Selasa, 30 April 2019

Bisa Dicegah, Dikurangi dan Dihambat.

Tindak kejahatan itu tidak bisa dihilangkan sama sekali namun bisa dicegah, dikurangi dan dihambat perkembangannya.

Kepedulian terhadap sesama dan kebersamaan di dalam kebaikan adalah Kunci Utama untuk mengurangi tindak kejahatan yang tidak diinginkan, terutama yang terjadi di lingkungan kita sendiri.

Beberapa minggu yang lalu, pada saat sedang mengawasi para Pekerja yang sedang mengerjakan finishing interior di rumah makan saya, ada Penjual Bakso yang kebetulan sedang mangkal tepat di depan rumah.

Penjual Bakso ini biasanya setiap sore mangkal di depan Pos Keamanan yang ada di samping rumah saya. Untuk menunggu pembeli yang kebanyakan adalah para Karyawan Restoran yang ada di samping kiri-kanan rumah.

Sore itu, pada saat saya sedang melihat-lihat hasil pekerjaan dari para Pekerja (maklum hari Sabtu, hari membayar gaji), Penjual Bakso tidak berada di tempat biasanya. Tetapi berada tepat di depan area yang sedang saya bangun untuk menjadi rumah makan (samping kiri rumah).

Karena berada tepat di depan area yang sedang saya lihat, maka otomatis dengan tanpa sengaja pandangan mata bisa leluasa mengamati gerak-gerik dari Si Penjual Bakso itu tadi.

Tak lama setelah Penjual Bakso berada di tempat tersebut, sepasang gadis (atau mungkin janda, belum tahu pastinya) yang berboncengan Sepeda Motor berhenti untuk membeli.

Sebagai manusia biasa (normal) pasti saya menoleh dan memperhatikan kedua gadis tersebut, tanpa maksud dan tujuan yang tidak baik (kalaupun ada, pasti tidak saya tuliskan disini), cuma sekedar menoleh saja.

Salah satu dari gadis itu turun untuk memesan bakso (satu lagi tetap berada di atas Sepeda Motornya), tidak seberapa lama berhenti sebuah Sepeda Motor yang ditunggangi oleh dua orang lelaki.

Salah satu lelaki itu turun dan menyapa ramah gadis yang sedang memesan bakso, sedangkan lelaki satunya sepertinya akan memarkirkan atau meminggirkan Sepeda Motornya di samping rumah saya.

Dia mengendarainya dengan sangat pelan dan kelihatan sedang mencari-cari sesuatu (tempat), mungkin untuk memarkirkan Sepeda Motornya tersebut.

Karena lelaki yang menyapa gadis itu terlihat ramah dan si gadis juga kelihatannya menerima lelaki tersebut dengan wajah yang ceria pula, maka saya pikir keduanya telah saling mengenal serta hanya kebetulan saja bertemu disana.

Sayapun akhirnya tidak memperhatikan mereka lagi (disini kadang saya merasa sedih) dan kembali mengamati hasil pekerjaan para Pekerja.

Saya berkeliling untuk mengamati hasil pekerjaan para Pekerja, baik yang di dalam maupun yang di depan ruangan (tampilan / tampak luar).

Kemudian pada saat sedang berada di depan (agak dekat dengan Si Penjual Bakso), tidak sengaja saya memperhatikan lagi orang-orang yang tadi berhenti untuk membeli baksonya tersebut.

Saya perhatikan ada hal yang aneh karena lelaki yang tadi saya lihat hanya berjumlah dua orang saja, sekarang sudah menjadi empat orang dan posisi mereka tidak seperti orang yang sedang membeli bakso, tetapi seperti orang yang sedang serius membicarakan sesuatu (tegang).

Hal yang membuat saya menjadi curiga adalah karena Si Gadis dan Si Lelaki yang tadinya sedang memesan bakso, posisinya tidak lagi berada di depan Penjual Bakso. Tetapi malah berada di pojok depan rumah saya dan sepertinya sedang bersitegang.

Sedangkan ketiga orang lelaki lainnya, malah mengerubuti gadis satunya yang sedang duduk di atas sepeda motor dengan wajah yang tidak ramah.

Kecurigaan dan keingin-tahuan (atau keusilan) saya menjadi terpanggil (muncul), sehingga saya pura-pura ikut memesan bakso sambil berbisik menanyakan keadaan yang sebenarnya terjadi kepada Si Penjual Bakso.

Penjual Bakso terkesan gugup, takut dan bingung sambil memberitahu bahwa dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Saya semakin bertambah curiga dan penasaran serta mulai memikirkan hal-hal yang buruk.

Sambil tetap berpura-pura memesan bakso, saya memperhatikan peralatan yang dibawa oleh Si Penjual Bakso untuk berjaga-jaga apabila hal yang terburuk memang terjadi.

