Sabtu, 30 Mei 2020

Pilihan, Nasib dan Takdir.

Terjadinya hujan, karena Takdir dari Sang Maha Kuasa.

Mau berteduh, mau memakai payung, mau mengenakan jas hujan ataupun mau berhujan-hujanan itu sebuah Pilihan.

Oleh sebab berteduh, memakai payung, mengenakan jas hujan ataupun karena berhujan-hujanan kemudian tetap sehat maupun menjadi sakit itu sebuah Nasib.

Tetap sehat kemudian selalu sehat atau malah sakit atau bahkan mati maupun menjadi sakit kemudian kembali sehat atau tetap sakit atau malah mati itu sebuah Takdir.

Nasib terjadi oleh sebab Pilihan dari umat manusia dan Takdir terjadi oleh karena Ketetapan dari Tuhan YME, sebab Takdir itu hasil yang paling terakhir yang tidak bisa dirubah.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Rabu, 27 Mei 2020

Persimpangan Jalan.


Suatu sore, pada saat sedang pulang ke Indonesia untuk memperpanjang Visa (tahun 1990, bulannya lupa), saya tiba-tiba rindu sekali kepada Oma (nenek).

Tanpa menunggu, saya segera mengenakan Baju (jikalau di rumah kebiasaan telanjang dada alias "Ote-ote"), mengambil kunci Mobil dan berangkat ke rumah Tante (bibi) yang menjadi tempat tinggal Oma saat itu.

Sesampai di rumah Tante, saya langsung masuk ke dalam dan memanggil serta mencari Oma.

Terdengar suara Oma dari arah Dapur dan saya langsung menuju kesana.

Di Dapur, Oma melihat saya dan berkata sambil bertanya, "Oalaa Alet (Alet adalah panggilan khas dari Oma, sejak saya masih kecil dan cadel), dari mana?".

“Dari rumah, Oma”, jawabku.

“Ada apa, Ayo?”, sambung Oma bertanya kepada saya.

"Ngga (tidak), cuma kangen (rindu) sama Oma tok (saja) kok!", jawab saya.

"Oo iya, Biar. Tunggu sebentar ya, Oma bereskan ini dulu", lanjutnya.

Saya orangnya memang spontan dan memiliki kebiasaan untuk tidak menunda hal-hal yang baik lagi positif yang keluar dari hati nurani. Serta saya suka mengamati orang lain, sambil berpikir.

Dan tatkala mengamati sambil berpikir tentang Oma yang pada saat itu sedang sibuk membersihkan Dapur, saya menawarkan diri untuk membantu Beliau. 

Tetapi Beliau menolak dan mengatakan bahwa aktivitasnya sudah hampir selesai, sekaligus menyuruh saya duduk sambil menunggunya.

Saya menerapkan penerapan pindah ke ruang tamu untuk duduk dan menunggu (karena khawatir mengganggu aktivitasnya), sambil menyalakan sebatang Rokok serta berpikir tentang Beliau.

Pada waktu kakak-kakak dan saya masih kecil, Oma tinggal bersama kami. Namun setelah kami sudah agak besar dan Tante memiliki anak (bayi), Oma pindah ke rumahnya. 

Oma saya merupakan wanita yang cerdas, bijaksana, sabar, tidak suka mengeluh dan sangat mencintai anak-anak serta cucu-cucunya. 

Beliau seorang Ibu, sekaligus Nenek yang sungguh-sungguh memperhatikan dan memahami kami semuanya.

Semenjak kecil, saya kagum kepada Beliau. Bukannya hanya karena kecantikan dan kebaikannya semata, tetapi lebih disebabkan oleh pengalaman hidup serta percampuran darah (keturunan) yang ada di dalam tubuhnya.

Beliau memiliki percampuran darah yang sangat unik (menurut pendapat saya), yang jarang sekali dimiliki oleh orang lain. Namun demikian, Oma selalu rendah hati kepada siapa pun.

Disaat saya sedang asyik berpikir, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dan kata yang lembut dari Beliau, "Selesai Let, ada apa?".

"Hehehe, ngga (tidak) ada apa-apa Oma. Oma sehat?", jawab dan tanya saya kepada Beliau.

"Sehat Let, tapi ya sehatnya orang yang telah renta", jawabnya.

"Iya, Oma. Sing (yang) penting selalu sehat, meskipun sudah tua", lanjut saya.

Kemudian saya bertanya kepada Beliau, "Oma, kenapa dulu pada saat Tentara Jepang masuk tidak mau pindah ke Negeri Belanda?".

