Kamis, 12 Desember 2019

Mencurahkan Isi Hati.

Saya hampir tidak pernah mencurahkan isi hati di Media Sosial, namun kali ini akan melakukannya. Karena menurut saya, bisa menjadi pelajaran berharga bagi siapapun yang berkenan untuk membacanya.

Di dalam perjalanan hidup saya, baik selama di dalam maupun di luar negeri, terus terang, belum pernah bertemu dengan orang yang otaknya cuma untuk mencari keuntungan belaka dan sama sekali tidak memiliki budi.

Saya bukanlah termasuk orang yang pamrih apalagi gila uang, pangkat, jabatan, lebih lagi hanya sekedar pujian semata. Apapun yang saya lakukan dengan ketulusan dan keikhlasan demi kebaikan segenap pihak.

Tetapi kali ini saya bertemu dengan orang yang segala perbuatannya dilakukan dengan tujuan cuma untuk keuntungan bagi dirinya sendiri saja. Berbagai taktik, trik dan intrik dilakukan untuk memuaskan ambisinya.

Sebetulnya sejak awal, saya sudah ragu kepadanya. Disamping banyak masukan yang negatif tentang dirinya, sekaligus pada saat pertama kali bertemu yang disampaikannya hanya keluh-kesah dan gunjingan belaka.

Berkat gaya santun dan kepiawaian di dalam menyusun kata, akhirnya keraguan yang ada di dalam diri, saya hilangkan. Perlahan-lahan saya mulai percaya, bahwa masukan yang negatif tentang dirinya tidaklah benar.

Dan keluh-kesah serta gunjingan yang dia sampaikan pada saat pertama kali bertemu, saya anggap sebagai bentuk dari kekecewaan dirinya terhadap orang-orang yang tidak mau menghargai sekaligus menghormatinya.

Saya melihat, bahwa sesungguhnya di dalam dirinya memiliki potensi yang besar. Namun saya heran, mengapa dia selalu mengalami kegagalan dan banyak orang yang mengatakan hal yang buruk, serta memusuhinya.

Seluruhnya terjawab, setelah saya sendiri yang mengalaminya. Potensi yang besar bukanlah jaminan atas keberhasilan, apalagi untuk integritas dan kesetiaan. Bahkan, potensi yang besar itulah ambisi yang memabukkannya.

Ambisi yang memabukkan inilah yang menghilangkan integritas dan kesetiaan, sehingga berakhir dengan kegagalan. Tanpa integritas dan kesetiaan, maka tidak bakalan ada arah kebaikan dan kebersamaan untuk jangka panjang.

Yang ada cuma kemunafikkan semata dan komitmen sesaat yang hanya untuk keuntungan pribadi saja. Kemunafikkan dan keuntungan pribadi ini yang membuat orang mengatakan hal yang buruk serta memusuhinya.

Sejujurnya saya bersyukur sudah mengalami hal ini, sebab bisa menjadi lebih cermat lagi. Lebih lagi apabila pada awalnya telah ada keraguan, masukan yang buruk dan terlihat suka berkeluh-kesah serta bergunjing.

Sebagai manusia biasa, wajar jikalau saya merasa sedikit kecewa. Meskipun kekecewaan saya ini, bukanlah hal yang merugikan. Tetapi malahan menguntungkan, karena hikmahnya besar dan berguna untuk orang banyak.

Mudah-mudahan kita semuanya senantiasa dijauhkan dari orang seperti itu. Dan semoga mereka bisa berubah serta tidak merugikan orang lain, Aamiin. Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini.

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---