Pihak Penjajah beserta para Antek-anteknya itu supaya bisa menguasai sebuah Bangsa dan Negara, paling suka menggunakan politik Devide et Empera.
Yaitu politik adu domba, pecah-belah dan cerai-berai dengan cara membagi-bagi, mengotak-ngotakkan serta terus membenturkan unsur SARA yang ada.
Mereka menciptakan strata-strata, status-status dan ke-superioritas-an pada setiap sendi kehidupan di masyarakat dengan berdasarkan atas unsur SARA.
Sehingga setiap unsur SARA ini bakalan merasa, bahwa kelompoknya-lah yang paling hebat dan tidak mau membaur, apalagi bersatu dengan yang lain.
Mereka-pun membuat jurang-jurang pemisah yang amat sangat dalam pada setiap unsur SARA, agar setiap unsur SARA tersebut selalu saling membenci.
Sehingga setiap unsur SARA itu tadi, tidak mungkin bisa dipersatukan kembali. Dan dengan demikian, maka kehidupan Berkebangsaan selamanya akan hancur.
Untung kita memiliki Sejarah Perjuangan Bangsa dan Bahasa Persatuan, yang dijadikan Bahasa Nasional. Tanpa kehidupan Berkebangsaan, kita bakalan hancur.
Dan lebih beruntung lagi, sebab kita memiliki Budaya Nusantara. Karena Budaya Nusantara inilah yang sesungguhnya menjadi inti dari kehidupan Berkebangsaan.
Kita harus selalu menjaga, merawat, memelihara, mempertahankan serta melestarikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa Nasional dan Budaya Nusantara.
Sebab cuma Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa Nasional dan Budaya Nusantara saja yang bisa menjadi "Perisai Utama" di dalam melawan politik Devide et Empera.
Makanya janganlah pernah heran jikalau ada pihak-pihak yang ingin merubah Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa Nasional dan Budaya Nusantara kita.
Karena selama Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa Nasional dan Budaya Nusantara masih tetap kuat, maka kehidupan Berkebangsaan kita juga masih tetap kuat pula.
Charles E. Tumbel.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---