Saat itu Negeri Belanda dikuasai oleh Hitler (Jerman) dan aku ini orang Solo, Let. Papanya Oma masih hidup di Solo, bukannya di Belanda. Dan sejak umur 7 tahun (1929), setelah Opaku meninggal, aku tinggal di Jakarta menemani Omaku, Nyi A. Inem van (dari) Banten. Jadi, buat apa saya pindah ke Negeri Belanda?", jawab Beliau sambil bertanya kembali kepada saya.

“Loh, Papanya Oma masih hidup toh? Mengapa Oma tidak kembali ke Solo atau Jakarta lagi?”, tanya saya yang bertanya kembali kepada Beliau.

"Papanya Oma mempunyai beberapa Istri dan aku juga sudah menikah pula, jadi ngga (tidak) enak rasanya jika kembali ke Solo lagi. Serta Omanya Oma di Jakarta telah meninggal saat aku berusia 12 tahun (1934)", jawabnya.

“Oo, Omanya Oma sudah meninggal dan Papanya Oma mempunyai beberapa istri toh. Papanya Oma, dulu kerja apa?”, tanya saya penasaran.

"Papanya Oma dulu bekerja pada bagian Keuangan di Keraton Solo, namanya Ndoro Nar (Lesnar Poerbokoemo). Iya, istrinya ada beberapa namun aku tidak mengenalnya", jawabnya.

"Oalaa, baru tahu aku, Oma", kataku.

“Jikalau Oma tidak bisa ke Negeri Belanda karena dikuasai Hitler, tidak bisa ke Solo karena sudah menikah, kenapa tidak ikut suami?”, lanjut saya bertanya.

Saya mulai dari sejak kecil, paling suka bertanya (ihwal apapun). Dan apabila penjelasan (menurut saya) masih kurang lengkap, maka akan saya kejar. Bisa dibayangkan, pastinya sangat mengganggu bagi siapa pun yang sedang mendapatkan pertanyaan dari saya.

"Saat itu, suami Oma (Christiaan Jacob van Reesch) sedang bertugas di Perang Dunia II dan markasnya pindah ke Australia", jawabnya.

"Berarti, seharusnya Oma ikut pindah ke Australia", lanjut saya kembali.

“Tidak bisa dibiarkan, karena Mamanya Oma tinggal di Sukabumi dan sedang ditawan oleh Tentara Jepang”, lanjutnya.

"Mamanya Oma dan Oma ini anak tunggal, kita tidak mempunyai saudara lain, Let. Jikalau Oma tidak mencari dan membantu Mamanya Oma, maka dia pastilah bakalan dibunuh oleh Tentara Jepang. Jadi Oma memilih untuk tetap tinggal di Indonesia, untuk mencari dan membantu Mamanya Oma ", sambungnya.

"Oalaa Oma, aku baru tahu. Waduh, sulit sekali ya masalah. Apakah akhirnya berhasil bertemu dan membantu Mamanya Oma? Oma berjuang sendirian?", tanya saya.

"Saat Oma sampai ke Sukabumi, dia sudah pindah ke Bogor. Saat Oma sampai ke Bogor, dia sudah pindah ke Malang. Dan saat Oma sudah sampai di Malang, katanya sudah meninggal tetapi tidak pernah menemukan Makamnya", jawabnya dengan suara yang sedih dan mata yang berkaca-kaca.

"Aku tidak sendirian, Let. Sebab pada jaman keadaannya sangat sangat genting sekali, apalagi untuk orang "Indo" (campuran Belanda) plus wanita seperti aku. Oma dibantu oleh seorang Dokter berkebangsaan Jepang (Yoshida Arata) yang telah kami kenal, sejak pertama kali tinggal di Surabaya”, lanjutnya.

“Waduh Oma, aku ngga (tidak) bisa membayangkan betapa kalutnya Oma dan mengerikannya keadaan pada saat itu”, kata saya kepada Beliau.

"Jaman tersebut sangat sangat mengerikan sekali, Let. Banyak orang yang dipenggal, dibelah, diperkosa, dibunuh dan dirampok", timpalnya

Kami berdua melamun bersama, walaupun lamunannya jelas berbeda, antara saya dan Oma.

Sesudah itu saya lebih lanjut bertanya, "Setelah Jepang pergi dan Perang Dunia II usai, mengapa Oma tidak pindah ke Australia maupun ke Negeri Belanda? 'Kan ada kesempatan lagi, Oma?".

