Selasa, 31 Januari 2012

Busana Bangsa, Cerminan Jiwa.

Pernahkah suatu ketika disaat sedang asyik melewati hiruk-pikuknya jalan raya tiba-tiba kita melihat seseorang yang bertelanjang bulat sedang berjalan kaki di tengah jalan?
Apakah hal yang pertama kali terbesit di dalam pikiran kita saat melihatnya?
Pasti yang terbesit pertama kali di dalam pikiran kita ialah adanya orang gila atau orang yang tidak waras pikirannya sedang berlalu-lalang ditengah jalan.
Lalu, apakah hal yang pertama kali akan kita perhatikan disaat berjumpa dengan seseorang, selain memperhatikan wajahnya?
Pasti penampilan dari orang tersebut, terutama busana yang sedang dipakainya.
Bagaimanakah kesan pertama kita disaat berjumpa dengan seseorang yang berpakaian compang-camping?
Pasti kita akan berpikir bahwa orang tersebut adalah seorang yang tidak mampu, gelandangan atau orang yang kurang peduli ataupun tidak terurus kehidupannya.
Bagaimanakah pula kesan pertama kita disaat berjumpa dengan seseorang yang berpakaian rapi?
Pasti kita akan berpikir bahwa orang tersebut adalah seorang yang intelek.
Namun tatkala kita sudah berkenalan dan berbicara dengan orang yang berpakaian rapi tadi, ternyata orang tersebut mempunyai kebiasaan berbicara yang tidak baik.
Apakah kita masih akan tetap berpikiran dan menganggap bahwa orang tersebut adalah seseorang yang intelek? Tentu saja tidak. 
Busana adalah hal yang sangat penting bagi diri kita juga bagi orang lain, terutama untuk menimbulkan kesan pada saat pertama kali bertemu. 
Demikian pula adanya dengan sebuah Negara yang memiliki Bangsa.
Sebuah Negara yang memiliki Bangsa harus juga memiliki “Busana” sebagai Jati Diri dari Budayanya.
Yang mana hal tersebut akan menjadi pegangan, landasan berpikir, ciri khas, cara hidup dan cerminan jiwa dari masyarakatnya pula.

Tidak Semua Bangsa Memiliki Budaya.
Jika kita mendapatkan kesempatan untuk berjalan-jalan atau mungkin hidup di Negara orang lain, maka kita akan bisa melihat dan memperhatikan bahwa pada dasarnya tidak semua Negara memiliki Bangsa apalagi Budaya Asli miliknya sendiri. 
Mungkin hanya ada beberapa Negara saja yang memiliki Bangsa dan Budaya yang tinggi, meskipun tidak setinggi yang seperti kita miliki disini. 
Kebanyakan Negara-negara lain hanya memiliki kesadaran yang tinggi atau mungkin hanya sekedar takut kepada hukum yang berlaku di Negaranya saja.
Atau juga karena pemahaman masyarakatnya di dalam urusan politik, hukum dan kemanusiaannya yang sudah tinggi jadi akhirnya seperti kelihatan sudah “Berbudaya”, padahal sebenarnya tidak. 
Kita sebagai Bangsa Indonesia seharusnya sangat bangga dan tetap  senantiasa melestarikan, menjaga, mempertahankan, melindungi serta mengamalkan Budaya milik Bangsa kita sendiri sampai akhir jaman nanti. 
Karena Bangsa-bangsa lain yang tahu tentang Budaya Bangsa kita yang tinggi ini saja, sangat ingin mempelajari dan meniru Budaya milik Bangsa kita.
Namun sayangnya Bangsa kita sendiri yang telah diwarisi secara turun-menurun oleh nenek-moyang, malah kurang menghargai dan tertarik dengan Budaya milik Bangsa kita sendiri.
Ini adalah hal yang amat sangat memprihatinkan dan mengenaskan bagi kita semuanya.
Terutama apabila suatu saat nanti, ternyata malah ada Negara lain yang menggunakan Budaya Asli milik Bangsa kita di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegaranya. 
Tentu saja kita semuanya pasti akan sedih dan tidak rela serta hanya akan membiarkan saja hal seperti ini terjadi.
Karena hal tersebut akan sangat menyakitkan dan melukai harga diri dari Bangsa kita sendiri.

Sejak Jaman Dahulu, Bangsa Kita Sudah Terkenal Sebagai Bangsa Yang Berbudaya Tinggi.
Sejak jaman dahulu kala, Bangsa kita sudah terkenal sebagai Bangsa yang memiliki Budaya yang tinggi. 
Kita memiliki kekayaan Bahasa dan tingkatannya yang dipergunakan secara berbeda-beda.
Kita memiliki cara berbahasa, baik secara kata maupun secara gerakan yang berbeda pada setiap situasi dan keadaan dimana tidak semua Bangsa lain memilikinya. 
Kita memiliki ajaran di dalam kehalusan Budi Pekerti dan Tata Krama, baik untuk menghormati diri kita sendiri maupun orang lain, yang Bangsa lain juga tidak memilikinya. 
Termasuk kita juga memiliki julukan atau panggilan untuk orang lain yanh sesuai dengan tingkatannya.
Belum lagi di dalam kearifan pemikiran, kebijaksanaan tindakan dan lain sebagainya.
Sungguh sangat kaya dan benar-benar luar biasa sesungguhnya khasanah Budaya yang asli milik kita Bangsa kita sendiri.
Namun mengapa saat ini seolah-olah kita lupa, malu dan gengsi untuk menggunakannya?
Tidakkah seharusnya kita lebih malu lagi karena menggunakan Budaya milik Bangsa lain yang notabene hanya kita jiplak seperti copy paste dan sama sekali bukan buatan kita sendiri?
Apalagi jikalau Budaya tersebut ternyata kasar, tidak sopan dan dapat melecehkan martabat Bangsa kita sendiri?
Bukankah menjadi hal yang sangat aneh apabila kita yang memiliki batu Berlian besar dari Martapura tetapi malah bangga dan lebih memilih batu Akik dari Negara lain yang tidak berharga? 
Jikalau memang benar hal ini terjadi maka berarti pola pikir, cara berpikir dan sudut pandang kita semuanya harus dirubah serta diperbaiki agar menjadi sadar juga tahu hal mana yang sebenarnya terbaik untuk Bangsa kita sendiri, Bangsa Indonesia.

