Sabtu, 22 Agustus 2020

"Ciri Khas".

Seringkali kita terlalu kagum dan menyanjung kepada Negara milik Bangsa lain, sehingga meremehkan terhadap Negara milik Bangsa sendiri. 

Padahal semua Negara adalah sama, tidak ada yang lebih ataupun yang kurang. Meskipun yang paling terbaik dan terpenting, haruslah Negara milik kita sendiri. 

Setiap Bangsa mendirikan Negaranya, pastilah sudah disesuaikan dengan latar-belakangnya. Walaupun Bangsa Asing jarang yang mengetahuinya.

Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Namun yang ada ialah ketepatan dan kecocokan demi tercapainya cita-cita luhur dari Bangsa tersebut di dalam mendirikan Negara.

Banyak hal yang terkesan unik dan janggal. Tetapi keunikan dan kejanggalan itu berlaku bagi Bangsa Asing, tidak bagi Bangsa itu sendiri. 

Sebab Bangsa Asing hanyalah menjadi penonton dan pencela belaka. Bukannya pelaku, apalagi yang mengetahui seluk-beluk dari berdirinya Bangsa maupun Negara tersebut.

Dan salah satu Negara yang termasuk unik serta bisa dianggap janggal (bagi Bangsa Asing) adalah Libanon.

Terlampau banyak kisah sejarah di Libanon. Sehingga tidak bisa diceritakan satu-persatu, terkecuali yang utama dan terkait. Yang jelas, Libanon merupakan salah satu Negara (daerah / wilayah) tertua di dunia. 

Bukti sejarah menunjukkan bahwa telah ada peradaban disana sejak 8.000 tahun yang lalu, bahkan Kota Byblos dihuni secara terus-menerus selama lebih dari 5.000 tahun. 

Banyak sekali kerajaan yang pernah menjadikannya sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya, baik pada jaman kerajaan-kerajaan kuno maupun modern.

Keberadaan dari Agama Yahudi dan Agama Nasrani di Libanon, termasuk yang paling tertua di dunia. Nabi Isa A.S. pernah mengunjungi Kota Tirus (Tyre) dan Kota Saida (Sidon).

Libanon pernah menjadi Pusat Utama dari Agama Nasrani pada jaman Kerajaan Romawi dan menjadi Negara Tentara Salib di masa Perang Salib I, sebelum dikuasai oleh Sultan Mamluk dari Mesir.

Pada abad ke-16, Libanon ditaklukkan oleh Kesultanan Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman) dari Turki dan dikuasai selama 400 tahun. Berkat mandat dari Liga Bangsa-Bangsa, sesudah Perang Dunia I dikuasai oleh Prancis.

Akhirnya, pada tanggal 22 November 1943 Libanon mendeklarasikan kemerdekaannya dan di tanggal 24 Oktober 1945 mandat dari Liga Bangsa-Bangsa kepada Prancis untuk menguasai Libanon diabaikan, karena Liga Bangsa-Bangsa berubah menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tanggal 17 April 1946, sepenuhnya Tentara Prancis keluar dari Libanon.

Menurut data resmi milik Pemerintah tentang Sensus Penduduk yang dilaksanakan pada tahun 1932 di Libanon, penduduk disana berjumlah 875.252 jiwa. Yang terdiri dari 58.7% umat Nasrani, 40% umat Muslim dan 1.3% umat Agama lainnya.

Demi kebaikan bersama dan untuk kepentingan yang lebih luas terutama stabilitas politik, sejak mulai tahun 1932 secara resmi Libanon tidak melaksanakan Sensus Penduduk. Disinilah letak keunikan dari Negara Libanon.

Sesuai dengan Pakta Nasional 1943 maka jabatan Presiden dan Panglima Angkatan Bersenjata wajib selalu diisi oleh kaum Nasrani Maronit (Maronite), jabatan Perdana Menteri wajib selalu diisi oleh kaum Muslim Sunni, jabatan Ketua Parlemen wajib selalu diisi oleh kaum Muslim Syi'ah, jabatan Wakil Ketua Parlemen dan Wakil Perdana Menteri wajib selalu diisi oleh kaum Nasrani Ortodoks Yunani serta jabatan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata wajib selalu diisi oleh kaum Druze. Disinilah letak kejanggalan dari Negara Libanon.

Termasuk unik sebab tidak ada sensus penduduknya, sehingga tidak bisa diketahui tepatnya berapa populasi yang sebenarnya. Dan bisa dianggap janggal karena jabatannya ditentukan berdasarkan agamanya, bukan lantaran prestasinya.

Sama sekali tidak ada masalah dengan hal itu, cuma terbilang unik dan janggal saja. Tentunya menurut Bangsa Asing (seperti saya), bukannya menurut Bangsa Libanon sendiri.

Tidak ada yang menyalahkan, lebih lagi ingin merubahnya. Sebab hal itu memang menjadi hak mutlak dari Bangsa Libanon sendiri dan merekalah yang lebih tahu tentang Bangsa serta Negaranya, bukan Bangsa Asing.

Masyarakat di seluruh dunia amat sangat menghargai dan menghormati fondasi dari Negara milik Bangsa Libanon ini (termasuk saya).

Buktinya pada saat terjadi "Ledakan Besar" di Pelabuhan Beirut beberapa waktu lalu, masyarakat di seluruh dunia bisa melepaskan segala perbedaan atas dasar Suku, Agama, Ras dan Golongan dengan turut merasakan duka cita yang mendalam serta mengakui bahwa Bangsa Libanon adalah "Saudara".

Sungguh-sungguh rasa persaudaraan yang murni atas dasar kemanusiaan, bukannya yang lain!

Terlepas dari musibah di atas, Bangsa Libanon sendiri tidak pernah merasa ada yang unik dan janggal dengan "Ciri Khas" dari dasar Negaranya. Malahan mereka semakin bangga dan selalu mencintai Negaranya.

Pastinya hal ini merupakan sebuah Suri Teladan yang amat sangat berguna bagi Bangsa-bangsa lainnya, terlebih bagi Bangsa Indonesia.

Kita, Bangsa Indonesia, memiliki Pancasila, Sumpah Pemuda dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi "Ciri Khas" tersendiri yang tidak dimiliki oleh Bangsa lain.

Seperti halnya Bangsa Libanon, kita mestilah bangga dan selalu mencintai Negara milik Bangsa sendiri. Tidak mudah dipengaruhi dan diadu-domba oleh Bangsa Asing manapun. Sehingga ke depan, Bangsa kita sendiri bisa menjadi unggul dan makmur.

Dirgahayu Republik Indonesia!
Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!
Sekali Pancasila, Tetap Pancasila!

Charles E. Tumbel.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---