajalah Yang Maha Tinggi, Mulia, Luhur, Agung dan Suci itu yang sesungguhnya.

Berlomba-lombalah di dalam berbuat Kebajikan. Dan jalankanlah seluruh PerintahNya, tanpa pernah dipilih-pilih. Serta sampaikanlah selalu Kebenaran, sekaligus jauhilah segala LaranganNya.

Hindarilah menghakimi sesama manusia, karena tidak ada satupun yang pernah tahu siapa yang sesungguhnya paling benar di antara kita semuanya ini.

Juga tidak ada satupun yang pernah tahu pula tentang sebagian kecil yang manakah yang nantinya pasti bisa masuk ke dalam SurgaNya itu kelak. Belum tentu sebagian kecil itu adalah aliran kita, apalagi cuma diri kita sendiri belaka.

Jadi, apakah kita ini adalah orang dewasa yang sudah matang? Ataukah sebenarnya hanyalah orang dewasa yang masih bocah belaka? Cuma Tuhan YME dan diri kita sendiri sajalah yang mengetahui jawabannya.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Untuk Indonesia Raya.

Nenek Moyang kita lahir di Indonesia.
Kita bernapas di Indonesia.
Kita bangun di Indonesia.
Kita tidur di Indonesia.
Kita beribadah di Indonesia.
Kita mencari nafkah di Indonesia.
Kita makan di Indonesia.
Kita minum di Indonesia.
Kita buang air kecil di Indonesia.
Kita buang air besar di Indonesia.
Kita berumah tangga di Indonesia.
Kita punya anak dan cucu di Indonesia.
Sampai mati-pun kelak juga akan tetap di Indonesia pula.

Berarti kita semuanya ini hidup dan mati di Indonesia. Lalu punya penyakit apa kok sampai tidak merasa sebagai Bangsa Indonesia yang mau mencintai Negara dan Tanah Air, Indonesia?
Itu apakah penyakit hati, jiwa, pikiran, menular ataukah keturunan?!

Apakah kita akan mengaku sebagai Bangsa yang baru?
Bangsa Jawa, Bangsa Sumatera, Bangsa Kalimantan, Bangsa Sulawesi, Bangsa Papua?
Atau Bangsa Cina-Indonesia, Bangsa Arab-Indonesia, Bangsa India-Indonesia, Bangsa Eropa-Indonesia, Bangsa Afrika-Indonesia?
Ataukah Bangsa Islam-Indonesia, Bangsa Kristen-Indonesia, Bangsa Budha-Indonesia, Bangsa Hindu-Indonesia, Bangsa Khonghucu-Indonesia?

Itu semuanya tidak bakalan pernah ada, walaupun cuma di dalam mimpi belaka! Sebab yang ada hanyalah Bangsa dan Negara, Indonesia, yang berdasarkan kepada Pancasila, UUD '45, Sumpah Pemuda serta Bhinneka Tunggal Ika saja.

Ingatlah bahwa bukannya Bangsa yang membutuhkan keberadaan kita. Tetapi malahan kita-lah yang membutuhkan keberadaan sebuah Bangsa. Agar bisa memiliki integritas, dedikasi dan jati diri yang jelas.

Bersyukurlah selalu karena telah dilahirkan dan dibesarkan di negeri yang luas, indah, ramah, subur, kaya serta makmur. Sebab banyak orang yang dilahirkan dan dibesarkan di negeri yang kecil, tandus, angkuh, kering, miskin serta gersang.

Cintai dan banggalah senantiasa kepada Tanah Air serta saudara Sebangsa sendiri. Karena cuma hal itu belaka-lah yang akan membawa kebaikan, kebesaran serta kemajuan bagi Bangsa dan Negara, Indonesia, kita yang tercinta ini.

Pemimpin bolehlah berganti seribu kali, namun Indonesia harus dan akan tetap selalu ada serta sama, juga hanya satu yang utuh saja pula. Yaitu sebagai Bangsa dan Negara, Indonesia. Bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia.

Oleh sebab itu, "Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya, Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya, Merdeka! Merdeka! Merdeka!".

Salam Cinta Tanah Air dan Saudara Sebangsa! Hidup Pancasila!