"Let, pada saat Oma pergi mencari Mamanya Oma di Sukabumi, Bogor dan Malang tersebut agar tidak ada kesulitan di dalam perjalanan, aku dengan Dokter berkebangsaan Jepang ini mengaku sebagai pasangan suami-istri. Lama-kelamaan, kami berdua takut diketahui oleh Kempeitai, sehingga akhirnya menikah asli". 

"Dan karena sudah menikah asli serta dikaruniai dua orang anak dari Dokter berkebangsaan Jepang, maka aku wajib bercerai dengan suami yang pertama (Belanda). Dua anakku darinya dibawa pindah ke Australia dan aku tinggal di Surabaya dengan dua anakku dari Dokter berkebangsaan Jepang ini". 

"Aku tidak pindah ke Negeri Belanda, karena aku orang Indonesia. Disana aku tidak mempunyai siapa-siapa dan memiliki apa-apa. Disinilah tanah airku dan Papaku-pun masih hidup, sekaligus ada keluarga meskipun jauh, serta banyak warisan peninggalan yang wajib diurus" , jelas Oma panjang-lebar kepada saya.

Saya dengar, penjelasannya masuk akal dan lengkap.

Lalu saya kembali pertanyaan yang sebelumnya kepada Beliau, yang bagi saya masih kurang jelas penjelasannya, "Jikalau begitu seandainya Oma kembali ke Solo ataupun Jakarta lagi, pastinya Oma lebih terjamin dan berkelimpahan hidupnya, daripada tetap tinggal di Surabaya. Sebab di sana ada Papanya Oma maupun keluarganya besar yang lain. Kenapa Oma masih mau tetap tinggal di Surabaya dan membesarkan dua anak sendirian?".

Oma saya menjawab, "Biarkan, di dalam hidup ini, suatu saat kamu akan menemukan persimpangan jalan. Yang satu, jalan kekayaan dan satu lagi, jalan kebahagiaan. Ketika kamu memilih jalan kekayaan, kecil kemungkinannya bisa bahagia. Namun jikalau kamu memilih jalan kebahagian , kemungkinan besarnya bisa kaya. Lantaran kaya itu karena jiwamu, bukannya hartamu. Dan Oma dulu memilih jalan kebahagiaan, bukannya jalan kekayaan. Ternyata pilihan Oma, benar!".

Saya mengangguk-angguk tanda setuju dan tidak terasa air mata telah menetes ke dagu.

Hari itu saya mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga, yang hingga saat ini menjadi pegangan utama dalam memilih, tatkala menemukan persimpangan jalan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Omaku tercinta, RA Deedee (Didi) binti Lesnar Poerbokoesomo / Deetje Jacoba de Nijs. Doa yang paling terbaik dan kerinduan yang sangat mendalam dari kami semuanya di "Sana". Aamiin.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru/digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Selasa, 26 Mei 2020

Cuma Ada Di Satu.

Sistem Demokrasi dibuat untuk membangun kesadaran atas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh penduduk yang hidup di dalam sebuah Negara.

Prinsip-prinsip dasar yang paling penting dan sesuai dengan kriteria yang dimaksud oleh Sistem Demokrasi yang seutuhnya cuma ada di satu Ideologi saja, yaitu Pancasila.

Ayo, kita amalkan Pancasila dengan yang sesungguh-sungguhnya!

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 24 Mei 2020

Adil dan Damai.


Sesungguhnya puasa itu untuk melatih pengendalian diri, supaya umat manusia tidak menjadi berlebihan.

Dengan tidak menjadi berlebihan, maka umat manusia dapat hidup berdampingan secara adil dan damai.

Adil dan damai adalah 2 hal yang paling penting di dalam kehidupan dunia yang fana ini, melebihi apapun.

Sebab adil dan damai akan menjaga keberadaan dari segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Tuhan YME.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Melepas Belenggu Dari Keinginan Diri.


Tatkala masih bayi, kita tidak pernah memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan harta.

Kita hanya akan menangis apabila merasakan haus, lapar dan membuang kotoran belaka.

Tidak ada keinginan lain, terkecuali cuma untuk bersyukur atas nikmat dari Sang Illahi saja.

Kita mulai berhubungan dengan harta setelah bisa merasakan, berpikir dan menikmatinya.

Sejak saat itulah kita menjadi terikat dan tidak pernah lepas dari harta yang ada di dunia ini.

