Jumat, 12 Juni 2020

"Di Rumah Saja".

Barusan saya ditelpon oleh salah seorang sahabat lama yang sudah satu dekade tidak berjumpa, sebab dia pindah ke Kota lain.

Kami saling menanyakan kabar dan menceritakan perjalanan hidup masing-masing serta bercanda persis seperti jaman dulu.

Setelah lebih dari satu jam mengobrol, akhirnya kami membahas tentang wabah penyakit yang sedang terjadi pada saat ini.

Dengan bangga dia mengatakan bahwa di kotanya tidak banyak yang terjangkit wabah penyakit ini dan aktivitas seperti biasa.

Saya sampaikan bahwa dia beruntung dan sebaiknya tetap waspada, karena sudah ada yang terjangkit meskipun tidak banyak.

Kemudian saya bertanya tentang bagaimana caranya dia bisa tahu dan yakin bahwa yang terjangkit disana pasti tidak banyak.

Dia mengatakan bahwa tahunya dari kabar yang beredar dan belum pernah melihat sendiri orang yang terjangkit di daerahnya.

Saya kembali bertanya kepadanya tentang seberapa seringnya "cek kesehatan", baik rapid test maupun swab, dilakukan disana.

Dia menyampaikan bahwa "mungkin" oleh sebab tidak banyak yang terjangkit itu, maka cek kesehatan jarang dilakukan disana.

Saya menjadi paham dan menjelaskan kepadanya bahwa tanpa dilakukan cek kesehatan yang luas, maka tidak akan bisa diketahui jumlah yang pasti dari yang sudah terjangkit. 

Karena untuk mengetahui sudah terjangkit atau belum itu hanya dari cek kesehatan semata, bukan cuma dari yang merasa dan mengeluhkan penyakit serta datang ke RS belaka.

Serta tanpa mengetahui jumlah yang pasti dari yang sudah terjangkit maka seperti menyimpan "bom waktu", sebab penularan terus terjadi dan malah tidak bisa dibendung lagi.

Apalagi kalau Kepala Daerah-nya pelit dan selalu melimpahkan kesalahan kepada Pemerintah Pusat demi mengalihkan perhatian atas kelemahan dan kekurangan dirinya sendiri.

Dia terdiam dan sepertinya sedang berpikir. Tak lama kemudian dia mengatakan bahwa apa yang saya sampaikan masuk akal.

Setelah itu kami saling menasehati dan memberitahukan "kiat khusus" untuk menjaga imun, agar terhindar dari wabah penyakit.

Terakhir kami berdua menyampaikan salam dan menutup telpon dengan perasaan senang, karena bisa mengobrol sampai puas.

Ternyata "Di Rumah Saja" bisa membuat hati senang. Terutama lantaran bisa mengobrol sampai puas, tanpa dikejar oleh waktu.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---