Selasa, 17 Januari 2023

"Orang Sakti".

Dari semenjak masih kecil, saya tahu bahwa Ayah merupakan orang yang memiliki "Kelebihan" alias Sakti. Bukannya ingin mengultuskan, tetapi memang kenyataan dan seluruh keluarga serta teman-teman yang dekat (terutama sesama mantan Pejuang '45), paham betul tentang hal ini.

Walaupun demikian, Ayah saya tidak pernah memamerkan, menceritakan bahkan membicarakan kepada siapapun, termasuk anak-anaknya. Ayah saya tetap layaknya seperti "Orang Biasa", namun ekstra dermawan dan malahan cenderung rendah hati terhadap orang yang mengenalnya.

Ketika belia hingga remaja, saya suka mengisenginya. Tidak untuk menguji "Kesaktian", tetapi dasarnya saya ini usil dan memiliki rasa "Ingin Tahu" yang besar sekali. Dan gara-gara itulah, akhirnya mulai SD saya senang mendatangi orang-orang "Terkenal", yang dianggap serta dibilang sakti.

Bukanlah untuk mencari kesaktian, namun lantaran "Ingin Tahu". Ingin tahu apakah orang seperti Ayah saya ada banyak. Meskipun secara pribadi, saya kurang menyukai. Bahkan menganggap, hal-hal tersebut cuma kebetulan saja. Walaupun saya tahu, bahwa yang dimiliki Ayah tidak kebetulan.

Setiap mendatangi orang-orang "Terkenal", yang dianggap dan dibilang sakti, saya selalu membandingkannya dengan Ayah. Ayah saya "Melakukan" hal-hal yang menjadi "Kelebihannya" dengan spontan, tanpa "Doa-doa", apalagi "Sesaji". Dan (paling terpenting) Ayah pantang menerima hadiah.

Dari mendatangi dan bertemu dengan orang-orang "Terkenal", yang dianggap serta dibilang sakti, saya menjadi mengerti bahwa orang seperti Ayah, ternyata tidaklah banyak. 99% bukannya orang sakti, tetapi "Pedagang" ataupun "Pesulap". Malahan banyak Pembual, bahkan Orang Stres.

Yang 1% (bisa dihitung dengan jari di 1 telapak tangan) betul-betul memiliki "Kelebihan", meskipun "Keahliannya" berbeda-beda. Dan rata-rata mirip dengan Ayah saya, yaitu : sederhana, tidak mau pamer, membahas (lebih lagi menonjolkan "Kelebihannya"), tahu sebelum ditanya serta anti pemberian.

Anehnya, yang 1% jarang didatangi dan dipercaya (padahal yang asli "Sakti"). Sedangkan yang 99% (palsunya), malahan penuh "Tamu", pengikut dan pemujanya. Manusia memanglah unik, yang jelas rekayasa dibilang gaib dan yang bukan rekayasa dibilang tidak gaib, serta diremeh-temehkan.

Tulisan ini untuk mengenang Alm. Ayah saya. "Orang Sakti" yang senantiasa merendah dan bukan pencari ketenaran (lebih-lebih sumbangan). Sekaligus untuk mengingatkan, agar tidak mudah percaya terhadap orang-orang yang mengaku "Sakti", namun sebenarnya "Pengumpul" harta.

Charles E. Tumbel.

K.R.T. P.Y. Benny "Jenggot" Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---