Sabtu, 17 Juni 2017

Jiwa Yang Berkebangsaan Indonesia.

Bangsa dan Negara itu adalah dua hal yang berbeda, meskipun keduanya memiliki sebuah Ikatan Bathin yang amat sangat kuat. Serta tidak semua Bangsa memiliki Negara, juga tidak semua Negara memiliki Bangsa pula.

Sungguh beruntung kita pada saat ini, Bangsa Indonesia, karena telah memiliki kedua-duanya. Semuanya ini bisa kita miliki, cuma lantaran perjuangan serta pengorbanan dari para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara kita dulu belaka.

Tanpa adanya perjuangan serta pengorbanan dari para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara kita dulu, maka sampai dengan detik ini, kita semuanya pastinya masih tercerai-berai juga dijajah oleh Pihak Asing pula.

Politik "Devide et Empera" yang amat sangat licik dan kejam itu, juga pastinya masih akan terus dijalankan oleh para Anteknya pula. Agar kita tidak bisa bersatu, apalagi berjuang bersama-sama untuk meraih kemerdekaan.

Oleh sebab itu, kita semuanya haruslah selalu bersyukur ke hadirat Tuhan YME. Karena berkat Ijin sekaligus Restu hanya dari DiriNya semata maka perjuangan serta pengorbanan dari para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara kita dulu bisa berhasil.

Keberhasilan di dalam Berkebangsaan inilah yang pada akhirnya membuat kita semuanya mau untuk berjuang bersama-sama tanpa perbedaan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan tatkala meraih kemerdekaan.

Perjuangan Berkebangsaan dari para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara diawali dengan berdirinya organisasi pemuda yang bernama Boedi Oetomo pada hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908, pukul 09.00 di Batavia (Jakarta).

Didirikan oleh para mahasiswa STOVIA (Kedokteran) di Batavia atas prakarsa dari Dr. Wahidin Sudirohusodo. Dan yang untuk pertama kali pada saat berdirinya terpilih menjadi ketua adalah Dr. Sutomo.

Pada awalnya Boedi Oetomo cuma ditujukan untuk Suku serta Budaya dari Jawa dan Madura belaka. Karena latar-belakang dari para Pendirinya memang para Bangsawan-bangsawan Muda dari Jawa.

Namun pada akhirnya Dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantoro (dijuluki sebagai "Tiga Serangkai") berhasil meluaskannya untuk seluruh Suku, Ras serta Budaya sehingga menjadi lengkap juga merata pula.

Juga lantaran Ki Hajar Dewantoro pula, istilah "Inlander atau Pribumi" yang selama ratusan tahun telah dipergunakan untuk memecah-belah dan menghina Bangsa kita, akhirnya tidak boleh lagi dipergunakan di kalangan Pejuang Kebangsaan.

Mulai sejak saat itulah (pada tahun 1913) oleh para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara, hanyalah kata "Indonesia" saja yang boleh dipergunakan sebagai nama resmi untuk menyebut Bangsa kita yang tercinta ini.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 di Batavia diadakan Kongres Pemuda II. Di dalam kongres pemuda dan pemudi ini, terjadi sebuah ikrar dari seluruh peserta se-Hindia Belanda (Indonesia) yang hadir saat itu serta disebut sebagai "Sumpah Pemuda''.

Sesuai dengan cita-cita dari Perjuangan Berkebangsaan sejak Boedi Oetomo (1908), Indische Vereeniging (1908), Indische Partij (1912) dll untuk mendirikan sebuah Bangsa maka Kongres Pemuda II mengikrarkan berdirinya Bangsa Indonesia.

Bunyi dari ikrar "Sumpah Pemuda" adalah sebagai berikut :
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku Bertumpah Darah yang satu, Tanah Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku Berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.

Setelah ratusan tahun dipecah-belah dengan politik "Devide et Empera" yang sudah merasuk ke dalam seluruh sendi kehidupan Bermasyarakat, ikrar "Sumpah Pemuda" inilah yang menjadi titik puncak dari Perjuangan Berkebangsaan kita.

Dan dengan terjadinya ikrar "Sumpah Pemuda", maka perjuangan sebuah Bangsa di dalam mendirikan sebuah Negara yang merdeka adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin bisa dihindari lagi.

Pada hari Jum'at, tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan mendirikan sebuah Negara yang bernama, Republik Indonesia.

Dasar Negara untuk Republik Indonesia yang telah ditetapkan di dalam Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 di Jakarta adalah Pancasila, sedangkan untuk Konstitusi Negara adalah Undang-undang Dasar 1945.

Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama adalah Alm. Ir. Soekarno dan Alm. Drs. Mohammad Hatta. Beliau berdua ini adalah Tokoh Utama di dalam Pergerakan Nasional kita.

Karena Bangsa Indonesia baru merdeka serta Republik Indonesia baru berdiri, maka Ir. Soekarno lebih banyak berjuang untuk memperkenalkan Bangsa dan Negara Indonesia kepada Dunia Internasional.

Meskipun pada saat itu di dalam negeri masih diduduki oleh para serdadu NICA juga bertubi-tubi terjadi pemberontakan pula, tetapi Ir. Soekarno berhasil membuat Bangsa dan Negara Indonesia dikenal oleh Dunia Internasional.