Sehingga menjadi terlalu mengejar harta dan lupa pada tujuan awal kita diciptakan OlehNya.

Puasa adalah ritual tertinggi untuk mengendalikan segala keinginan yang ada di dalam diri.

Keinginan pada harta dan hal-hal lainnya yang menghilangkan rasa syukur atas AnugerahNya.

Dengan berpuasa, akhirnya kita kembali seperti bayi yang tidak terbelenggu oleh keinginan diri.

Dan karena sudah mampu melepas belenggu dari keinginan diri, maka kita meraih kemenangan.

Selamat meraih kemenangan bagi yang sudah mampu melepas belenggu dari keinginan dirinya!

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Sabtu, 23 Mei 2020

Memikirkan dan Menolong.

Marilah kita semuanya mau untuk sungguh-sungguh memikirkan dan menolong orang lain yang pada saat ini sedang mengalami kesulitan!

Agar nanti disaat diri kita yang sedang mengalami kesulitan, Tuhan YME juga mau untuk sungguh-sungguh memikirkan dan menolong pula.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Jumat, 22 Mei 2020

Membohongi Keluarga Besar Sendiri.

Surat Palsu itu tidak membohongi Pihak Berwajib, namun membohongi Keluarga Besar sendiri.

Dan Lebaran tidak cuma ada pada tahun ini belaka, tetapi masih ada lagi di tahun-tahun depan.

Tentunya dengan catatan, apabila Keluarga Besar yang berada di Desa masih hidup dan sehat.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Senin, 18 Mei 2020

Setelah Bepergian.

Ingatlah selalu bahwa Tangan bukanlah Ketimun yang kalau dibiarkan bisa menjadi Acar yang segar, maka basuhlah senantiasa memakai Sabun setelah memegang benda apapun dari luar rumah!

Ingatlah selalu bahwa Tubuh bukanlah Singkong yang kalau dibiarkan bisa menjadi Tape yang enak, maka mandilah senantiasa setelah bepergian!

Ingatlah selalu bahwa Rambut bukanlah Anggur yang kalau dibiarkan bisa menjadi Wine yang mahal, maka keramaslah senantiasa setelah bepergian!

Ingatlah selalu bahwa Kakimu bukanlah Ginseng yang kalau dibiarkan bisa menjadi Obat yang mujarab, maka bersihkanlah senantiasa setelah bepergian!

Ingatlah selalu bahwa Pakaian bukanlah Kedelai yang kalau dibiarkan bisa menjadi Tempe yang sehat, maka cucilah senantiasa setelah bepergian!

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 17 Mei 2020

"Ayam Dengan Telur".

Pada suatu malam sekitar tahun 1987, ketika saya sedang asyik duduk sambil merokok di teras depan rumah, tiba-tiba Ayah bertanya : 

"Les, Pethek karo Endog iku sing ono disikan sing endi?" (Les, Ayam dengan Telur itu yang ada terlebih dahulu yang mana?).

Saya kaget dan hanya menjawab singkat saja, tanpa berpikir panjang : 

"Endog, Pa!" (Telur, Pa!).

"Kok iso?" (Kok bisa?), lanjutnya bertanya.

"Endog netes dadi Pethek, Pa!" (Telur menetas menjadi Ayam, Pa!), timpal saya.

"Lah, Endog e teko endi?" (Lah, Telurnya dari mana?), lanjutnya bertanya lagi.

"Embuh Pa, teko Pasar palingo!" (Tidak tahu Pa, dari Pasar kemungkinannya!), jawab saya yang sedang berusaha untuk mengakhiri pertanyaan.

"Bodoh, gak gelem mikir!" (Bodoh, tidak mau berpikir!), bentaknya kepada saya.

"Lah, teko endi maneh loh, Pa?" (Lah, dari mana lagi loh, Pa?), ganti saya yang bertanya.

"Les, ilingono sampe mbesuk koen wis tuwek. Badek-badekan iki mawu mek gambaran tentang masalah sing bakal koen temoni sakumur urip. Kabeh masalah iku penyelesaianne koyok "Pethek karo Endog" mawu. Koen kudu eruh sing endi sing disikan ono, supoyo iso nyelesaino teko sumber masalahne!" (Les, ingatlah sampai kelak kamu sudah tua. Tebak-tebakan ini tadi cuma gambaran tentang masalah yang akan kamu temui sepanjang hidup. Semua masalah itu penyelesaiannya seperti "Ayam dengan Telur" tadi. Kamu harus tahu yang mana yang terlebih dahulu ada, supaya bisa menyelesaikan dari sumber masalahnya!), jawabnya.

