Senin, 28 Juni 2021

Almarhum Ayah Saya Yang Tercinta, Benny Tumbel.

Dulu saya adalah anak yang amat sangat luar biasa nakal. Meskipun hati kecil yang terdalam sebetulnya baik, peka, tidak tegaan, halus dan minderan. Serta suka menolong teman, terutama yang sedang tertindas ataupun diperlakukan tidak adil.

Saya amat sangat beruntung karena memiliki orang tua yang ekstra sabar, pengertian dan bijaksana. 

Walaupun hampir setiap saat membuat ulah dan bermasalah, namun kedua orang tua saya selalu berkenan untuk membimbing, mengarahkan dan mengajarkan kebaikan. 

Mereka berdua hampir tidak pernah memarahi, menyalahkan apalagi memojokkan saya.

Ternyata hal tersebut amat sangat berguna bagi diri saya di kemudian hari. Terutama saat ini setelah sudah dewasa dan berumah tangga serta memiliki dua orang buah hati yang amat sangat saya cintai.

Saya tumbuh dari keluarga olahragawan, khususnya yang berhubungan dengan Ilmu Beladiri.

Alm. Ayah saya menguasai beberapa Ilmu Beladiri terutama Menembak, Gulat, Tinju, Silat dan Anggar.

Kami anak-anaknya yang laki-laki diharuskan untuk menguasai beberapa Ilmu Beladiri, seperti yang beliau miliki tersebut.

Alm. Ayah saya adalah seorang petualang sejati dan pribadi yang amat sangat menyukai tantangan, termasuk ditantang. 

Beliau telah dilatih militer sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, pada jaman Penjajahan Jepang. 

Setelah Revolusi Fisik (1945 - 1949), beliau masih berpetualang kembali di dalam beberapa peperangan sampai masuknya Irian Jaya ke dalam wilayah Tanah Air kita yang tercinta.

Selain itu beliau mempunyai hobby yang amat sangat unik, langka dan aneh yaitu "Bertapa".

Bertapanya itu bisa dilakukan dimana-mana. Di Gunung, di Laut, di Pantai, di Sungai, di Hutan, di Rumah sampai di dalam Kamar Tidur beliau sendiri. Saat saya masih kecil, di rumah kami dulu ada sebuah ruangan yang khusus untuk bertapa.

Setelah puas berpetualang di dalam peperangan, beliau memutuskan untuk menikah di usianya yang sudah lebih dari 32 tahun. Kami 4 bersaudara dan saya adalah anak bungsu yang pada waktu dilahirkan, Alm. Ayah telah berusia lebih dari 42 tahun, tidak lagi muda.

Kami berempat dibesarkan dengan penuh cinta, kasih dan sayang oleh kedua orang tua tanpa pernah dibedakan. 

Bisa jadi cinta, kasih dan sayang itu sedikit berlebihan. Sebab sedari kecil kami berempat tidak pernah dimarahi, lebih lagi dihukum apabila melakukan kesalahan. 

Tetapi hanya ditegur saja dan diberikan nasehat yang amat sangat panjang lebar sampai bosan mendengarnya. Dengan kata lain, kami semuanya dulu amat sangat dimanjakan oleh kedua orang tua.

Waktu berjalan tanpa terasa, Alm. Ayah saya menjadi bertambah tua dan penyakit-penyakit tua-pun mulai bermunculan, padahal beliau amat sangat rajin berolahraga. 

Beliau joging dua kali sehari dan masih giat melatih olahraga, terutama Anggar. Karena memang itulah kebiasaan turun-menurun beliau dan kesenangannya semenjak kecil.

Suatu ketika gara-gara malamnya memakan banyak Kare Kepiting yang Kepiting-kepitingnya besarnya seperti bola Basket, Alm. Ayah saya terkena Serangan Jantung yang hebat. Usia beliau pada saat itu sudah lebih dari 75 tahun.

Setelah terkena Serangan Jantung yang hebat yang diakibatkan oleh karena Kolestrol, Asam Urat, Trigliserida, Gula dan Tekanan Darah yang tinggi itu, beliau tampak lebih kurus dari sebelumnya. Serta semangatnya yang biasanya selalu menggebu-gebu mulai terlihat turun.

Setiap hari saya menyemangatinya dengan cerita-cerita yang menarik dan menantang supaya beliau terpancing, sehingga semangatnya kembali bangkit. Tetapi ternyata jawaban-jawaban beliau selalu datar.

