Selasa, 12 Mei 2020

Mengambil Hal-hal Yang Positif.

Seandainya Pandemik COVID-19 terjadi 21 tahun yang lalu (sebelum tahun 2000), tidak akan berdampak hebat dan semenakutkan seperti saat ini. Mengapa?

Karena 21 tahun yang lalu, kita terbiasa dengan gaya hidup yang sederhana, tidak tergantung Gadget dan informasi / komunikasi belum seluas seperti saat ini.

Seluruh Agama memerintahkan gaya hidup yang sederhana, sebab bisa menjauhkan dari hal yang buruk dan jahat serta tidak membutuhkan biaya yang besar.

Sebelum tahun 2000, kita selalu mendapatkan himbauan dari Televisi dan Radio tentang gaya hidup yang sederhana, tetapi setelah tahun 2000 malah menghilang.

Seiring dengan menghilangnya himbauan tersebut, gaya hidup kita berubah. Gaya hidup yang sederhana, berubah menjadi gaya hidup yang bermewah-mewahan.

Gaya hidup yang bermewah-mewahan membutuhkan biaya yang besar dan biaya yang besar mendekatkan dengan hal yang buruk serta jahat, khususnya Korupsi.

Korupsi (dan prostitusi) adalah kejahatan paling tertua di dunia. Dan dengan gaya hidup yang bermewah-mewahan menjadi kian bertambah subur serta semarak.

Korupsi yang subur dan semarak tentu amat sangat merugikan serta akan menghancurkan Negara, ibarat sebuah Kapal yang dilubangi sendiri oleh ABK-nya.

Pandemik COVID-19 yang terjadi pada saat ini mengingatkan kita untuk kembali ke gaya hidup yang sederhana, karena gaya hidup yang sederhana itu kuat.

Tidak hanya kuat terhadap wabah penyakitnya belaka, namun juga terhadap dampak-dampaknya pula, terutama dampak ekonomi setelah virus ini berlalu.

Gaya hidup yang sederhana bukan berarti kikir. Justru dengan gaya hidup yang sederhana, kita harus membantu sesama agar krisis bisa lekas dientaskan.

Setelah tahun 2000 kecanggihan Gadget sungguh luar biasa. Mobile Phone yang tadinya sebesar Tas Koper, berubah menjadi segenggam Handphone.

Awalnya Handphone cuma digunakan oleh "Orang-orang Penting" saja dan ukurannya sebesar Kotak Pensil, tetapi layarnya (Monitor) mungil serta berwarna hijau tua.

Saat itu harga Handphone masih mahal dan tidak semua orang memerlukannya. Kalau-pun banyak yang memilikinya, lebih untuk sekedar penampilan semata.

Setelah tahun 2000, ukuran Handphone menjadi lebih kecil namun layarnya semakin lebar dan berwarna. Nada deringnya-pun juga ikut bertambah banyak pula.

Dengan semakin lebarnya layar pada Handphone, menuliskan Pesan Singkat atau Short Message Service (SMS) menjadi lebih mudah dan hal yang lazim.

Setelah bermunculan merk-merk baru dan harganya turun, Handphone yang tadinya hanya untuk sekedar penampilan belaka, mulai berubah menjadi Tren.

Kalau dulunya cuma digunakan oleh "Orang-orang Penting" saja, sejak saat itu mulai digunakan oleh semua orang, termasuk anak-anak yang masih usia sekolah.

Handphone tidak lagi untuk berbicara dan SMS tetapi untuk main Game, menyimpan foto / lagu serta menerima Multimedia Messaging Service (MMS).

Perkembangan Handphone sangat mencengangkan dan akhirnya semua orang menggunakannya serta menjadi bagian utama dari gaya hidup di tahun 2000.

Apalagi setelah muncul aplikasi-aplikasi canggih seperti Yahoo, Hotmail, Google, Facebook dll yang membuat orang semakin tidak bisa lepas dari Handphone.

Setelah tahun 2010, layar Handphone berkembang menjadi lebih lebar lagi dan Tombol Tekan (Keypad) mulai berubah menjadi Layar Sentuh (Touchscreen).