Setelah melihat ada pisau, gunting besar dan sebatang besi yang biasa dipergunakan sebagai alat pukul untuk membunyikan "Bel Klinting" disaat Si Penjual Bakso berkeliling, saya mencoba untuk bertanya kepada Si Gadis yang sedang berada di atas Sepeda Motor.

Gadis yang sedang berada di atas Sepeda Motor terkesan panik (bukan lantaran terpukau atau terkesima karena melihat saya yang gundul), sehingga saya berusaha terus untuk bertanya kembali tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Disaat saya sedang bertanya untuk kedua kalinya kepada Si Gadis yang sedang berada di atas Sepeda Motor tersebut, ketiga lelaki yang sedang mengerubunginya berganti formasi.

Dua lelaki tetap berada di sebelah Sepeda Motor milik Si Gadis, sedangkan yang seorang lagi pergi meninggalkan untuk menghampiri Si Gadis yang pertama yang pada saat itu tengah bersitegang.

Pikiran saya langsung mengatakan ada hal yang tidak baik sedang terjadi dan langsung bertanya lagi dengan nada agak cukup keras kepada Si Gadis yang sedang berada di atas Sepeda Motor.

Si Gadis menjawab tidak tahu dengan wajah yang kalut dan mau menangis ("mewek" bahasa tepatnya).

Saya langsung menghampiri Si Gadis yang pertama yang saat itu posisinya sudah berada di pojok (terpojok tepatnya) depan rumah dan sedang dikerubuti oleh dua orang lelaki, edangkan Si Penjual Bakso mendekati gadis yang sedang berada di atas sepeda motor.

Ketika saya hendak mendekati Si Gadis yang pertama, salah satu lelaki yang tadinya mengerubuti gadis yang sedang berada di atas sepeda motor berusaha menghalau dan menghardik.

Dengan suara yang sangat keras, saya bertanya kepada lelaki tadi tentang hal apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Lelaki tadi berteriak, mengatakan agar saya tidak ikut-ikutan.

Saya marah dan menyampaikan bahwa hal ini terjadi tepat di depan rumah serta menjadi hak juga tanggungjawab saya untuk menanyakannya.

Keempat lelaki (semuanya) tadi datang menghampiri dan mengolok-olok terutama karena saya putih serta sipit sehingga (maaf) dibilang dari etnis tertentu.

Mereka berusaha menakut-nakuti dan menjatuhkan mental saya dengan caci maki yang amat sangat tidak sopan.

Tetapi saya tidak mempedulikannya dan malah semakin bertambah marah kepada mereka sambil bersiap-siap atas segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Salah satu dari mereka menantang saya sambil mengancam akan membunuh, jikalau saya tidak pergi dari tempat itu (padahal tempat itu adalah halaman parkir rumah saya sendiri). Saya balik mengancam dan mengusir mereka.

Disaat terjadi ketegangan tersebut, para Pekerja yang sedang mengerjakan bangunan di rumah makan saya dan orang-orang yang kebetulan lewat mulai berhenti serta mengerubungi kami.

Mungkin tadinya mereka hanya tertarik karena mendengar suara keras yang saling menghardik, tetapi karena hardikan kami mulai mengarah ke hal yang lebih kasar dan adu fisik maka mereka mulai terpanggil untuk melerai.

Para pekerja sayapun mulai bertanya kepada mereka (keempat lelaki tersebut) ihwal masalah yang sebenarnya terjadi. Kesempatan ini saya pergunakan untuk menghubungi saudara, Bu Helena Mantiri, yang kebetulan sedang menjabat Kanit di Polres.

Setelah bertambah banyak orang yang berhenti dan mengerubungi kami, akhirnya empat lelaki yang bersikap mencurigakan serta tidak menyenangkan itu tadi pergi meninggalkan tempat kejadian sambil terus mengancam-ancam saya.

Setelah keempat lelaki itu tadi pergi, saya bertanya kepada dua gadis tentang hal yang sebenarnya terjadi.

Kedua gadis tersebut mengatakan bahwa Sepeda Motor mereka sebenarnya mau dirampas tetapi sejak saya keluar untuk membeli bakso, bahasa lelaki-lelaki yang tadinya mau merampas itu berubah.

Saya dan orang-orang yang mendengarkan cerita dari kedua gadis tersebut merasa sedikit kecewa. Sebab tidak mulai dari pertama mereka mengatakan kejadian yang sebenarnya.

Namun kami semua bisa memakluminya. Karena kami yakin bahwa kedua gadis tersebut di dalam keadaan yang bingung, takut dan panik.

Tidak seberapa lama kemudian, anggota Polres dari Bu Helena Mantiri datang. Tetapi sayang, karena kedua gadis itu tadi sudah meninggalkan lokasi kejadian.

Demikian cerita singkat tentang pentingnya rasa kepedulian dan kebersamaan terutama terhadap sesama agar kejahatan di lingkungan terdekat bisa dicegah, dikurangi serta dihambat.

Semoga menjadi inspirasi, motivasi sekaligus manfaat. Aamiin.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---