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Jumat, 05 Mei 2017

Almarhum Ayah Saya Yang Tercinta, Benny Tumbel.

Dulu saya adalah anak yang amat sangat luar biasa nakal. Meskipun hati kecil yang terdalam sebetulnya baik, peka, tidak tegaan, halus dan minderan. Serta suka menolong teman, terutama yang sedang tertindas ataupun diperlakukan tidak adil.

Saya amat sangat beruntung karena memiliki orang tua yang ekstra sabar, pengertian dan bijaksana.

Walaupun hampir setiap saat membuat ulah dan bermasalah, namun kedua orang tua saya selalu berkenan untuk membimbing, mengarahkan dan mengajarkan kebaikan.

Mereka berdua hampir tidak pernah memarahi, menyalahkan apalagi memojokkan saya.

Ternyata hal tersebut amat sangat berguna bagi diri saya di kemudian hari. Terutama saat ini setelah sudah dewasa dan berumah tangga serta memiliki dua orang buah hati yang amat sangat saya cintai.

Saya tumbuh dari keluarga olahragawan, khususnya yang berhubungan dengan Ilmu Beladiri.

Alm. Ayah saya menguasai beberapa Ilmu Beladiri terutama Menembak, Gulat, Tinju, Silat dan Anggar.

Kami anak-anaknya yang laki-laki diharuskan untuk menguasai beberapa Ilmu Beladiri, seperti yang beliau miliki tersebut.

Alm. Ayah saya adalah seorang petualang sejati dan pribadi yang amat sangat menyukai tantangan, termasuk ditantang.

Beliau telah dilatih militer sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, pada jaman Penjajahan Jepang.

Setelah Revolusi Fisik (1945 - 1949), beliau masih berpetualang kembali di dalam beberapa peperangan sampai masuknya Irian Jaya ke dalam wilayah Tanah Air kita yang tercinta.

Selain itu beliau mempunyai hobby yang amat sangat unik, langka dan aneh yaitu "Bertapa".

Bertapanya itu bisa dilakukan dimana-mana. Di Gunung, di Laut, di Pantai, di Sungai, di Hutan, di Rumah sampai di dalam Kamar Tidur beliau sendiri. Saat saya masih kecil, di rumah kami dulu ada sebuah ruangan yang khusus untuk bertapa.

Setelah puas berpetualang di dalam peperangan, beliau memutuskan untuk menikah di usianya yang sudah lebih dari 32 tahun. Kami 4 bersaudara dan saya adalah anak bungsu yang pada waktu dilahirkan, Alm. Ayah telah berusia lebih dari 42 tahun, tidak lagi muda.

Kami berempat dibesarkan dengan penuh cinta, kasih dan sayang oleh kedua orang tua tanpa pernah dibedakan.

Bisa jadi cinta, kasih dan sayang itu sedikit berlebihan. Sebab sedari kecil kami berempat tidak pernah dimarahi, lebih lagi dihukum apabila melakukan kesalahan.

Tetapi hanya ditegur saja dan diberikan nasehat yang amat sangat panjang lebar sampai bosan mendengarnya. Dengan kata lain, kami semuanya dulu amat sangat dimanjakan oleh kedua orang tua.

Waktu berjalan tanpa terasa, Alm. Ayah saya menjadi bertambah tua dan penyakit-penyakit tua-pun mulai bermunculan, padahal beliau amat sangat rajin berolahraga.

Beliau joging dua kali sehari dan masih giat melatih olahraga, terutama Anggar. Karena memang itulah kebiasaan turun-menurun beliau dan kesenangannya semenjak kecil.

Suatu ketika gara-gara malamnya memakan banyak Kare Kepiting yang Kepiting-kepitingnya besarnya seperti bola Basket, Alm. Ayah saya terkena Serangan Jantung yang hebat. Usia beliau pada saat itu sudah lebih dari 75 tahun.

Setelah terkena Serangan Jantung yang hebat yang diakibatkan oleh karena Kolestrol, Asam Urat, Trigliserida, Gula dan Tekanan Darah yang tinggi itu, beliau tampak lebih kurus dari sebelumnya. Serta semangatnya yang biasanya selalu menggebu-gebu mulai terlihat turun.