"Lah, lek ngono artine disikan endi sing ono loh, Pa?" (Lah, kalau begitu artinya terlebih dahulu mana yang ada loh, Pa?), tanya saya lagi karena penasaran.

"Yo, Pethek! Lek gak ono Pethek sing kawen lan ngangkremi, Endog e yo gak iso netes!" (Ya, Ayam! Kalau tidak ada Ayam yang membuahi dan mengerami, Telurnya ya tidak bisa menetas!), jawabnya.

"Iyo Pa, masuk akal! Lah, Pethek sing pertama ono iku teko endi loh, Pa?" (Iya Pa, masuk akal! Lah, Ayam yang pertama ada itu dari mana loh, Pa?), lanjut saya bertanya.

"Pethek sing digowo karo Adam dan Hawa!" (Ayam yang dibawa oleh Adam dan Hawa), jawabnya.

"Lah, iyo lek sing digowo iku Pethek, lah lek Endog, yok opo, Pa?!" (Lah, iya kalau yang dibawa itu Ayam, lah kalau Telur, bagaimana, Pa?!), goda saya kepada Ayah.

"Oo, ancen bodoh arek sitok iki. Lah, lek Endog sing digowo yo angkremono ae, bodoh!" (Oo, memang bodoh anak satu ini. Lah, kalau Telur yang dibawa ya kamu yang mengerami saja, bodoh!), pungkasnya.

"Huahaha", saya tertawa terbahak-bahak sambil kami berdua bersama-sama masuk ke dalam rumah.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Sabtu, 16 Mei 2020

Dibarengi Dengan Membangun Kesadaran.

Pengobatan secara gratis terhadap siapapun yang sedang terjangkit COVID-19 adalah kebijakan Pemerintah yang amat sangat mulia yang harus dihargai dan dihormati serta dibarengi dengan membangun kesadaran kepada seluruh masyarakat untuk menghindari penyakit mematikan tersebut.

Karena pengobatan secara gratis akan membuat sebagian kecil orang meremehkan penyakit mematikan tersebut. Padahal sebagian kecil orang tadi, bisa menjadi sumber penularan bagi sebagian besar orang yang akan membuat pengeluaran untuk kesehatan akhirnya semakin membengkak.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Tatacara Yang Jelas lagi Tegas.

Mau "ditutup" ataupun "dibuka" intinya sama, yaitu haruslah ada peraturan berikut sanksinya tentang tatacara yang jelas lagi tegas dan wajib untuk dijalankan serta diawasi bersama-sama.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Jumat, 15 Mei 2020

Harta.

Mengapa pada saat miskin, manusia bisa bersatu dan saling membantu, tetapi setelah kaya malah terpecah dan saling mengabaikan?

Karena sebagian besar manusia menjadikan harta sebagai orientasi dan tolok ukur atas keberhasilan.

Sehingga pada saat miskin, merasa belum berhasil dan masih membutuhkan orang lain.

Namun setelah kaya, merasa sudah berhasil dan tidak membutuhkan orang lain.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Selasa, 12 Mei 2020

Mengambil Hal-hal Yang Positif.

Seandainya Pandemik COVID-19 terjadi 21 tahun yang lalu (sebelum tahun 2000), tidak akan berdampak hebat dan semenakutkan seperti saat ini. Mengapa?

Karena 21 tahun yang lalu, kita terbiasa dengan gaya hidup yang sederhana, tidak tergantung Gadget dan informasi / komunikasi belum seluas seperti saat ini.

Seluruh Agama memerintahkan gaya hidup yang sederhana, sebab bisa menjauhkan dari hal yang buruk dan jahat serta tidak membutuhkan biaya yang besar.

Sebelum tahun 2000, kita selalu mendapatkan himbauan dari Televisi dan Radio tentang gaya hidup yang sederhana, tetapi setelah tahun 2000 malah menghilang.

Seiring dengan menghilangnya himbauan tersebut, gaya hidup kita berubah. Gaya hidup yang sederhana, berubah menjadi gaya hidup yang bermewah-mewahan.

Gaya hidup yang bermewah-mewahan membutuhkan biaya yang besar dan biaya yang besar mendekatkan dengan hal yang buruk serta jahat, khususnya Korupsi.

Korupsi (dan prostitusi) adalah kejahatan paling tertua di dunia. Dan dengan gaya hidup yang bermewah-mewahan menjadi kian bertambah subur serta semarak.