Dampak Positif Juga Negatif Kemajuan Tehnologi.
Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa dengan bertambah majunya suatu daerah maka akan bertambah maju pula kehidupan masyarakat di daerah tersebut, terutama di dalam bidang teknologi.
Teknologi sebagai salah satu sarana terpenting di dalam kehidupan masyarakat yang modern ini memiliki dampak positif juga negatif.
Dampak positifnya dapat dilihat secara nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama dalam hal kemudahan komunikasi dan mencari informasi.
Tetapi dampak negatifnya hanya bisa kita rasakan apabila kita mau mencermatinya dengan teliti dan sungguh-sungguh saja.
Dampak negatif yang paling menonjol sebenarnya adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat kita saat ini. 
Gaya hidup masyarakat kita saat ini kian hari kian menjadi konsumtif, hedois, borjuis, individualis dan opportunis. 
Gaya hidup yang seperti ini akan sangat merugikan dan menghilangkan Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang mengajarkan gaya hidup yang kebalikannya.
Jikalau hal yang semacam ini  masih akan terus berkelanjutan maka akan rusak moral generasi penerus kita dan membawa keretakan pada tubuh Republik Indonesia yang tercinta ini pada akhirnya.
Serta akan punahnya Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang sesungguhnya amat sangat tinggi dan yang paling terbaik.
Oleh karena itu, kita sebagai Bangsa Indonesia harus segera menyadari apa yang sedang terjadi dan berani mengambil langkah antisipasi agar hal yang tidak diinginkan tidak sampai terjadi.
Tentunya hal ini tidak dapat dilakukan hanya oleh masyarakat saja ataupun hanya oleh Pemerintah saja. 
Akan tetapi Pemerintah sebagai fasilitator, regulator maupun eksekutor bersama-sama dengan masyarakat bersatu-padu untuk mengembalikan jiwa dan jati diri yang asli milik Bangsa Indonesia sendiri ini.

Untuk Apa Meniru Budaya Asing, Budaya Kita Saja Yang Diajarkan Ke Mereka.
Dengan kemajuan teknologi yang terjadi di seluruh dunia pada saat ini, khususnya yang terjadi di Negara kita yang tercinta ini, otomatis memudahkan masuknya Budaya Asing ke dalam kehidupan kita sehari-hari tanpa disadari.
Sesuatu hal yang buruk dan negatif itu akan lebih menarik serta mudah dicontoh daripada sesuatu hal yang baik dan positif.
Karena sebenarnya sesuatu hal yang baik dan positif itu sudah menjadi kebiasaan serta bagian dari Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang pada akhirnya menjadi tidak disadari.
Sedangkan hal-hal yang buruk dan negatif dari Budaya milik Bangsa Asing adalah sesuatu yang baru serta lebih menarik untuk dicoba karena tidak ada di dalam kebiasaan hidup kita sehari-hari.
Hal inilah yang membuat masuknya Budaya milik Bangsa Asing ke dalam kebiasaan hidup Bangsa kita menjadi lebih mudah. 
Yang lebih lucu lagi, Budaya milik Bangsa Asing yang buruk dan negatif kita serap tetapi Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang baik dan positif malah diserap oleh Bangsa Asing. Mestinya terbalik!
Meskipun tidak semua Budaya milik Bangsa Asing itu pastilah buruk dan negatif, tetapi juga ada yang baik dan positif namun alangkah lebih cerdasnya kita apabila disamping dapat melestarikan Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri sekaligus mengambil Budaya milik Bangsa Asing yang baik dan positif saja untuk memperkaya khasanah Budaya milik Bangsa kita sendiri.
Kesatuan dari Budaya-budaya itu tadi, dikemas menjadi Budaya yang lebih Universal dan kita sebar-luaskan serta tularkan kepada Bangsa-bangsa lain yang ada di dunia ini. 
Jadi akhirnya hanya Budaya milik Bangsa kita sendiri sajalah yang menjadi Soko Guru dari seluruh Budaya-budaya yang ada di seluruh penjuru dunia.
Mampukah kita melaksanakannya? 
Pasti mampu, asalkan Pemerintah sungguh-sungguh memperhatikan dan mengembangkan Budaya Asli milik Bangsa kita sendiri serta bersatu-padu bersama seluruh lapisan masyarakat untuk menjalankan kehidupan yang Berbudaya. 
Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi dan membangkitkan diri kita semuanya di dalam membangun kembali jiwa-jiwa yang Berbudaya Asli milik Bangsa kita sendiri yang sudah terkenal di seluruh penjuru dunia sejak jaman dahulu kala.
Charles E. Tumbel.
--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---