Setiap hari saya menyemangatinya dengan cerita-cerita yang menarik dan menantang supaya beliau terpancing, sehingga semangatnya kembali bangkit. Tetapi ternyata jawaban-jawaban beliau selalu datar.

Mungkin sebab masih trauma dengan Serangan Jantung yang hebat yang baru beliau alami maupun karena setiap harinya harus meminum obat yang jumlahnya sampai belasan kapsul dan menimbulkan rasa bosan ataupun jenuh.

Saya sendiri tidak bisa memastikannya, sebab beliau termasuk tipikal orang yang tidak suka mengeluh.

Sebelum terkena Serangan Jantung yang hebat itu, beliau sudah didiagnosa memiliki Batu di Kandung Kemih dan Pembengkakan di Prostatnya.

Sebetulnya ini adalah penyakit umum pada sebagian besar pria lanjut usia dan bisa setiap saat dioperasi. Tetapi menjadi tidak umum, karena beliau baru terkena Serangan Jantung yang hebat.

8 bulan setelah Serangan Jantung yang hebat itu, Alm. Ayah saya merasa sudah tidak kuat untuk menahan penderitaan dari Batu yang ada di Kandung Kemih juga Pembengkakan di Prostatnya pula. Beliau meminta untuk segera dilakukan operasi.

Sebetulnya kami semuanya meminta beliau untuk menunggu beberapa bulan lagi. Sebab 8 bulan sebelumnya beliau baru terkena Serangan Jantung yang hebat.

Namun mungkin karena sudah tidak kuat untuk menahan rasa sakitnya khususnya pada saat buang air kecil, sehingga beliau yang memang orangnya pemberani dan nekat itu berangkat sendiri ke Rumah Sakit.

Suka ataupun tidak suka, kami semuanya akhirnya menyetujui kemauan beliau untuk melakukan operasi pengambilan Batu di Kandung Kemih, sekaligus menangani Pembengkakan yang ada di Prostatnya tersebut.

Operasi dilakukan pada pagi hari, setelah sore hari sebelumnya beliau berangkat sendiri ke Rumah Sakit.

Ternyata operasi tersebut tidak berhasil, gagal dan terjadi pendarahan yang amat sangat hebat, sehingga kondisi fisik beliau langsung menurun drastis.

Kami semuanya sangat terkejut, panik, bingung, menyesal dan tidak tahu harus bertindak ataupun berbuat apa. Sebab terjadi pendarahan yang terus-menerus dan kondisi fisik beliau yang juga terus menurun pula.

Setiap jam kondisi fisik beliau semakin menurun dan kami semuanya lebih bertambah panik serta tidak mampu berpikir, apalagi untuk bertindak ataupun berbuat sesuatu.

Segala masukan yang kami dapatkan sepertinya membingungkan dan bagaikan sedang memakan Buah Simalakama.

Pandangan mata beliau semakin nanar, bicaranya-pun bertambah pelan dan cadel serta seringkali mengigau seakan-akan sedang berada di dalam peperangan ataupun pertempuran.

Sahabat-sahabat lama beliau yang telah lebih dulu "Berangkat" ke haribaan Ibu Pertiwi disapanya satu-persatu.

Beliau mengobrol, bercerita, bercanda, tertawa, hormat dan memerintah entah kepada siapa. Karena tidak ada siapa-siapa di ruangan itu, kecuali saya atau Mama atau kakak-kakak kandung.

Hal tersebut terus berlangsung sampai akhirnya beliau tidak bisa membuka mata, alias selalu terpejam. Tetapi masih bisa berbicara dengan amat sangat lirih dan tidak jelas.

Saya amat sangat sedih dan terpukul serta berusaha untuk terus-menerus bisa senantiasa ada di samping beliau. Meskipun pihak Rumah Sakit terkadang tidak memperbolehkan kami untuk masuk ke dalam ruangannya.

Suatu ketika tatkala sedang berada di samping beliau sambil berdoa dan membacakan Ayat-ayat Suci, samar-samar terdengar beliau memanggil nama saya.

Seketika saya langsung menoleh dan menjawab panggilan beliau tersebut.