Masa itu para tokoh Pejuang Kebangsaan masih banyak yang hidup dan jiwa yang Berkebangsaan, terutama di kalangan para Pejuang Kemerdekaan sudah tertanam kuat. Sehingga pemberontakan bisa dengan mudah diberantas.

Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang kedua adalah Alm. HM Soeharto dan Alm. Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau berdua ini adalah Tokoh Penting di dalam Perjuangan Kemerdekaan kita.

Karena Bangsa Indonesia serta Republik Indonesia sudah dikenal oleh Dunia Internasional, maka HM Soeharto lebih banyak berjuang untuk memajukan pembangunan Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini.

Apalagi pada saat itu di dalam negeri baru terjadi peristiwa berdarah DI/TII kemudian G30S/PKI yang membuat kondisi ekonomi, politik dan sosial menjadi sangat merosot. Namun kebijakan baru HM Soeharto berhasil memajukan pembangunan kita kembali.

Masa itu para tokoh Pejuang Kemerdekaan masih banyak yang hidup dan jiwa yang Berkebangsaan serta Berbudaya Adiluhung masih tertanam kuat, sehingga memajukan pembangunan bisa dengan mudah dilaksanakan.

Presiden kita yang pertama dan yang kedua amat sangat berjasa di dalam membangun Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini. Memang titik fokus kebijakannya berbeda, karena situasi dan kondisi serta jamannya juga berbeda pula.

Tetapi beliau berdua ini adalah para Bapak Bangsa yang telah membangun Dasar-dasar Bermasyarakat, Berkebangsaan sekaligus Berkenegaraan yang tepat serta berguna untuk masa depan dari Bangsa dan Negara kita yang tercinta.

Yang menjadi masalah pada saat ini adalah Dasar-dasar Bermasyarakat, Berkebangsaan sekaligus Berkenegaraan yang dulu sudah dibangun oleh beliau berdua itu, setelah Reformasi '98 malahan tidak dijalankan lagi.

Sehingga hal-hal yang terpenting serta sangat mendasar yang telah diletakkan oleh para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara kita dulu, sudah tidak lagi dijiwai oleh para generasi muda pada saat ini, terutama yang lahirnya setelah Era Reformasi '98.

Dianggap Bangsa serta Negara kita yang tercinta ini lahir tanpa perjuangan sekaligus pengorbanan dari para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara. Seolah Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini sama sekali tidak pernah memiliki sejarah perjuangan.

Hal ini apabila dibiarkan, maka nantinya akan membahayakan bagi keutuhan Bangsa dan Negara kita yang tercinta di masa yang akan datang. Karena pasti bakal tercerai-berai lagi, seperti pada Jaman Penjajahan dahulu kala.

Padahal jaman dulu kita sudah berhasil membangun nama besar dari Bangsa dan Negara di Dunia Internasional. Jaman dulu kita sudah berhasil memajukan pembangunan dari Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini.

Kini setelah hampir 20 tahun terjadinya Reformasi '98, jiwa yang Berkebangsaan Indonesia rasanya malahan mengalami kemunduran 100 tahun ke belakang serta kerapkali tercabik-cabik dan ternodai oleh isu-isu SARA.

Padahal sudah diletakkan sejak lebih dari 100 tahun yang lalu oleh para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara kita. Jiwa yang Berkebangsaan Indonesia itu adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dipisahkan dari Republik Indonesia.

Tanpa jiwa yang Berkebangsaan Indonesia, maka Republik Indonesia bakal bubar dengan sendirinya. Namun dengan jiwa yang Berkebangsaan Indonesia, maka kita akan berjuang bersama-sama untuk memajukan pembangunan Republik Indonesia.

Seluruh pihak pada saat ini seolah cuma memikirkan kemajuan dari Negara saja, tanpa memikirkan kemajuan dari Bangsa. Padahal awal mula Negara kita yang tercinta ini dibangun adalah dengan terlebih dahulu membangun Bangsanya.

Jadi bukannya hanya Negara kita yang tercinta ini belaka yang harus dibangun, tetapi juga Bangsa kita yang tercinta ini pula. Sehingga setiap kemajuan dari Negara kita yang tercinta ini, nantinya juga akan selalu selaras dengan kemajuan dari Bangsa kita yang tercinta ini pula.

Bukan cuma raganya saja yang dibangun, namun sekalian jiwanya. Bukan hanya Negaranya belaka yang dibangun, tetapi sekaligus Bangsanya. Oleh sebab itu kita harus segera membangun kembali jiwa yang Berkebangsaan Indonesia.

Membangun kembali untuk mewujudkan jiwa yang Berkebangsaan Indonesia ini tidak cuma sebuah amanah saja, namun juga sebuah keharusan demi kelangsungan Bangsa Indonesia sekaligus Republik Indonesia yang tercinta pula, sampai dengan nanti pada akhir jaman.

Marilah kita wujudkan bersama-sama Cita-cita Luhur dari para Bapak Pendiri Bangsa dan Negara untuk memiliki sebuah Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil serta makmur yang asli milik dari Bangsa sendiri, Bangsa Indonesia, yaitu Republik Indonesia.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---