Minggu, 17 Mei 2020

"Ayam Dengan Telur".

Pada suatu malam sekitar tahun 1987, ketika saya sedang asyik duduk sambil merokok di teras depan rumah, tiba-tiba Ayah bertanya : 

"Les, Pethek karo Endog iku sing ono disikan sing endi?" (Les, Ayam dengan Telur itu yang ada terlebih dahulu yang mana?).

Saya kaget dan hanya menjawab singkat saja, tanpa berpikir panjang : 

"Endog, Pa!" (Telur, Pa!).

"Kok iso?" (Kok bisa?), lanjutnya bertanya.

"Endog netes dadi Pethek, Pa!" (Telur menetas menjadi Ayam, Pa!), timpal saya.

"Lah, Endog e teko endi?" (Lah, Telurnya dari mana?), lanjutnya bertanya lagi.

"Embuh Pa, teko Pasar palingo!" (Tidak tahu Pa, dari Pasar kemungkinannya!), jawab saya yang sedang berusaha untuk mengakhiri pertanyaan.

"Bodoh, gak gelem mikir!" (Bodoh, tidak mau berpikir!), bentaknya kepada saya.

"Lah, teko endi maneh loh, Pa?" (Lah, dari mana lagi loh, Pa?), ganti saya yang bertanya.

"Les, ilingono sampe mbesuk koen wis tuwek. Badek-badekan iki mawu mek gambaran tentang masalah sing bakal koen temoni sakumur urip. Kabeh masalah iku penyelesaianne koyok "Pethek karo Endog" mawu. Koen kudu eruh sing endi sing disikan ono, supoyo iso nyelesaino teko sumber masalahne!" (Les, ingatlah sampai kelak kamu sudah tua. Tebak-tebakan ini tadi cuma gambaran tentang masalah yang akan kamu temui sepanjang hidup. Semua masalah itu penyelesaiannya seperti "Ayam dengan Telur" tadi. Kamu harus tahu yang mana yang terlebih dahulu ada, supaya bisa menyelesaikan dari sumber masalahnya!), jawabnya.

"Lah, lek ngono artine disikan endi sing ono loh, Pa?" (Lah, kalau begitu artinya terlebih dahulu mana yang ada loh, Pa?), tanya saya lagi karena penasaran.

"Yo, Pethek! Lek gak ono Pethek sing kawen lan ngangkremi, Endog e yo gak iso netes!" (Ya, Ayam! Kalau tidak ada Ayam yang membuahi dan mengerami, Telurnya ya tidak bisa menetas!), jawabnya.

"Iyo Pa, masuk akal! Lah, Pethek sing pertama ono iku teko endi loh, Pa?" (Iya Pa, masuk akal! Lah, Ayam yang pertama ada itu dari mana loh, Pa?), lanjut saya bertanya.

"Pethek sing digowo karo Adam dan Hawa!" (Ayam yang dibawa oleh Adam dan Hawa), jawabnya.

"Lah, iyo lek sing digowo iku Pethek, lah lek Endog, yok opo, Pa?!" (Lah, iya kalau yang dibawa itu Ayam, lah kalau Telur, bagaimana, Pa?!), goda saya kepada Ayah.

"Oo, ancen bodoh arek sitok iki. Lah, lek Endog sing digowo yo angkremono ae, bodoh!" (Oo, memang bodoh anak satu ini. Lah, kalau Telur yang dibawa ya kamu yang mengerami saja, bodoh!), pungkasnya.

"Huahaha", saya tertawa terbahak-bahak sambil kami berdua bersama-sama masuk ke dalam rumah.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---