Mungkin sebab masih trauma dengan Serangan Jantung yang hebat yang baru beliau alami maupun karena setiap harinya harus meminum obat yang jumlahnya sampai belasan kapsul dan menimbulkan rasa bosan ataupun jenuh. 

Saya sendiri tidak bisa memastikannya, sebab beliau termasuk tipikal orang yang tidak suka mengeluh.

Sebelum terkena Serangan Jantung yang hebat itu, beliau sudah didiagnosa memiliki Batu di Kandung Kemih dan Pembengkakan di Prostatnya.

Sebetulnya ini adalah penyakit umum pada sebagian besar pria lanjut usia dan bisa setiap saat dioperasi. Tetapi menjadi tidak umum, karena beliau baru terkena Serangan Jantung yang hebat.

8 bulan setelah Serangan Jantung yang hebat itu, Alm. Ayah saya merasa sudah tidak kuat untuk menahan penderitaan dari Batu yang ada di Kandung Kemih juga Pembengkakan di Prostatnya pula. Beliau meminta untuk segera dilakukan operasi.

Sebetulnya kami semuanya meminta beliau untuk menunggu beberapa bulan lagi. Sebab 8 bulan sebelumnya beliau baru terkena Serangan Jantung yang hebat. 

Namun mungkin karena sudah tidak kuat untuk menahan rasa sakitnya khususnya pada saat buang air kecil, sehingga beliau yang memang orangnya pemberani dan nekat itu berangkat sendiri ke Rumah Sakit.

Suka ataupun tidak suka, kami semuanya akhirnya menyetujui kemauan beliau untuk melakukan operasi pengambilan Batu di Kandung Kemih, sekaligus menangani Pembengkakan yang ada di Prostatnya tersebut.

Operasi dilakukan pada pagi hari, setelah sore hari sebelumnya beliau berangkat sendiri ke Rumah Sakit. 

Ternyata operasi tersebut tidak berhasil, gagal dan terjadi pendarahan yang amat sangat hebat, sehingga kondisi fisik beliau langsung menurun drastis. 

Kami semuanya sangat terkejut, panik, bingung, menyesal dan tidak tahu harus bertindak ataupun berbuat apa. Sebab terjadi pendarahan yang terus-menerus dan kondisi fisik beliau yang juga terus menurun pula.

Setiap jam kondisi fisik beliau semakin menurun dan kami semuanya lebih bertambah panik serta tidak mampu berpikir, apalagi untuk bertindak ataupun berbuat sesuatu. 

Segala masukan yang kami dapatkan sepertinya membingungkan dan bagaikan sedang memakan Buah Simalakama.

Pandangan mata beliau semakin nanar, bicaranya-pun bertambah pelan dan cadel serta seringkali mengigau seakan-akan sedang berada di dalam peperangan ataupun pertempuran.

Sahabat-sahabat lama beliau yang telah lebih dulu "Berangkat" ke haribaan Ibu Pertiwi disapanya satu-persatu. 

Beliau mengobrol, bercerita, bercanda, tertawa, hormat dan memerintah entah kepada siapa. Karena tidak ada siapa-siapa di ruangan itu, kecuali saya atau Mama atau kakak-kakak kandung.

Hal tersebut terus berlangsung sampai akhirnya beliau tidak bisa membuka mata, alias selalu terpejam. Tetapi masih bisa berbicara dengan amat sangat lirih dan tidak jelas.

Saya amat sangat sedih dan terpukul serta berusaha untuk terus-menerus bisa senantiasa ada di samping beliau. Meskipun pihak Rumah Sakit terkadang tidak memperbolehkan kami untuk masuk ke dalam ruangannya.

Suatu ketika tatkala sedang berada di samping beliau sambil berdoa dan membacakan Ayat-ayat Suci, samar-samar terdengar beliau memanggil nama saya.

Seketika saya langsung menoleh dan menjawab panggilan beliau tersebut. 

Mata beliau sedikit terbuka dan berpesan kepada saya agar menjadi orang baik, serta banyak berdoa kepada Tuhan YME.

Saya segera mengiyakan pesan tersebut sambil memohon maaf dan ampunan dari beliau atas semua kesalahan, kekhilafan, kenakalan, kebandelan, kejahatan serta ketidak-mampuan untuk membahagiakannya ketika dulu masih sehat.