Korupsi yang subur dan semarak tentu amat sangat merugikan serta akan menghancurkan Negara, ibarat sebuah Kapal yang dilubangi sendiri oleh ABK-nya.

Pandemik COVID-19 yang terjadi pada saat ini mengingatkan kita untuk kembali ke gaya hidup yang sederhana, karena gaya hidup yang sederhana itu kuat.

Tidak hanya kuat terhadap wabah penyakitnya belaka, namun juga terhadap dampak-dampaknya pula, terutama dampak ekonomi setelah virus ini berlalu.

Gaya hidup yang sederhana bukan berarti kikir. Justru dengan gaya hidup yang sederhana, kita harus membantu sesama agar krisis bisa lekas dientaskan.

Setelah tahun 2000 kecanggihan Gadget sungguh luar biasa. Mobile Phone yang tadinya sebesar Tas Koper, berubah menjadi segenggam Handphone.

Awalnya Handphone cuma digunakan oleh "Orang-orang Penting" saja dan ukurannya sebesar Kotak Pensil, tetapi layarnya (Monitor) mungil serta berwarna hijau tua.

Saat itu harga Handphone masih mahal dan tidak semua orang memerlukannya. Kalau-pun banyak yang memilikinya, lebih untuk sekedar penampilan semata.

Setelah tahun 2000, ukuran Handphone menjadi lebih kecil namun layarnya semakin lebar dan berwarna. Nada deringnya-pun juga ikut bertambah banyak pula.

Dengan semakin lebarnya layar pada Handphone, menuliskan Pesan Singkat atau Short Message Service (SMS) menjadi lebih mudah dan hal yang lazim.

Setelah bermunculan merk-merk baru dan harganya turun, Handphone yang tadinya hanya untuk sekedar penampilan belaka, mulai berubah menjadi Tren.

Kalau dulunya cuma digunakan oleh "Orang-orang Penting" saja, sejak saat itu mulai digunakan oleh semua orang, termasuk anak-anak yang masih usia sekolah.

Handphone tidak lagi untuk berbicara dan SMS tetapi untuk main Game, menyimpan foto / lagu serta menerima Multimedia Messaging Service (MMS).

Perkembangan Handphone sangat mencengangkan dan akhirnya semua orang menggunakannya serta menjadi bagian utama dari gaya hidup di tahun 2000.

Apalagi setelah muncul aplikasi-aplikasi canggih seperti Yahoo, Hotmail, Google, Facebook dll yang membuat orang semakin tidak bisa lepas dari Handphone.

Setelah tahun 2010, layar Handphone berkembang menjadi lebih lebar lagi dan Tombol Tekan (Keypad) mulai berubah menjadi Layar Sentuh (Touchscreen).

Dengan semakin lebarnya layar dan mudahnya Handphone (Smartphone) dioperasikan, membuat orang menjadi "ketagihan" pada Alat Canggih (Gadget) ini.

Puncaknya, Gadget tidak hanya bisa digunakan untuk komunikasi belaka namun juga bisa untuk mencari informasi pula bahkan untuk mata pencaharian.

Dengan menjadi alat komunikasi, mencari informasi dan mata pencaharian maka Gadget bukan lagi sekedar ketagihan, tetapi juga sudah menjadi kebutuhan pula.

Padahal supaya bisa dipergunakan sesuai dengan kebutuhan kita, Gadget yang merupakan perangkat elektronik ini membutuhkan biaya-biaya tertentu.

Ditambah lagi dengan persaingan teknologi yang semakin gencar dan kemajuannya, membuat Gadget terus-menerus diperbaharui serta kita harus selalu mengikuti.

Kalau dulu sebelum tahun 2000 kita cuma memikirkan Sembako, Listrik, Air dan BBM saja, sekarang setelah tahun 2000 kita memikirkan pulsa untuk Gadget yang dimiliki.

Jelas hal itu menjadi tambahan pengeluaran rutin harian dan beban yang harus ditanggung oleh semua orang yang hidup di Jaman Milenium kedua ini.

Lebih lagi Pandemik COVID-19 yang sedang melanda saat ini telah membuat penghasilan menurun, sehingga pengeluaran sekecil apapun menjadi terasa besar.

Gadget-gadget yang kita miliki, "jikalau tidak dipergunakan sebagai mata pencaharian", maka akan menjadi tambahan beban yang harus ditanggung setiap hari.

