Sabtu, 04 Februari 2023

Mengubah Peradaban.

7 tahun ini (mulai 2016) Grup Nasionalis yang saya dirikan (semenjak 2012) berkurang anggotanya sekitar 1000-2000 orang per-minggu. Awalnya saya mengira, lantaran tidak menarik. Tetapi setelah bertanya-tanya kesana-kemari (untuk memperbaiki diri), ternyata "Bisa" keluar dari grup sendiri, dengan tanpa sepengetahuan. Dan apabila dicari lagi, nama grup saya tidak diketemukan. Terlihat aneh, namun nyata!

Berkat hal itu, selama 7 tahun ini saya mengamati dan menganalisa. Serta akhirnya saya berkesimpulan, bahwa Medsos yang dikuasai (dimiliki) oleh para Globalis-lah yang menjadi biang keladinya. Mereka mempunyai mesin pelacak dan penghambat, untuk hal-hal yang "Berbau" nasionalisme. Tujuannya jelas, lantaran nasionalisme dianggap merugikan bagi perkembangan Globalisasi. Padahal sebenarnya, tidaklah demikian!

Kita semuanya tahu, bahwa di jaman kekinian para Globalis merupakan "Penguasa" dari dunia yang sesungguhnya. Mereka yang memiliki, mengendalikan dan mengembangkan seluruh teknologi yang sedang kita pergunakan saat ini (bayangkan berapakah pendapatannya per-detik). Mereka "Ekstra" kaya raya dan mampu membiayai siapapun yang dianggap menguntungkan, begitupun dengan sebaliknya.

Kelompok-kelompok teroris, radikalis dan intoleran yang sepertinya tidak pernah kehabisan uang, bisa jadi dibiayai oleh mereka. Karena cuma kelompok-kelompok ini saja yang mudah diiming-imingi dengan harta, tahta apalagi wanita. Mereka diberi bea siswa, wadah, doktrin, dana (baik berupa sumbangan, bantuan ataupun hibah) dan lain-lain agar menjadi tergantung, lalu digerakkan untuk memecah-belah.

Dengan terpecah-belah, Bangsa (maupun Negara) yang diincar oleh para Globalis, menjadi lebih mudah untuk ditaklukkan dan dijadikan "Konsumen" bagi segenap produk-produknya. Sekaligus SDA-nya serta-merta "Dicaplok", supaya bahan baku untuk industri mereka selalu tercukupi. Taktik dan strategi yang amat sangat jitu serta terpadu, lebih lagi segala jenis Media Sosial (informasi) mereka yang memiliki.

Bagi saya pribadi, para Globalis bukanlah musuh melainkan rekan. Sebab di Era Digital seperti sekarang, Globalisasi tidaklah mungkin dihindari. Bahkan mereka seharusnya diajak berjalan berdampingan. Sehingga ideologi, sejarah dan budaya yang menjadi ciri khas sekaligus jati diri dari setiap Bangsa maupun Negara, dapat terlestarikan bersamaan (seiiring) dengan kemajuan jaman (teknologi).

Sayangnya, mungkin para Globalis berpikiran berlawanan. Apalagi mereka sudah mempunyai "Boneka-boneka" yang dijadikan teroris, radikalis dan intoleran yang siap digerakkan (asalkan bayarannya lancar) terhadap siapapun yang dianggap musuhnya. Serta para "Boneka-boneka" telah menikmati keuntungan dari peran yang diberikan oleh para Globalis tersebut, yang akhirnya membuat "Kecanduan".

Kini tinggal bagaimanakah caranya kita yang masih waras ini, mempertahankan ciri khas dan jati diri dari Bangsa serta Negara masing-masing. Sekaligus mendidik generasi yang akan datang untuk mempertahankannya sampai kapanpun, dengan tetap mengikuti (bahkan merebut) kemajuan teknologi. Lantaran tanpa ciri khas dan jati diri, teknologi bakalan mengubah peradaban.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---