Mata beliau sedikit terbuka dan berpesan kepada saya agar menjadi orang baik, serta banyak berdoa kepada Tuhan YME.

Saya segera mengiyakan pesan tersebut sambil memohon maaf dan ampunan dari beliau atas semua kesalahan, kekhilafan, kenakalan, kebandelan, kejahatan serta ketidak-mampuan untuk membahagiakannya ketika dulu masih sehat.

Beliau menjawab (dalam bahasa Suroboyo-an yang saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia),

"Les, anak-anakku semuanya tidak ada yang pernah salah. Seandainya ada yang pernah salah, aku sama sekali tidak mengingatnya. Sebab aku bapaknya, jikalau ada anakku yang salah maka itu berarti aku-lah yang salah, bukannya anak-anakku. Namun demikian, anak-anakku tidak ada yang pernah salah, anak-anakku semuanya baik".

Kemudian beliau mendoakan saya seperti yang biasa dilakukannya setiap saat terhadap kami semua anak-anaknya. Walaupun anak-anak beliau tidak ada yang tinggal berdekatan, malahan ada yang tinggal di luar negeri.

Sontak saya menangis sejadi-jadinya, air mata jatuh bercucuran tiada terhingga dan hentinya.

Sejak saat itu saya sadar, mengerti sekaligus percaya tentang arti dari kata cinta, kasih dan sayang juga makna dari kata "Keluarga" yang sesungguhnya pula. 

Serta sejak saat itu saya selalu berusaha untuk senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun dan memperbanyak ibadah, terutama doa.

Setelah itu beliau menutup matanya kembali dan tidak pernah membukanya lagi, serta tidak pernah terdengar suaranya sama sekali.

Hanya pada saat kakak laki-laki tertua saya yang tinggal di luar negeri tiba di Indonesia dan langsung datang menemui beliau di Rumah Sakit saja, deraian air mata jatuh menetes tak henti-hentinya dari kedua belah matanya yang telah menutup itu.

Mereka berdua memang amat sangat dekat, lama tidak bertemu dan memiliki banyak persamaan serta kemiripan.

Pada hari Jum'at Legi, tanggal 04 Mei 2007, pukul 04.30 dalam usianya yang hampir 76 tahun kurang satu bulan dan sehabis saya melakukan Sholat Subuh serta malam sebelumnya kami semuanya berkumpul untuk sungkem, meminta maaf sekaligus ampunan juga berdoa bersama-sama pula, seperti kebiasaan di saat beliau masih sehat dulu.

Dan sesudah dinyatakan meninggal sebanyak 3 kali oleh pihak Rumah Sakit serta ternyata hidup kembali, akhirnya Alm. Ayah saya tercinta, Benny "Jenggot" Tumbel, Pradjurit I TRIP Jatim, Eks. BKR Pelajar Surabaya, Kangjeng Raden Tumenggung Purno Yudhodipuro menghembuskan napasnya yang terakhir tanpa mau ditunggu oleh siapapun.

Beliau kembali ke haribaan Ibu Pertiwi dan menghadap Sang Chalik Yang Maha Agung untuk selama-lamanya.

Almarhum Ayah saya yang tercinta amat sangat mencintai, mengasihi, menyayangi, memperhatikan, mengerti, memedulikan dan bertanggung-jawab penuh terhadap semua anak-anaknya mulai sejak kami masih berada di dalam perut Ibunda yang tercinta hingga tarikan napasnya yang terakhir.

Selamat ulang tahun Papaku tercinta, Benny Tumbel.

Doa yang paling terbaik dari kami semuanya senantiasa untukmu. Semoga tempat yang paling terbaik, tertinggi, terindah, teraman, teradem, terayem, terdamai, ternyaman, terbahagia dan tertenteram selalu untukmu disana, dimanapun Papa berada.

Kami semuanya amat sangat mencintai, mengasihi, menyayangi, mengingat dan merindukanmu senantiasa. Engkau selalu ada di hati kami semuanya, sampai kapanpun.

