Senin, 25 Juli 2016

Belajar Memilih Seorang Pemimpin.

Jikalau kita ingin melihat jiwa besar, pikiran luas, matang, bijaksana sekaligus kesetiaan seseorang terhadap orang lain termasuk kepada Bangsa dan Negaranya maka lihatlah dia di saat sedang gagal, kalah serta terjatuh akibat mengejar ambisinya sendiri.

Kalau hanya berdasarkan dari cerita dan citra yang dibangun melalui media sosial maupun media massa maka kita tidak akan pernah tahu kepribadian, tujuan serta kebaikan yang sesungguhnya dari orang tersebut. Karena itu semua hanyalah sebuah sandiwara semata.

Citra itu sangat mudah untuk dibuat apalagi kalau memiliki harta kekayaan yang berlimpah. Lembaga khusus untuk pencitraan yang biayanya besar, bisa dibayar dan diarahkan sesuai dengan citra yang diharapkan. Meskipun kesemuanya itu hanyalah palsu belaka.

Apalagi di saat sedang mengejar mimpi dan ambisi, semua yang ditampilkan adalah cerita serta hal-hal yang baik-baik saja. Segala cara akan ditempuh, meskipun dari hasil rekayasa. Semua hanya untuk mendapatkan suara, dukungan, pemilih, pengikut dan kemenangan.

Jiwa besar, pikiran luas, kematangan, kebijaksanaan sekaligus kesetiaan itu tidak dapat dibuat tatkala kita sedang mengalami kekecewaan yang mendalam. Oleh karena itu, kita baru akan bisa mengetahui kepribadian, tujuan dan kebaikan yang sesungguhnya setelah dia mengalami kegagalan

Seorang pemimpin, baik pemimpin pada keluarga sendiri apalagi pemimpin sebuah bangsa haruslah memiliki jiwa besar, pikiran luas, matang, bijaksana sekaligus kesetiaan. Sebab tanpa kelima hal tersebut maka kelayakannya untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah lengkap.

Ambisi pribadi atau fanatisme yang berlebihan kepada seseorang seringkali membutakan logika. Segala kekurangan yang seharusnya dijadikan acuan untuk menjadi maupun memilih seorang pemimpin, akhirnya diabaikan sebab yang diutamakan hanyalah emosi belaka.

Segala cara ditempuh untuk memenangkan diri atau jagoan yang telah difanatikki, termasuk menutupi kekurangannya. Padahal seorang pemimpin itu harus siap dengan kritikan, kenyataan dan kejadian buruk. Tidak cuma mau mendengar, melihat dan menerima yang baik-baik saja.

Apalagi di saat nanti sudah memimpin, tentunya akan banyak menerima dan menghadapi hal-hal yang tidak mengenakkan hati. Seseorang yang tidak memiliki jiwa besar, pikiran luas, matang, bijaksana sekaligus kesetiaan pasti tidak akan mampu untuk mengembannya. Walaupun dirinya sendiri dan para pendukungnya sudah amat sangat berambisi untuk menang.

Seseorang yang memiliki itikad baik dan mulia serta dengan tulus-ikhlas ingin menjadi seorang pemimpin, pasti tidak akan pernah mementingkan ambisi dari pribadinya sendiri. Termasuk dalam urusan kalah ataupun menang, karena tujuannya tanpa pamrih dan demi kebaikan bersama, Bangsa dan Negara tercinta.

Kegagalannya tidak akan membawa kerusakan, gesekan dan hal-hal yang negatif lainnya lantaran kekecewaan. Tetapi malah membawa kebaikan, persatuan dan hal-hal yang positif termasuk dukungan yang tulus-ikhlas kepada pihak yang menang. Sebab ia memiliki jiwa besar, pikiran luas, matang, bijaksana sekaligus kesetiaan kepada Bangsa dan Negara.

Marilah kita semuanya lebih belajar lagi di dalam memilih dan mendukung seseorang yang ingin menjadi pemimpin. Terutama yang sungguh-sungguh ingin berjuang untuk kebaikan bersama, bukan untuk dirinya sendiri. Dan hal tersebut pasti akan terlihat di saat dia memperoleh kekalahan, bukan kemenangan.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---