Pastinya hal tersebut akan memperberat hidup dan menjadikan kita diperbudak oleh alat-alat canggih yang seharusnya bisa memudahkan kehidupan di Era ini.

Dulu sebelum tahun 2000, komunikasi / informasi amat sangat dibatasi dan diawasi. Tidak mudah untuk melakukan komunikasi dan mendapatkan informasi.

Perangkat komunikasi / informasi harus terdaftar dan sungguh-sungguh diawasi. Tidak ada yang bisa benar-benar berkata bebas dan tahu apa yang sedang terjadi.

Sehingga semua orang hanya tahu dari berita-berita yang telah "lulus atau lolos" dari pengawasan belaka, terlepas dari benar atau tidaknya berita-berita tersebut.

Hal ini amat sangat berbeda dengan keadaan yang ada pada saat ini. Komunikasi / informasi bisa didapatkan secara luas sekali, baik dari dalam maupun luar negeri.

Dunia serasa kecil dan penduduknya terkesan dekat, saling berhubungan serta berbagi apapun. Entah yang baik ataupun yang buruk, entah yang jujur ataupun yang bohong.

Tidak ada lagi batasan dan pengawasan. Sehingga komunikasi / informasi lintas negara menjadi hal yang tidak bisa dicegah, dibendung dan disaring terlebih dahulu.

Kalau dulu sebelum tahun 2000 segala berita yang beredar pasti sudah dibendung dan disaring, setelah tahun 2000 yang terjadi malah kebalikannya.

Berita-berita bohong ataupun berita yang semestinya bukan untuk orang awam, beredar luas dan membuat bingung bahkan meresahkan yang membacanya.

Berhubung cara dan kemampuan berpikir dari setiap orang tidak ada yang sama, maka berita-berita tersebut semakin berkembang serta menjadi simpang-siur.

Hal seperti ini tidak mungkin terjadi pada jaman sebelum tahun 2000. Lalu, jaman manakah yang lebih baik? Nah, itu kembali kepada perkembangan dari jaman itu sendiri.

Yang pasti, seluruh jaman ada kekurangan ataupun kelebihannya dan tidak mungkin bisa diulang kembali serta bukan tolok ukur atas jaman-jaman yang lainnya.

Oleh sebab itu, apabila Pandemik COVID-19 terjadi 21 tahun yang lalu (sebelum tahun 2000), maka tidak akan berdampak hebat dan semenakutkan seperti saat ini.

Marilah kita semuanya mengambil hal-hal yang positif dari masa lalu dan menjadikannya sebagai modal terbaik untuk masa sekarang serta masa yang akan datang!

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Senin, 11 Mei 2020

Mencari Kiat.

Jikalau sampai bulan Agustus nanti masih belum ada kabar tentang ditemukannya Vaksin untuk COVID-19, maka cara berpikir kita harus dirubah.

Yaitu bukan lagi menghindari penyakit ini, tetapi mencari kiat agar apabila terjangkit maka bisa segera sembuh dan tercipta antibodinya sendiri.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Senin, 04 Mei 2020

Dihambat dan Dikendalikan.

Sebelum ditemukannya Vaksin COVID-19 maka hanya ada 5 cara saja yang harus dioptimalkan untuk menghambat dan mengendalikan penyebaran Pandemik COVID-19 ini, yaitu :

1. Berdiam Diri di dalam rumah dengan Pola Hidup yang sehat, terkecuali untuk kepentingan yang amat sangat mendesak.

2. Menjaga Jarak Aman dengan selalu mengenakan Masker dan rajin Mencuci Tangan, apabila terpaksa harus ke luar rumah.

3. Melakukan Rapid Test secara gencar di daerah-daerah pemukiman yang padat dan tempat-tempat berkumpulnya orang banyak (Terminal, Mall, Pasar, Supermarket, Pabrik, Kantor dll).

4. Isolasi Mandiri bagi siapapun yang sedang terjangkit COVID-19 tetapi tidak berat dengan diawasi oleh Petugas Kesehatan setempat dan didukung penuh secara gotong-royong oleh seluruh penduduk sekitar.

5. Penyemprotan Disinfektan secara rutin, berkala dan merata di setiap Wilayah.

Dengan 5 cara ini Pandemik COVID-19 bisa dihambat dan dikendalikan penyebarannya serta Negara tidak menghabiskan anggaran untuk penyembuhan. 

Mencegah itu lebih baik daripada mengobati, apalagi untuk wabah penyakit yang mematikan seperti yang terjadi pada saat ini.

