Senin, 30 April 2018

"Memanen Buah Yang Sama Seperti Dengan Bibit Yang Dulu Pernah Ditanam".

Pada saat masih remaja, naif dan berpikiran pragmatis, saya tidak pernah percaya bahwa suatu saat nanti akan ''Memanen Buah Yang Sama Seperti Dengan Bibit Yang Dulu Pernah Ditanam'', meskipun Almarhum Ayah selalu mengingatkan tentang hal itu.

Saya berpikir bahwa jikalau kita telah melakukan tindakan yang salah, dosa dan semena-mena (walaupun dengan alasan sedang menjalankan tugas) maka cukup dengan meminta maaf dan ampunan saja berarti seluruh ''Catatan'' akan dihapuskan.

Ternyata saya telah salah besar dan meminta maaf serta memohon ampunan atas hal tersebut.

Saat ini setelah merasakan begitu banyaknya "Jamu Pahit" yang mau ataupun tidak mau harus bisa "dinikmati" disaat kita menjalani hidup di kehidupan dunia yang fana, perlahan saya mulai belajar dan berpikir secara lebih dalam lagi tentang arti dari kata "hidup" itu yang sesungguhnya.

Serta terus terang saya merasa kasihan, iba juga bisa ikut merasakan dan memahami sekaligus mengerti perasaan dari para pejabat yang pada saat ini sedang terkena masalah.

Akan tetapi ada sebuah pertanyaan kecil yang tersimpan di dalam hati saya. Dan hal ini bukan bermaksud untuk menjelekkan, menjatuhkan nama baik apalagi menghakimi seseorang, namun murni hanyalah sebuah keingin-tahuan pribadi belaka.

Apakah dulu tatkala para pejabat yang pada saat ini sedang terkena masalah itu ketika masih belum bermasalah pernah merasa kasihan, iba dan bisa ikut merasakan serta memahami sekaligus mengerti perasaan dari orang-orang yang sedang bermasalah dengan dirinya?

Oleh sebab itu jujur, lurus, baik, adil dan bijaksanalah ketika sedang memiliki jabatan, kedudukan, kewenangan, kekuasaan ataupun kekuatan. Karena kita tidak pernah tahu kapan waktunya akan "Memanen Buah Yang Sama Seperti Dengan Bibit Yang Dulu Pernah Ditanam".

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---