Dengan semakin lebarnya layar dan mudahnya Handphone (Smartphone) dioperasikan, membuat orang menjadi "ketagihan" pada Alat Canggih (Gadget) ini.

Puncaknya, Gadget tidak hanya bisa digunakan untuk komunikasi belaka namun juga bisa untuk mencari informasi pula bahkan untuk mata pencaharian.

Dengan menjadi alat komunikasi, mencari informasi dan mata pencaharian maka Gadget bukan lagi sekedar ketagihan, tetapi juga sudah menjadi kebutuhan pula.

Padahal supaya bisa dipergunakan sesuai dengan kebutuhan kita, Gadget yang merupakan perangkat elektronik ini membutuhkan biaya-biaya tertentu.

Ditambah lagi dengan persaingan teknologi yang semakin gencar dan kemajuannya, membuat Gadget terus-menerus diperbaharui serta kita harus selalu mengikuti.

Kalau dulu sebelum tahun 2000 kita cuma memikirkan Sembako, Listrik, Air dan BBM saja, sekarang setelah tahun 2000 kita memikirkan pulsa untuk Gadget yang dimiliki.

Jelas hal itu menjadi tambahan pengeluaran rutin harian dan beban yang harus ditanggung oleh semua orang yang hidup di Jaman Milenium kedua ini.

Lebih lagi Pandemik COVID-19 yang sedang melanda saat ini telah membuat penghasilan menurun, sehingga pengeluaran sekecil apapun menjadi terasa besar.

Gadget-gadget yang kita miliki, "jikalau tidak dipergunakan sebagai mata pencaharian", maka akan menjadi tambahan beban yang harus ditanggung setiap hari.

Pastinya hal tersebut akan memperberat hidup dan menjadikan kita diperbudak oleh alat-alat canggih yang seharusnya bisa memudahkan kehidupan di Era ini.

Dulu sebelum tahun 2000, komunikasi / informasi amat sangat dibatasi dan diawasi. Tidak mudah untuk melakukan komunikasi dan mendapatkan informasi.

Perangkat komunikasi / informasi harus terdaftar dan sungguh-sungguh diawasi. Tidak ada yang bisa benar-benar berkata bebas dan tahu apa yang sedang terjadi.

Sehingga semua orang hanya tahu dari berita-berita yang telah "lulus atau lolos" dari pengawasan belaka, terlepas dari benar atau tidaknya berita-berita tersebut.

Hal ini amat sangat berbeda dengan keadaan yang ada pada saat ini. Komunikasi / informasi bisa didapatkan secara luas sekali, baik dari dalam maupun luar negeri.

Dunia serasa kecil dan penduduknya terkesan dekat, saling berhubungan serta berbagi apapun. Entah yang baik ataupun yang buruk, entah yang jujur ataupun yang bohong.

Tidak ada lagi batasan dan pengawasan. Sehingga komunikasi / informasi lintas negara menjadi hal yang tidak bisa dicegah, dibendung dan disaring terlebih dahulu.

Kalau dulu sebelum tahun 2000 segala berita yang beredar pasti sudah dibendung dan disaring, setelah tahun 2000 yang terjadi malah kebalikannya.

Berita-berita bohong ataupun berita yang semestinya bukan untuk orang awam, beredar luas dan membuat bingung bahkan meresahkan yang membacanya.

Berhubung cara dan kemampuan berpikir dari setiap orang tidak ada yang sama, maka berita-berita tersebut semakin berkembang serta menjadi simpang-siur.

Hal seperti ini tidak mungkin terjadi pada jaman sebelum tahun 2000. Lalu, jaman manakah yang lebih baik? Nah, itu kembali kepada perkembangan dari jaman itu sendiri.

Yang pasti, seluruh jaman ada kekurangan ataupun kelebihannya dan tidak mungkin bisa diulang kembali serta bukan tolok ukur atas jaman-jaman yang lainnya.

Oleh sebab itu, apabila Pandemik COVID-19 terjadi 21 tahun yang lalu (sebelum tahun 2000), maka tidak akan berdampak hebat dan semenakutkan seperti saat ini.

Marilah kita semuanya mengambil hal-hal yang positif dari masa lalu dan menjadikannya sebagai modal terbaik untuk masa sekarang serta masa yang akan datang!

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---