Senin, 07 November 2016

Sedang Membuat Film.

Dulu pada saat Peristiwa Poso dan Ambon sedang terjadi, banyak orang termasuk diri saya sendiri yang merasa heran serta bertanya-tanya di dalam hati, "Kok bisa ya hal semacam itu terjadi di Indonesia?!". Terus terang, saya dan banyak orang pastinya amat sangat terkejut serta tidak percaya.

Mengherankan sekali, karena di Negara yang berdasarkan (bukannya Pilar, tetapi Dasar) kepada Pancasila, yang orangnya ramah, tepo seliro, gotong-royong, sopan, santun, luwes dan ciri-ciri lain dari masyarakat berbudaya tinggi bisa sampai bentrok cuma lantaran adanya perbedaan kepercayaan, keyakinan, sudut pandang, pemahaman, penafsiran maupun latar-belakang lainnya belaka.

Hal yang amat sangat tidak masuk akal dan mustahil, menurut pendapat saya pribadi. Sebab tatkala peristiwa tersebut terjadi, saya masih muda. Sehingga belum banyak yang saya mengerti dan pahami.

Jaman dahulu ketika masih sekolah, saya menyenangi pelajaran Sejarah. Karena menurut saya, mendengarkan pelajaran Sejarah seperti mendengarkan cerita alias dongeng ataupun membaca Komik.

Yang mana hal itu merupakan hal yang paling disukai oleh semua anak-anak yang masih kecil dan remaja (belum jamannya Handphone dan Gadget lainnya).

Perbedaannya, jikalau Sejarah bersumber dari hal-hal yang pernah terjadi (fakta / nyata), sedangkan Komik hanyalah cerita fiktif / karangan semata.

Dari pelajaran Sejarah di Sekolah tersebut, akhirnya saya menjadi tahu bahwa pada jaman dahulu kala kita pernah memiliki Kerajaan-kerajaan yang besar.

Namun Kerajaan-kerajaan yang besar itu akhirnya runtuh. Dan kita kemudian dijajah bergiliran oleh Negara-negara lain selama ratusan tahun.

Cara dari Negara-negara lain untuk masuk dan kemudian menjajah Tanah Air kita yang tercinta ini adalah dengan berdagang, menyebarkan Agama serta membuat kerjasama.

Mereka membuat kerjasama di segala bidang. Tetapi tentunya yang tidak menguntungkan kedua-belah pihak. Dengan kata lain yang cuma menguntungkan diri mereka sendiri saja, meskipun dibuat seolah-olah kita diuntungkan.

Pada jaman tersebut untuk bisa sampai ke Tanah Air kita yang tercinta ini, harus menggunakan Kapal Laut yang memakan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan lamanya. Apabila tidak menguntungkan diri mereka sendiri, maka untuk apa berkorban hingga sedemikian beratnya.

Setelah perdagangan, penyebaran Agama dan kerjasama itu akhirnya semakin berkembang, maka mereka-pun semakin menancapkan kuku juga taringnya kepada kita pula. Dengan cara menguasai kehidupan ekonomi, sosial, politik dan budaya.

Cara-cara yang amat sangat kotor, lagi kejam. Yakni mengadu-domba dan memecah-belah, agar kita saling bermusuhan serta tercerai-berai dengan sendirinya.

Sehingga tidak bisa fokus terhadap perampokan atas Sumber Daya Alam yang mereka lakukan. Namun malahan terus-menerus fokus kepada hal-hal yang memang sengaja mereka ciptakan dan hembuskan untuk membangun kebencian di antara kita (tetapi tidak kepada mereka).

Bukannya mereka sendiri yang turun-tangan untuk mengadu-domba dan memecah-belah kita. Sebab hal tersebut pastinya bakalan terlihat mencolok dan ketahuan.

Namun dari orang kita sendiri yang menjadi kaki-tangan / antek dan pesuruhnya, serta dibiayai penuh oleh mereka.

Orang kita sendiri yang menjadi kaki-tangan / antek dan pesuruh mereka ini amat sangat kaya raya. Tentunya hal itu berkat dana dari mereka.

Hal tersebut membuat dirinya (kaki tangan / antek dan pesuruh tadi), dengan harta kekayaan yang didapatkan dari pembiayaan Pihak Asing memiliki pengaruh yang amat sangat kuat. Baik kepada masyarakat, maupun kepada pemerintah.

Pihak Asing sendiri hanya menggelontorkan dana dan memberikan ide pemikirannya belaka. Supaya kepentingannya untuk merampok Sumber Daya Alam bisa selalu aman dan berkembang.

Orang-orang kita sendiri yang menjadi kaki-tangan / antek dan pesuruhnya inilah yang melakukan, mengelola serta mengendalikan seluruh pihak yang sedang diadu-domba itu. Agar bisa diawasi dan diatur sepenuhnya, sesuai dengan targetnya. Sehingga tidak ada celah untuk berdamai.

Kadangkala Pihak Asing datang bak seorang Pahlawan untuk memberikan sumbangan, bantuan, dukungan, nasehat, saran dll demi mencari simpati. Supaya tidak kelihatan jikalau merekalah yang sesungguhnya memiliki kepentingan dan yang menjadi dalang, sekaligus sumber kejahatan.

Sambil melulu merampok Sumber Daya Alam yang ada, mereka senantiasa mengamati segenap perkembangan demi kepentingan dan keuntungannya sendiri.

Seperti cerita di dalam film ya?

Dulu saya-pun tidak percaya. Tetapi sesudah mempelajari dan mengingat kembali pelajaran Sejarah saat masih di Sekolah, serta ditambah setelah dewasa banyak keliling di dalam dan luar negeri, akhirnya membuat diri saya menjadi tersadar dan percaya.

Bahwa ternyata Negara kita yang tercinta ini memang amat sangat kaya raya. Sehingga saya sadar dan percaya, bahwa lantaran kekayaan yang berlimpah-ruah tersebut maka segala hal bisa terjadi. Terutama apabila kita tidak menyadari dan mewaspadai bahaya yang ada di balik kekayaan itu.

Janganlah sampai kita mengulang Sejarah Buruk, lebih lagi kebodohan di masa lalu.

Saat ini sepertinya kita sedang melihat sebuah Film. Padahal sebetulnya diri kita semuanya inilah yang sedang membuat film tersebut. Dan diri kita sendirilah yang menjadi pemain di filmnya itu. Sutradara dan produsernya bisa diri kita sendiri atau orang lain.

Anak dan cucu kita kelaklah yang nantinya bakalan menjadi penontonnya. Serta peran apa yang sedang kita mainkan pada saat ini, kelak pada suatu saat nanti pastinya akan selalu dikenang, diingat juga dilihat oleh mereka semuanya pula.

Ingin menjadi "Lakon" seperti Pengeran Diponegoro, Sentot Prawirodirdjo, Kyai Mojo, Sakera dll ialah pilihan dari diri kita sendiri. Bahkan untuk menjadi lakon utama, pembantu, pengganti dll juga adalah pilihan dari diri kita sendiri pula.

Namun ingatlah senantiasa, bahwa sejarah tentunya bakalan selalu mencatat. Serta anak dan cucu kita kelaklah yang nantinya akan menanggung seluruh akibatnya, entah yang baik maupun yang buruk.

Oleh karenanya, marilah bersama-sama membuat sejarah yang indah tentang diri kita sendiri, Bangsa dan Tanah Air yang tercinta ini. Pastinya yang nantinya bisa menjadi kebanggaan serta kenangan terbaik untuk dinikmati oleh anak dan cucu kita kelak.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---