Kamis, 19 Januari 2017

Menghadapi Dan Menyelesaikan Masalah Pribadi.

Dulu pada waktu masih kelas 4 Sekolah Dasar, pernah ada kakak kelas saya yang lebih tua 1 tingkat di atas, tiba-tiba tanpa sebab yang jelas menendang tubuh saya hingga jatuh tersungkur.

Karena pada saat itu tubuh saya masih sangat kecil dan kurus, sedangkan kakak kelas yang menendang tersebut bertubuh besar dan gendut maka saya meminta bantuan dari kakak-kakak kelas lainnya, terutama yang dekat serta bersimpati kepada saya untuk bersama-sama menghadapi kakak kelas yang aneh tersebut.

Walhasil, kakak kelas yang aneh dan bertubuh besar serta gendut tersebut dikeroyok ramai-ramai oleh kakak-kakak kelas juga teman-teman lainnya yang dekat serta bersimpati kepada saya, hingga babak-belur dan akhirnya meminta maaf.

Sesampainya di rumah, saya langsung menceritakan semua kejadian yang barusan saya alami di sekolah tersebut kepada Ayah saya (sekarang sudah Almarhum).

Disamping untuk melaporkan kejadian yang barusan saya alami, juga untuk mendapatkan dukungan atau pujian atau pembelaan atau paling tidak simpati dari beliau (maklum namanya juga masih anak-anak).

Ayah saya mendengarkan dengan saksama seluruh rangkaian cerita yang saya sampaikan kepada beliau dengan polos dan apa adanya itu.

Setelah saya selesai menceritakan semua kejadian yang barusan saya alami tersebut, dengan nada tinggi dan berwibawa beliau berkata (dalam bahasa Surabaya yang saya bahasa Indonesiakan),

"Aku tahu kamu pasti sakit hati karena ditendang oleh orang lain hingga jatuh tersungkur, tanpa sebab yang jelas. Tetapi kamu juga salah, karena menggunakan cara yang tidak jelas pula!".

"Teman-temanmu jelas baik dan setia kawan karena sudah mau membela dirimu. Tetapi caramu dengan mengajak teman-temanmu untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah pribadimu itu adalah sebuah tindakan yang pengecut, salah serta tidak jelas!".

"Kamu tidak akan bisa menjadi seorang laki-laki yang sejati dan matang dengan cara yang tidak jelas seperti itu (mencari dukungan, bantuan dan simpati dari orang lain untuk menghadapi serta menyelesaikan masalah (kepentingan) pribadi)!".

"Besok kamu harus meminta maaf kepada teman-teman yang sudah jelas kamu manfaatkan tadi. Dan mulai hari ini, kamu harus berjanji bahwa semua masalah yang terjadi pada dirimu, akan kamu hadapi serta selesaikan dengan keberanian juga kemampuanmu sendiri!".

Sontak saja saya menangis sejadi-jadinya dan sekeras-kerasnya, sebab bukan sebuah dukungan apalagi pujian yang saya dapatkan tetapi malah sebuah kemarahan!

Besok paginya saya langsung meminta maaf kepada seluruh teman-teman yang sudah saya manfaatkan untuk kepentingan pribadi pada hari sebelumnya tersebut.

Juga mendatangi kakak kelas yang aneh dan bertubuh besar serta gendut yang pada hari sebelumnya sudah menendang tubuh saya hingga jatuh tersungkur tanpa sebab yang jelas itu.

Dengan tujuan untuk meminta penjelasan ataupun alasan sekaligus untuk meminta maaf kepadanya. Karena saya telah mengajak orang lain untuk mengeroyok dirinya.

Satu tahun kemudian, tepatnya saat saya sudah kelas 5 Sekolah Dasar, kejadian serupa terjadi lagi pada diri saya.

Kali ini pelakunya bukan kakak kelas yang aneh dan bertubuh besar serta gendut itu lagi. Tetapi teman seangkatan yang beda kelas, namun dulunya dia adalah kakak kelas yang tidak naik sehingga menjadi teman seangkatan dengan saya.

Disaat saya dan teman-teman sedang asyik bermain-main di halaman sekolah yang luas pada waktu jam istirahat pelajaran, tiba-tiba saja dia memukul saya tanpa alasan yang jelas.

Setelah dia memukul saya tersebut, saya terdiam sejenak. Saya teringat pesan dari Ayah setahun yang lalu, bahwa saya tidak boleh menggunakan cara-cara yang tidak jelas lagi.

Tetapi harus berani dan mampu menghadapi serta menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa mencari bantuan, pertolongan, dukungan, simpati dll dari orang lain. Karena hal tersebut sangatlah tidak jantan dan mendidik, juga amat sangat kekanak-kanakan.

Sesudah terdiam sejenak, saya langsung menatap tajam mata teman yang memukul dengan tiba-tiba dan tanpa sebab yang jelas itu tadi serta membalas memukulinya, hingga akhirnya dilerai oleh teman-teman yang lain.

Dia dibawa lari ke UKS, karena hidungnya mengeluarkan darah dan buang air kecil di celana.

Sejak saat itu saya tidak mau dipukul oleh orang lain terlebih dahulu, apalagi yang tiba-tiba dan tanpa sebab yang jelas.

Kalau ada sebab atau alasan yang jelas, maka sayalah yang akan memukul orang lain terlebih dahulu. Namun setelah beranjak dewasa, saya merubah pukulan yang bisa menyakitti hati dan tubuh orang lain tersebut dengan cinta, kasih serta sayang.

Charles E. Tumbel.

(Berdasarkan kisah nyata dan bisa serta boleh ditanyakan langsung kepada teman-teman SD, SMP, SMA ataupun keluarga saya. Terima kasih).

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---