Dan kesadaran atas kesehatan serta keselamatan, baik diri sendiri maupun orang lain, adalah yang paling terpenting di dalam pencegahan wabah penyakit apapun.

Namun apabila sudah terlanjur menyebar, maka harus segera dihambat dan dikendalikan, agar tidak merugikan serta merenggut nyawa siapapun.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Minggu, 03 Mei 2020

Mengalihkan Perhatian dan Mengelabui.

Pihak Asing beserta para Anteknya sedang berpura-pura seolah-olah Minyak Fosil masih menjadi benda yang paling berharga, padahal cuma untuk mengalihkan perhatian dan mengelabui kita belaka, sehingga bahan baku Battery (baik yang digunakan pada saat ini maupun yang terbarukan nanti) yang ada di Tanah Air tercinta bisa dikuasai lagi oleh mereka.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Berbicara.

Karena bisa berbicara dengan perlahan dan lembut, maka saya tidak perlu berbicara dengan keras dan kasar.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Panglima Perang.

Tidak ada satupun Panglima Perang yang pernah kalah di dalam suatu Pertempuran, karena yang ada cuma Salah Perhitungan belaka.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Kesepakatannya.

Di dalam Politik, seluruh kawan adalah lawan dan seluruh lawan adalah kawan, tergantung dari Kesepakatannya.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---

Jumat, 01 Mei 2020

Terjaminnya Keselamatan dan Terpenuhinya Kesejahteraan.

Setiap manusia pastilah memiliki hal-hal yang diutamakan (prioritas) di dalam kehidupannya, terlepas dari apapun bentuknya.

Hal-hal yang diutamakan itu cuma berlaku pada situasi yang normal saja dan akan berubah seiring dengan kondisi yang ada.

Pada situasi yang normal, sebagian besar akan lebih mengutamakan kesejahteraan, karena khawatir terhadap kemiskinan.

Namun pada situasi yang tidak normal atau saat terjadi bencana, sebagian besar akan lebih mengutamakan keselamatan.

Sebab bencana bisa menghilangkan nyawa dan nyawa paling utama dari segala sesuatu yang ada di dunia yang fana ini.

Saat ini di tengah pandemik yang mematikan COVID-19, jaminan atas keselamatan adalah hal yang amat sangat penting.

Meskipun hal tersebut tidak berarti lantas menghilangkan kesejahteraan, terutama tercukupinya bahan kebutuhan pokok.

Artinya bahwa pihak berwenang harus meyakinkan masyarakat atas terjaminnya keselamatan, sekaligus syarat-syaratnya.

Syarat-syarat ini harus sungguh-sungguh dilaksanakan oleh segenap pihak, agar jaminan keselamatan tersebut terwujud.

Dan supaya masyarakat tidak mengkhawatirkan tentang kesejahteraannya maka pihak berwenang wajib untuk membantu.

Bantuan tersebut bisa berupa apapun, termasuk bahan-bahan kebutuhan pokok. Yang penting masyarakat tidak kelaparan.

Untuk mempercepat hal tersebut, pihak berwenang harus merangkul pihak lain yang dianggap peduli dan sudah berlebih.

Sehingga semua bersatu-padu dan bahu-membahu demi terjaminnya keselamatan serta terpenuhinya kesejahteraan.

Dengan terjaminnya keselamatan dan terpenuhinya kesejahteraan (walaupun tidak berlebihan) rasa aman akan muncul.

Rasa aman ini bagian yang paling terpenting dan dibutuhkan oleh seluruh Mahluk Hidup, tanpa rasa aman akan genting.

Rasa aman akan menenangkan pikiran dan pikiran yang tenang akan membuahkan ide-ide yang positif serta produktif.

Ide-ide yang positif dan produktif amat sangat diperlukan, baik pada saat ini maupun setelah melewati pandemik nanti.

Pandemik yang mematikan COVID-19 bisa menimbulkan reaksi berantai (efek domino), apabila tidak segera berakhir.

Oleh karena itu, marilah berjuang bersama-sama untuk menghentikan wabah yang amat sangat membahayakan ini!

Dengan berjuang bersama-sama, pasti segala sesuatu akan terasa lebih ringan dan mudah serta lekas terselesaikan.

Semoga pandemik yang mematikan COVID-19 cepat berlalu dan kita semuanya bisa hidup secara normal kembali.

Aamiin, Aamiin, Yaa Robbal Aalamiin.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---