Senin, 18 Maret 2019

Benda Sejarah.

Bagaimana mungkin bisa ada US M3 Binocular di Tanah Air yang tercinta ini, padahal kita tidak pernah dijajah ataupun perang melawan AS?

Amat sangat mungkin!

Karena sejak Pearl Harbor dibombardir, 07 Desember 1941, oleh Bala Tentara Jepang dan perlahan tetapi pasti satu-persatu daerah di Filipina ditaklukkan oleh mereka, Jenderal AD (pada saat itu, terakhir Jenderal Besar) Douglas MacArthur yang menjadi Komandan dari United States Army Forces in the Far East (USAFFE) berkedudukan di Manila kemudian mundur ke Semenanjung Bataan dan Pulau Corregidor diperintahkan untuk segera pindah ke Australia, 11 Maret 1942.

21 Maret 1942, Jenderal AD Douglas MacArthur tiba di Melbourne, Australia. Sebelumnya pada tanggal 01 Januari 1942, telah diberdirikan bersama sebuah Komando Pasukan Gabungan (AS, Inggris, Belanda dan Australia) atau American-British-Dutch-Australian Command (ABDACOM) yang bermarkas di Singapura (kemudian pindah ke Lembang) dengan Komandan, Jenderal AD Sir Archibald Percival Wavell (Inggris), untuk menghadapi Bala Tentara Jepang di Asia Tenggara.

Pada tanggal 25 Februari 1942, Jenderal AD Sir Archibald Percival Wavell, mengundurkan diri dari jabatannya. Dan oleh karena adanya kepentingan yang berbeda-beda serta tidak adanya kesatuan aksi dari Negara-negara yang menjadi anggotanya di dalam menghadapi Bala Tentara Jepang yang malah terus-menerus berhasil menaklukkan satu-persatu wilayah jajahan (AS, Inggris dan Belanda) maka pada tanggal 01 Maret 1942 akhirnya ABDACOM secara resmi dibubarkan.

Setelah kedatangannya di Australia, pada tanggal 18 April 1942, Jenderal AD Douglas MacArthur diangkat sebagai Komandan dari Komando Tertinggi atas seluruh Pasukan Sekutu di Wilayah Pasifik bagian Barat Daya atau Supreme Commander of all Allied Forces in the South West Pacific Area (SWPA). Dengan diangkatnya Jenderal AD Douglas MacArthur tersebut maka kewenangan atas perang melawan Bala Tentara Jepang di Pasifik bagian Barat Daya sepenuhnya berada di tangannya (AS).

Setelah Jenderal AD Douglas MacArthur menjadi Komandan dari Komando Tertinggi atas seluruh Pasukan Sekutu di Wilayah Pasifik bagian Barat Daya, Tentara AS mulai didatangkan ke Australia. Sebanyak 38.000 Tentara AS dari berbagai Kesatuan didatangkan kesana. Jenderal AD Douglas MacArthur ingin segera kembali ke Filipina untuk membalas dendam kepada Bala Tentara Jepang yang telah mengalahkannya. Dia memulai perangnya dengan menaklukkan Papua terlebih dahulu.

Pada saat Negara Belanda sudah ditaklukkan oleh Jerman, 10 Mei 1940, Tentara Belanda banyak yang melarikan diri ke Inggris dan Amerika serta ikut aktif di dalam Perang Dunia II. Dan pada saat Hindia Belanda sudah  ditaklukkan oleh Jepang, 9 Maret 1942, (Belanda mempertahankannya dengan dibantu oleh Tentara AS, Inggris, Australia dan New Zealand) Pemerintah Belanda (dipimpin oleh Hubertus van Mook) beserta Bala Tentaranya banyak yang melarikan diri ke Australia.

Dengan adanya Supreme Commander of all Allied Forces in the South West Pacific Area (SWPA) di Australia dan dendam dari Jenderal AD Douglas MacArthur kepada Bala Tentara Jepang yang telah mengalahkannya di Filipina, maka dibuatlah Strategi Besar untuk menguasai kembali daerah-daerah yang telah ditaklukkan oleh Jepang. Bagian dari Strategi Besar ini adalah Belanda mendirikan Netherlands Indies Government Information Service (NIGIS) dan Netherlands East Indies Forces Intelligence Service (NEFIS).

NIGIS dan NEFIS segera membangun jaringan (mantan Pejabat atau Tentara) di Hindia Belanda yang sedang dikuasai oleh Jepang. Mereka mencari dan mengumpulkan data serta informasi sebanyak-banyaknya tentang apapun sekaligus melakukan propaganda untuk membangun perlawanan terhadap Jepang. Mereka memiliki jaringan di seluruh Kota bekas Hindia Belanda yang telah dikuasai oleh Jepang. Mereka juga memberikan data dan informasi tentang kekuatan Jepang, termasuk kekalahannya.

