Minggu, 05 Maret 2023

Sahabat Karib.



Alm. Ayah saya memiliki seorang sahabat karib yang kebetulan tetangga sedari kecil, sekaligus teman sekolah (usia Alm. Ayah saya sedikit lebih tua), yang bernama "Asmat Soemarsodo".

Setelah pertempuran Surabaya di akhir tahun 1945 dan kota dikuasai oleh Pasukan Sekutu, Beliau berdua meneruskan perjuangan di kota yang berbeda. 

Alm. Ayah saya hijrah ke Kota Malang dan bergabung dengan Pasukan TRIP (bersama Alm. Oom Bargowo serta Alm. Oom Gunadi). Sedangkan Alm. Oom Asmat Soemarsodo hijrah ke Kota Solo dan bergabung dengan Pasukan TP (bersama Alm. Oom Katamsi / AL serta Alm. Oom Tommy Moersito / AD).

Walaupun peperangan dan jarak memisahkan Beliau berdua, namun hubungan tetap erat serta keduanya selalu saling mengunjungi, bahkan membantu.

Sesudah Perang Kemerdekaan (1945-1949) berakhir, Alm. Ayah saya bergabung sejenak di Divisi Djatim / T.T. Brawidjaja, lalu Beliau mengikuti Demobilisasi. Dengan tujuan untuk melanjutkan pendidikan yang sempat terhenti lantaran perang, sambil menjadi Instruktur Djasmani di Pusdik KKO.

Disaat yang sama, Alm. Oom Asmat Soemarsodo yang telah bergabung di Divisi Djateng / T.T. Diponegoro mengikuti tes PTIK untuk menjadi Perwira Polri. Beliau lulus dan kemudian dilantik menjadi Letnan Satu Polisi (seingat saya).

Puluhan tahun Beliau berdua bersahabat karib. Alm. Ayah saya hobby berolahraga dan Alm. Oom Asmat Soemarsodo hobby melukis (memiliki galeri di TMII). Keduanya saling mendukung dan melengkapi, layaknya saudara kandung.

Tidak ada sesuatu apapun yang bisa memisahkan Beliau berdua. Hingga suatu ketika di tahun 1987, Alm. Ayah saya terkena penyakit Hepatitis B yang amat sangat berat.

Dan tatkala sedang terbaring sakit, datanglah berita buruk bahwa Alm. Oom Asmat Soemarsodo meninggal dunia, juga karena terkena penyakit yang sama, yakni Hepatitis B pula.

Tak elak, Alm. Ayah saya menangis sambil memanggil-manggil namanya. Beliau sungguh-sungguh bersedih hati, sebab sahabat karib tercintanya "Pergi" mendahuluinya, terutama selagi dirinya tengah tidak berdaya.

Berbulan-bulan Alm. Ayah saya berjuang untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Dan begitu Beliau dinyatakan sembuh, langsung berangkat ke Jakarta untuk mendatangi makam milik Sang Sahabat.

Alm. Ayah saya dan Alm. Oom Asmat Soemarsodo lebih dari sekedar sahabat, malahan melebihi dari saudara kandung. Mereka berdua terlalu dekat, bisa diibaratkan seperti "Anak Kembar". 

Alm. Ayah saya pendengaran kanannya kurang baik dan Alm. Oom Asmat Soemarsodo pendengaran kirinya yang kurang baik (sama-sama bekas Pejuang '45, Petinju serta Penembak). 

Sehingga apabila Beliau berdua mengobrol, keduanya saling berteriak dan menyodorkan telinganya yang pendengarannya lebih baik.

Beliau berdua sekarang sudah tiada, sama-sama telah kembali ke haribaan Ibu Pertiwi. Saya yakin saat ini Beliau berdua sedang berkumpul bersama. Bercanda-ria sambil menyodorkan telinga masing-masing dan berteriak-teriak, seperti biasanya.

Sayangnya saya belum pernah mengenal putra-putrinya, lantaran kami tinggal di kota yang berbeda (Alm. Oom Asmat Soemarsodo tinggal di daerah Tanah Abang, Jakarta dan kami tinggal di Surabaya).

Seingat saya putranya bernama, Jalu. Mas Jalu seorang Petinju, meneruskan hobby kedua orang tua kami. Mudah-mudahan dengan tulisan ini, kami bisa bertemu lagi dengan keluarga besar Alm. Oom Asmat Soemarsodo. Aamiin.

Dan hubungan persaudaraan yang sudah terjalin secara turun-menurun sejak mulai dari jaman dahulu kala (penjajahan), dapat dipersatukan kembali.

Terima kasih atas kesudiannya di dalam menyempatkan waktu untuk membaca tulisan yang singkat ini. Serta semoga kita semuanya senantiasa memiliki sahabat karib, yang selalu ada di kala susah maupun mudah. Aamiin, Aamiin, Aamiin.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---