Beliau menjawab (dalam bahasa Suroboyo-an yang saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia),

"Les, anak-anakku semuanya tidak ada yang pernah salah. Seandainya ada yang pernah salah, aku sama sekali tidak mengingatnya. Sebab aku bapaknya, jikalau ada anakku yang salah maka itu berarti aku-lah yang salah, bukannya anak-anakku. Namun demikian, anak-anakku tidak ada yang pernah salah, anak-anakku semuanya baik".

Kemudian beliau mendoakan saya seperti yang biasa dilakukannya setiap saat terhadap kami semua anak-anaknya. Walaupun anak-anak beliau tidak ada yang tinggal berdekatan, malahan ada yang tinggal di luar negeri. 

Sontak saya menangis sejadi-jadinya, air mata jatuh bercucuran tiada terhingga dan hentinya.

Sejak saat itu saya sadar, mengerti sekaligus percaya tentang arti dari kata cinta, kasih dan sayang juga makna dari kata "Keluarga" yang sesungguhnya pula. 

Serta sejak saat itu saya selalu berusaha untuk senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun dan memperbanyak ibadah, terutama doa.

Setelah itu beliau menutup matanya kembali dan tidak pernah membukanya lagi, serta tidak pernah terdengar suaranya sama sekali.

Hanya pada saat kakak laki-laki tertua saya yang tinggal di luar negeri tiba di Indonesia dan langsung datang menemui beliau di Rumah Sakit saja, deraian air mata jatuh menetes tak henti-hentinya dari kedua belah matanya yang telah menutup itu. 

Mereka berdua memang amat sangat dekat, lama tidak bertemu dan memiliki banyak persamaan serta kemiripan.

Pada hari Jum'at Legi, tanggal 04 Mei 2007, pukul 04.30 dalam usianya yang hampir 76 tahun kurang satu bulan dan sehabis saya melakukan Sholat Subuh serta malam sebelumnya kami semuanya berkumpul untuk sungkem, meminta maaf sekaligus ampunan juga berdoa bersama-sama pula, seperti kebiasaan di saat beliau masih sehat dulu. 

Dan sesudah dinyatakan meninggal sebanyak 3 kali oleh pihak Rumah Sakit serta ternyata hidup kembali, akhirnya Alm. Ayah saya tercinta, Benny "Jenggot" Tumbel, Pradjurit I TRIP Jatim, Eks. BKR Pelajar Surabaya, Kangjeng Raden Tumenggung Purno Yudhodipuro menghembuskan napasnya yang terakhir tanpa mau ditunggu oleh siapapun.

Beliau kembali ke haribaan Ibu Pertiwi dan menghadap Sang Chalik Yang Maha Agung untuk selama-lamanya.

Almarhum Ayah saya yang tercinta amat sangat mencintai, mengasihi, menyayangi, memperhatikan, mengerti, memedulikan dan bertanggung-jawab penuh terhadap semua anak-anaknya mulai sejak kami masih berada di dalam perut Ibunda yang tercinta hingga tarikan napasnya yang terakhir.

Selamat ulang tahun Papaku tercinta, Benny Tumbel. 

Doa yang paling terbaik dari kami semuanya senantiasa untukmu. Semoga tempat yang paling terbaik, tertinggi, terindah, teraman, teradem, terayem, terdamai, ternyaman, terbahagia dan tertenteram selalu untukmu disana, dimanapun Papa berada.

Kami semuanya amat sangat mencintai, mengasihi, menyayangi, mengingat dan merindukanmu senantiasa. Engkau selalu ada di hati kami semuanya, sampai kapanpun.

Kelak suatu saat nanti, kita bakal bertemu dan berkumpul lagi seperti dulu.
Aamiin, Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

Dari Kami Semuanya Yang Amat Sangat Mencintai, Mengasihi, Menyayangi, Mengingat dan Merindukanmu :

- Babsye.
- Joan.
- Anton.
- Sisil.
- Charles.
- Akira.
- Bram.
- Nona.
- Angel.
- Hiromi.
- Yuki.
- Marshall.
- Charissa.

Charles E. Tumbel.

In Memoriam :
Pradjurit I TRIP Benny "Jenggot" Tumbel.
(Surabaya, 28 Juni 1931 - Surabaya, 04 Mei 2007).

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---