Pada saat Jenderal AD Douglas MacArthur mulai melakukan perang terhadap Bala Tentara Jepang agar bisa kembali ke Filipina untuk membalas dendam yang diawali dengan menaklukkan Papua terlebih dahulu inilah NIGIS dan NEFIS bekerja secara nyata. Jaringan-jaringan yang sudah dibangun sebelumnya, terutama di daerah yang sudah ditaklukkan oleh Jenderal AD Douglas MacArthur mulai dipersenjatai. Tentunya senjata yang diberikan bukan lagi yang milik Belanda, tetapi Sekutu.

Untuk bisa kembali ke Filipina yang kebetulan letak geografisnya berada di atas Sulawesi Utara dan Maluku Utara, tepatnya di atas Sangihe Talaud maka Jenderal AD Douglas MacArthur harus menaklukkan kembali daerah-daerah bekas Hindia Belanda bagian Timur (sekarang Indonesia bagian Timur) yang telah dikuasai oleh Jepang. Hal ini dilakukan, disamping untuk mempermudah sekaligus menguatkan posisi Tentara AS sebelum menyerang ke Filipina juga membantu Belanda di dalam menguasai Hindia Belanda kembali.

Jenderal AD Douglas MacArthur yang sudah bertekad bulat untuk kembali ke Filipina dan menghajar-balik Bala Tentara Jepang disana (kalimatnya yang terkenal pada saat meninggalkan Filipina, "I came through and I shall return") terus mendapatkan kemenangan dan satu-persatu daerah yang sebelumnya telah ditaklukkan oleh Jepang bisa ditaklukkannya kembali. Hal ini sangat menguntungkan Belanda dan mereka terus membangun kekuatan di Hindia Belanda bagian Timur.

Akhirnya pada tanggal 20 Oktober 1944, Jenderal AD Douglas MacArthur berhasil menginjakkan kakinya kembali ke Filipina tepatnya di Pulau Leyte (kalimatnya yang terkenal pada saat kembali ke Filipina, “People of the Philippines, I have returned!”). Dari Pulau Leyte ini Tentara AS terus melakukan peperangan sampai akhirnya bisa mendarat di Pulau Luzon, 09 Januari 1945. Pada tanggal 03 Maret 1945, Jenderal AD Douglas MacArthur berhasil memenangkan peperangan melawan Bala Tentara Jepang dan mendapatkan Manila, Ibukota Filipina.

Kemenangan yang diraih oleh Jenderal AD Douglas MacArthur ini sangat menguntungkan Belanda. Baik NIGIS, NEFIS, NICA, KL maupun KNIL bisa bergerak di Hindia Belanda bagian Timur dengan leluasa. Persenjataan yang dibawa oleh Belanda ataupun yang ditinggalkan oleh Tentara AS memenuhi Hindia Belanda bagian Timur. Tidak semua penduduk Hindia Belanda bagian Timur senang dengan kehadiran (kembali) Belanda disana. Sebagian malah anti dan melawannya (cerita lain).

Dengan banyaknya persenjataan yang dibawa oleh Belanda ataupun yang ditinggalkan oleh Tentara AS di Hindia Belanda bagian Timur membuat penduduk yang pada saat Jaman Jepang sama sekali tidak boleh memiliki "benda tertentu" apalagi senjata, menjadi memiliki senjata. Kelak di kemudian hari, terutama setelah Proklamasi Kemerdekaan R. I. di Jakarta dan mendaratnya Pasukan Sekutu (Inggris) yang dibonceng oleh NICA di Surabaya, senjata-senjata ini ikut pindah ke Pulau Jawa serta menjadi modal untuk melawan mereka.

Demikianlah sekelumit cerita sejarah tentang keberadaan perlengkapan dan persenjataan Tentara AS yang bisa ada di Tanah Air yang tercinta ini, meskipun kita tidak pernah dijajah ataupun perang melawan AS. Mohon maaf apabila banyak kekurangan dan silahkan menambahkan ataupun mengoreksi hal-hal yang memang dirasa perlu untuk ditambahkan serta dikoreksi demi memperkaya sejarah perjuangan Bangsa dan Negara kita yang tercinta ini. Semoga berkenan dan marilah kita giatkan membaca cerita sejarah. Terima kasih.

Charles E. Tumbel.

Nash-Kelvinator Corp, Binocular M3, 6X30 dated 1943 H.M.R.
(NFS)

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---