Kelak suatu saat nanti, kita bakal bertemu dan berkumpul lagi seperti dulu.
Aamiin, Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

Dari Kami Semuanya Yang Amat Sangat Mencintai, Mengasihi, Menyayangi, Mengingat dan Merindukanmu :

- Babsye.
- Joan.
- Anton.
- Sisil.
- Charles.
- Akira.
- Bram.
- Nona.
- Angel.
- Hiromi.
- Yuki.
- Marshall.
- Charissa.

In Memoriam :
Pradjurit I TRIP Benny "Jenggot" Tumbel.
(Surabaya, 28 Juni 1931 - Surabaya, 04 Mei 2007).

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Kamis, 04 Mei 2017

Yang Berhak Untuk Menentukan.

Keyakinan dari diri kita pribadi terhadap sesuatu, tidak dapat dipaksakan untuk menjadi keyakinan orang lain. Sebab keyakinan itu adalah sebuah Hidayah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada siapa-siapa yang Dia kehendaki saja.

Barang siapa yang ingin memaksakan keyakinannya kepada orang lain, hal tersebut sama dengan tidak mengakui kebesaran dari Tuhan YME atau malah ingin mengambil wewenang yang hanya boleh dimiliki oleh Tuhan YME semata.

Hanya Tuhan YME sendiri yang berhak untuk menentukan siapa-siapa yang akan mendapatkan Hidayah dari DiriNya, bukan sesama manusianya. Karena cuma Dia sajalah Sang Maha Pencipta dan Yang Maha Mengetahui Segala-Galanya.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Mendengar dan Membaca.

Kita lebih senang mendengar daripada membaca. Karena mendengar tidak perlu repot, susah dan capek membolak-balikkan halaman.

Serta apabila ada yang tidak sesuai dengan hati ataupun pikiran, maka kita bisa menyangkalnya dengan berpura-pura tidak tahu maupun sedang tidak mendengarnya.

Sedangkan jikalau membaca, maka mau ataupun tidak, suka maupun tidak, cocok ataupun tidak tetaplah haruslah dibaca dan terlihat jelas oleh mata kita sendiri. Sehingga menjadi sulit untuk menyangkalnya, apalagi untuk tidak mengakuinya.

Kalaupun kita senang membaca maka biasanya yang kita baca adalah buku-buku yang ringkas, instan dan sudah dirangkum maupun buku tentang kesimpulan dari isi sebuah Buku.

Bukannya buku yang aslinya. Sebab lebih mudah dan cepat mengetahui dari rangkuman ataupun kesimpulan isi buku tersebut daripada mesti membaca bait-perbait, ayat-perayat serta halaman-perhalaman.

Meskipun pada akhirnya kita tidak bisa mengetahui dengan lengkap, lebih lagi mengikuti seluruh proses yang ada di dalam isi buku aslinya itu, seperti yang diharapkan oleh sang penulis.

Untuk urusan dunia-akherat yang kita jalankan di dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan Wahyu Allah yang telah tertulis di dalam segenap Kitab-kitab SuciNya, maka mendengar dan membaca cuma dari rangkuman maupun kesimpulannya saja tidaklah cukup.

Karena disamping adanya "Proses Besar" berjenjang yang bakalan hilang tatkala kita tidak membaca secara langsung dari Kitab Suci yang asli serta otentik, juga kemampuan berpikir yang dimiliki oleh setiap manusia tidaklah ada yang sama pula.

Membaca Kitab Suci secara langsung merupakan hal yang paling dan amat sangat penting serta utama, daripada mendengarkan perkataan dari siapapun. Apalagi apabila hanya sekedar membaca rangkuman ataupun kesimpulannya belaka.

Bukannya cuma sekedar tahu arti dan isinya saja. Tetapi "Proses Besar' berjenjang yang akan didapatkan ketika membaca Kitab Suci, sambil menghayati seluruh makna yang terkandung di dalamnya, agar dapat diamalkan pada kehidupan sehari-hari adalah bagian yang amat sangat terpentingnya.

Dan sesungguhnya "Proses Besar" itulah yang bakalan menyempurnakan keimanan serta ketakwaan kita KepadaNya.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Selasa, 02 Mei 2017

Pemimpin Sejati Ataukah Pengkhianat Sejati.

