Kamis, 31 Oktober 2019

Menebus Kesalahan di Masa Lalu.


Banyak orang yang mengira bahwa saya merupakan orang yang tenang, sabar, pendiam, sedikit akal dan pelupa. Padahal saya adalah orang yang pencemas, pemarah, cerewet, banyak akal alias usil dan pengingat.

Dari kecil saya bukanlah anak yang baik, apalagi alim. Saya anak yang iseng dan senang mencoba hal baru. Serta kecuali di Sekolah, kebanyakan teman-teman saya ialah orang-orang yang usianya jauh di atas.

Dari mereka inilah saya mengetahui hal-hal yang semestinya belum layak diketahui oleh anak seusia saya. Saya bersyukur karena telah bergaul dengan mereka, sebab akhirnya jadi mempunyai banyak pengalaman.

Terlepas dari baik ataupun buruknya pengalaman itu, buat saya, pengalaman merupakan guru yang paling terbaik. Karena dari pengalaman kita bisa mengambil hikmahnya. Dan hikmahnya itu yang kelak akan bermanfaat.

Dari begitu banyaknya pengalaman yang pernah saya alami, ada beberapa yang membuat nyaris terbunuh. Pengalaman-pengalaman ini yang pada akhirnya merubah pola dan cara berpikir serta gaya hidup saya.

Puncak dari perubahan itu adalah pada saat Ayah saya wafat. Saya amat sangat sedih atas kepergiannya. Saat itu saya merasa belum pernah bisa berbuat kebaikan, lebih lagi membahagiakan kedua orang tua.

Saat itu juga membuat diri saya tersadar pula, bahwa seluruh mahluk hidup lambat-laun pastilah bakalan mati. Dan nanti disaat sudah mati, maka bekal yang paling berharga serta akan selalu dikenang ialah kebaikan.

Sebab jikalau telah mati, tidak bakalan pernah bisa berbuat kebaikan lagi. Padahal kebaikan itulah inti dari hidup. Pastinya hal itu akan menjadi suatu Penyesalan yang amat sangat luar biasa, tatkala kita sudah dikubur.

Oleh karena tidak bisa kembali ke masa lalu untuk membalas kebaikan dari kedua orang tua dulu, maka saya bakalan terus berjuang untuk berbuat kebaikan dan mengajak siapapun yang sudi untuk melakukannya.

Hal ini saya lakukan untuk menebus kesalahan di masa lalu, sekaligus bekal di masa yang akan datang. Agar hidup saya, baik dulu maupun sekarang lebih lagi kelak, tidak sia-sia tetapi malahan menjadi manfaat.

Sehingga kedua orang tua saya, baik Ayah ataupun Ibu, bisa bangga dan bahagia serta mendapatkan pahala. Sekaligus sayapun bisa memiliki tabungan, baik untuk diri sendiri maupun untuk istri dan anak-cucu di kemudian hari.

Mungkin saya tidak bakalan pernah bisa sepenuhnya berbuat kebaikan. Namun mumpung masih hidup dan sehat, maka saya akan terus berjuang serta selalu mengajak semua orang untuk berbuat yang sama.

Memang manusia tidak ada yang sempurna, tetapi bukannya berarti kita tidak bisa melakukan yang paling terbaik. Dan yang paling terbaik bukanlah untuk diri kita sendiri, namun untuk segenap benda CiptaanNya.

Kebaikan merupakan hakekat dari segala bentuk ibadah. Tanpa kebaikan, segala bentuk dari ibadah apapun tidak bakalan pernah ada nilainya. Dan tanpa nilai, maka yang kita lakukan cuma sebuah Kehampaan belaka.

Terima kasih atas ucapan selamat ulang tahun yang telah diberikan. Semoga kita semuanya bisa selalu menjauhi perbuatan jahat, sekaligus mau menjadi contoh di dalam berbuat kebajikan dimanapun berada.

Aamiin, Aamiin, Yaa Robbal Aalamiin.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---