Sabtu, 01 Februari 2020

Bungkusnya Dan Isinya.

Orang-orang bijak yang berilmu dan
berbudaya amat sangat tinggi yang hidup pada jaman dahulu kala, tidak suka menuliskan atau menceritakan sesuatu yang buruk secara terus terang.

Mereka lebih suka menuliskan atau menceritakan dengan kata-kata kiasan, supaya tidak ada yang merasa direndahkan. Sekaligus, agar pembaca atau pendengarnya merasa gembira.

Contohnya seperti kisah tentang Jaka Tingkir yang mengalahkan beberapa Buaya. Padahal sesungguhnya Jaka Tingkir tidak pernah melawan Buaya, tetapi melawan beberapa Jagoan.

Orang yang tidak memahami kebiasaan ini, pasti akan berpikir bahwa Jaka Tingkir adalah seseorang yang sakti mandraguna dan berusaha mencari kesaktian yang pernah dimilikinya.

Alih-alih memperoleh kesaktian yang pernah dimiliki oleh Jaka Tingkir, malahan berakhir di RSJ oleh sebab menjadi "Joko Kentir". Karena tidak tahu bahwa hal itu cuma kiasan semata.

Orang-orang jaman kekinian, ilmunya lebih dikhususkan (spesialisasi). Sehingga mereka hanya tahu (fokus) kepada yang dipelajari olehnya saja, jauh berbeda dengan orang jaman dulu.

Dan pengamalan dari Budaya Adiluhung, sudah amat sangat berkurang. Orang sekarang lebih mengutamakan perasaan maupun pemikiran miliknya sendiri, daripada miliknya orang lain.

Akibatnya, kemampuan untuk menyelami sebuah Tulisan (apalagi Karya Sastra yang tinggi) demi mendapatkan suatu Pemahaman yang mendalam, juga ikut menjadi berkurang pula.

Makanya janganlah heran apabila pada saat ini, banyak orang yang cuma mampu memahami sesuatu yang tersurat belaka. Sedangkan yang tersirat, sudah jarang ada yang mampu.

Padahal intisari dari sebuah Tulisan ataupun cerita itu sesungguhnya adanya pada yang tersirat, bukan yang tersurat. Yang tersurat sekedar bungkusnya dan yang tersirat adalah isinya.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---