Pemimpin Sejati adalah dia yang berjiwa pemenang dan selalu berusaha mempersatukan rakyat dengan cara yang mulia serta mengajaknya berbuat kebaikan demi kejayaan Bangsa dan Negaranya, bukan dirinya sendiri.

Pengkhianat Sejati ialah dia yang berjiwa pecundang dan selalu berusaha memecah-belah rakyat dengan cara yang bejat serta mengajaknya berbuat kejahatan demi kejayaan dirinya sendiri, bukan Bangsa dan Negaranya.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Jangan Hanya Diam Sambil Menunggu Nasib!

Saya Warga Negara Indonesia yang Berbangsa Indonesia dan Berideologikan Pancasila dengan ini mengajak seluruh Warga Negara Indonesia dimanapun berada untuk bersatu-padu di dalam menjaga tegaknya Pancasila, persatuan Bangsa Indonesia serta keutuhan Negara Republik Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke, sekaligus meminta kepada Pemerintah khususnya aparat Penegak Hukum supaya tegas di dalam menindak siapapun yang ingin merubah Pancasila, merusak persatuan Bangsa Indonesia juga mencerai-beraikan keutuhan Negara Republik Indonesia.

Bagi yang juga merasa sebagai Warga Negara Indonesia yang Berbangsa Indonesia dan Berideologikan Pancasila silahkan copy paste postingan ini. Jangan diteruskan atau cuma forward saja, tetapi copy lalu paste. Terima kasih.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Diam Bukan Lagi Sebuah Pilihan.

Bangsa kita yang tercinta ini adalah Bangsa Besar yang sudah dikenal pemberani sejak jaman dahulu kala. Meskipun juga dikenal sebagai Bangsa yang ramah, kekeluargaan dan memiliki budaya yang sangat tinggi pula.

Dulu Nenek Moyang kita dengan serentak dan serempak pernah mengusir Pasukan Tartar (1293) serta Pasukan Sekutu (1945), padahal pada saat itu mereka adalah pasukan yang paling terkuat dan ditakuti di seluruh dunia.

Saat ini diam bukan lagi sebuah pilihan yang tepat, apalagi dengan sikap diri yang masa bodoh. Sebab apapun yang terjadi pada Negara kita yang tercinta ini maka kita semualah yang tentunya akan dirugikan, lebih lagi kalau ISIS sampai berkeliaran.

Janganlah takut apalagi bersembunyi, tetapi berteriaklah dengan lantang untuk kebenaran serta kebaikan dari Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini. Takut dan bersembunyi bukanlah cara yang aman, lebih lagi yang bisa membawa kebaikan untuk kita bersama.

Karena takut dan bersembunyi pada saat ini sudah tidak ada gunanya lagi. Semakin takut dan bersembunyi, nantinya malah akan semakin menjadi korbannya. Lebih baik berjuang bersama-sama, daripada akhirnya diri kita sendiri yang menjadi korbannya.

Segera sadarilah bahwa apabila "Perang Penguasaan Atas SDA Di Negara Ketiga Oleh Negara Maju" terus-menerus terjadi, maka Negara kita yang tercinta ini pastinya akan diminta untuk memihak, entah oleh Blok Barat ataupun oleh Blok Timur. Apapun keputusan kita nantinya itu, pastilah bakal ada dampak langsungnya.

Dan pada saat itu, situasi di Negara kita yang tercinta ini pastinya akan semakin lebih kacau lagi. Sebab Asing sangat memerlukan keberpihakan kita dan para Pengkhianat Bangsa akan memanfaatkan celah ini untuk "Menggunting Di Dalam Lipatan". Ingatlah sejarah tentang terjadinya pengkhianatan Moeso, Aidit dan Kartosuwiryo.

Marilah kita semuanya bersama-sama membangun persaudaraan di dalam Berkebangsaan Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila dengan seutuhnya dan sungguh-sungguh mencintai Tanah Air serta saudara Sebangsa.

Karena cuma Formula ini sajalah yang bisa membawa kemenangan untuk kita semuanya pada akhirnya. Dan tanpa Formula ini, maka kita akan kembali lagi seperti pada Jaman Penjajahan dahulu kala. Serta ingatlah selalu bahwa pada saat ini, diam bukan lagi sebuah pilihan.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---