Rabu, 03 Mei 2023

Dibohongi oleh Dongeng.


Sejak mulai dari kecil hingga remaja, saya suka sekali menonton film Cowboy. Hampir seluruh film Cowboy yang ditayangkan di Bioskop pada jaman itu, pernah saya tonton.

Melihat para Cowboy yang menjadi jagoan sedang menarik Pistol dan dengan secepat kilat menembak musuh-musuhnya, merupakan kegembiraan serta kepuasan tersendiri.

Apalagi tatkala orang Indian yang sedang menaiki Kuda, sambil berteriak-teriak dan melepaskan anak panah, jatuh tersungkur akibat tertembak oleh Sang Jagoan. Lega rasanya!

Doorrr!, tumbanglah para Perampok. Doorrr!, jatuhlah para Indian. Selaras dengan masa-masa dimana para pengritik, pemrotes, pendemo di-"Doorrr!, Doorrr!, Doorrr!" oleh Penguasa.

Terlalu seringnya menonton film-film tersebut, akhirnya tertancap di dalam pikiran saya dengan amat sangat kuat, bahwa orang-orang Indian merupakan orang-orang yang jahat.

Sampai suatu ketika Kampus mengadakan wisata ke sebuah Museum di kawasan Indian Rancheria (reservasi kecil) California dan saya bersama teman-teman sekelas mengikutinya.

Kami berangkat dari Kampus menggunakan beberapa buah Bus. Perjalanan yang penuh dengan canda-tawa dan sesekali mengolok-olok orang Indian, yang di dalam bayangan kami berkulit merah serta berhidung bengkok (seperti di film-film).

Perjalanan tidak terlalu lama, hanya sekitar 1 jam saja dan kami tiba di tujuan. 

Sesampainya di tujuan, kami segera turun dari Bus dan mencari tempat untuk "Nongkrong", sebelum kegiatan dimulai. Sayangnya belum ada yang buka (mungkin kepagian), jadinya kami menongkrong di pinggir tempat parkir.

Sembari duduk-duduk di pinggir tempat parkir dan bercanda-ria, saya memperhatikan Museum. Secara kebetulan, saya melihat seorang wanita masuk ke dalamnya dan membuka pintu utama.

Tanpa berpikir panjang, saya langsung berdiri dan berjalan kesana seraya memberitahu, bahwasanya Museum telah dibuka. Ada beberapa teman yang mengikuti, tetapi banyak yang tidak.

Begitu memasuki Museum, terdengar suara seorang Wanita yang menyapa dan saya membalasnya, sambil mencari-cari suara itu berasal. 

Museum tersebut tidak terlalu terang, alias remang-remang. Dari jarak sekitar 15 meter, tampaklah seorang wanita berusia sekitar 30 tahunan yang tersenyum ramah kepada saya.

Betapa terkejutnya saya, ternyata wanita itu adalah orang Asia. Benak kepala saya berkata, "Waduh jauh-jauh kesini, ketemunya orang Asia lagi. Mana Indian-nya?!". Namun, saya tetaplah membalas senyumannya dengan ramah pula.

Saya membatalkan diri untuk mendekatinya. Dengan berpura-pura melihat koleksi Museum, sembari bertanya-tanya (untuk membuka obrolan) tentang latar-belakang dari benda-benda tersebut.

Dengan semangat wanita itu menceritakan asal-usul dari setiap benda yang saya tanyakan. Lantaran penasaran (banget), di sela-sela pertanyaan (tentang benda koleksi disana) saya sisipkan pertanyaan ihwal dirinya.

Wanita tersebut mengatakan bahwa dirinya berasal dari sana (kota tempat museum itu berada). Saya menduga bahwa ia merupakan seorang karyawan atau menantu dari pemilik Museum tersebut.

Saya terus berpura-pura melihat koleksi-koleksinya, agar bisa tetap bertanya-tanya. Dan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya tentang siapa dirinya (sudah tidak kuat menahan) yang sebenarnya.

Ia mengatakan bahwasanya dirinya ialah cucu dari pria yang ada di foto itu (seraya menunjuk sebuah foto besar di dinding). Saya bertanya kembali, apakah ia cucu asli ataukah cucu menantu.

Si wanita tertawa dan berkata bahwa ia adalah cucu asli. Saya merasa bersalah sekaligus malu dan seketika meminta maaf, karena telah salah menduga plus bertanya-tanya melulu.

Wanita tersebut (Mawar, bukan nama sebenarnya. Bercanda! Soalnya lupa namanya) menyampaikan, bahwasanya tamu-tamu yang datang kesana, memang seringkali salah menduga dirinya.

Bahkan ia mengatakan, malahan dirinya menyangka saya juga orang Indian (janganlah dilihat dari penampilan saya sekarang, ini ceritanya jaman dulu kok). Saya menjadi salah tingkah dan tersipu-sipu (ge-er).

Lalu wanita itu mengambil sebuah Album Foto dan menceritakan silsilah keluarganya kepada saya. Kami-pun mengobrol "Ngalor-ngidul" dan saya menunjukkan KTP untuk membuktikan bahwa bukan orang Indian (mohon maaf, ini bohong supaya kelihatan seru doang).

Saya mendapatkan bermacam-macam kisah sejarah, plus suguhan berupa makanan dan minuman. Hingga teman-teman meninggalkan kami berdua dan saya sama sekali tidak mengikuti kegiatan.

Saking asyiknya, sampai-sampai teman-teman datang untuk memberitahu waktunya pulang (seandainya tidak diberitahu, bisa jadi saya menginap disana). Tidak terasa, beberapa jam telah berlalu.

Saya pamit kepada wanita tersebut dan ia mengantarkan hingga ke Bus, serta memberikan cenderamata (gantungan kunci). 

Di dalam Bus, teman-teman pada "Ngambek" dan berkata bahwasanya wisata kali ini seperti mengantarkan saya ke "Reuni Keluarga".

Semenjak itu, pendapat saya terhadap orang Indian berbeda (termasuk warna kulit dan hidungnya). Mereka bukanlah orang jahat, melainkan orang-orang yang berjuang untuk mempertahankan Tanah Air-nya.

Mereka terlihat jahat di dalam film, lantaran film tersebut tidak menceritakan duduk-perkara yang sesungguhnya. Dengan kata lain, film-film itu menceritakan dari 1 sisi, yakni cuma dari sisi pendatang belaka.

Mungkin film-film tersebut sengaja dibuat untuk menjatuhkan "Nama Baik" milik orang Indian, sekaligus membangun citra (pembenaran) tertentu bagi para pendatang. Entahlah, saya tidak tertarik untuk membahasnya.

Tetapi yang jelas, sepulang dari tempat itu, saya merasa sudah dibohongi oleh dongeng dari film-film. Dan bisa jadi tidak hanya di dalam film-film semata, namun buku-buku serta media lainnya. 

Bayangkan dan renungkan, jikalau puluhan tahun yang lampau cerita bohong bisa dibikin serta disebarkan untuk mem-"Framing" sesuatu, apalagi saat ini yang teknologinya amat sangat canggih.

Makanya, pergunakanlah senantiasa nalar dan logika (akal budi) yang sehat untuk menyaring segala sesuatu yang kita lihat, sekaligus dengar.

Serta janganlah mudah dipengaruhi, lebih-lebih dihasut untuk membenci. Padahal sama sekali belum pernah tahu, lebih lagi bertemu.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan membuat siapapun yang membacanya semakin cerdas, Aamiin. Terima kasih.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---