Senin, 06 Mei 2013

Tawuran Pelajar.


Seringkali kita melihat di televisi atau media lainnya tentang perkelahian yang melibatkan banyak orang atau istilah awamnya adalah “tawuran” yang terjadi di kalangan pelajar. Sebenarnya hal ini bukanlah suatu hal yang baru sebab sudah terjadi sejak jaman dahulu kala malahan mungkin sejak diketemukan atau awal mula adanya lembaga pengajaran yang umumnya disebut dengan sekolah. Sekolah yang menjadi tempat untuk mendidik, membina dan mengembangkan kemampuan positif serta mengurangi (bila tidak bisa dihilangkan) sisi negatif dari jiwa anak-anak, dengan secara tidak langsung juga membangun “kebanggaan” terhadap sekolah yang menjadi tempat mereka ditempa.

Proses belajar selama beberapa tahun di sekolah yang sama menjadikan sebuah ikatan emosional yang sangat tinggi antar sesama pelajar di sekolah tersebut juga terhadap nama sekolahnya. Ikatan emosional yang sudah terbangun selama beberapa tahun baik antara sesama pelajar juga terhadap nama sekolah inilah yang seringkali menjadi biang keladi dari terjadinya perkelahian pelajar atau tawuran pelajar antar sekolah demi kesetia-kawanan sesama teman sekolah maupun kebanggaan terhadap nama sekolah. Jiwa-jiwa muda yang masih labil, dinamis, berkembang, rentan dan idealis ini ingin membuktikan diri juga mewujudkan prinsip yang dianggap benar atau mencari jati diri.

Pelajar baik dari tingkat SD sampai Universitas adalah jiwa-jiwa muda yang masih labil, dinamis, berkembang, rentan dan idealis. Mereka masih mudah terpengaruh serta terbawa oleh lingkungan yang ada disekitarnya juga suasana hatinya sendiri. Jiwa muda yang sedang mencari jati diri dan pengalaman yang menurut mereka akan berguna untuk masa depannya akan menjadikan mereka “pengembara sesaat” hingga waktu (baca: pengalaman) yang akan membentuk kedewasaan serta kematangan mereka nantinya. Sekolah dan keluarga adalah lingkungan terdekat yang mempunyai peranan sangat penting untuk mempercepat serta mengawasi proses pembentukan diri mereka ini.

Hampir setiap sekolah di seluruh dunia ini “mendapatkan julukan” dari masyarakat, mulai julukan yang baik sampai yang buruk. Julukan-julukan ini sangat mempengaruhi jiwa pelajar yang sedang menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Pengaruh adanya julukan tersebut tentunya tergantung dari julukan yang didapat. Jika julukan tentang sekolah itu baik maka akan membuat pelajar yang telah diterima di sekolah tersebut memiliki kebanggaan lebih daripada yang diterima di sekolah yang mendapatkan julukan buruk. Kebanggaan lebih ini bisa berarti positif tetapi juga bisa negatif, yang pasti ada kecemburuan sosial maupun “jarak” antara pelajar akibat julukan sekolah tersebut.

Memang untuk menghilangkan kebiasaan yang ada di masyarakat agar tidak memberikan julukan tertentu terhadap sekolah sangatlah sulit. Masyarakat umumnya akan memberikan penilaian serta julukan berdasarkan pada prilaku dari individu yang ada di sekolah (bisa jadi guru, pelajar ataupun siapa saja yang bekerja disana) dan prestasi maupun kejadian yang pernah didapatkan oleh sekolah tersebut. Walaupun belum tentu penilaian serta julukan masyarakat itu pasti benar namun dampak dari julukan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut akan selalu mempengaruhi (baca: terbawa) oleh pelajar yang sedang menempuh pendidikan di sekolah tersebut dan hal ini tidaklah mendidik.

Jiwa-jiwa muda yang masih labil, dinamis, berkembang, rentan dan idealis yang ditambahi dengan pengaruh dari julukan tentang sekolahnya menjadikan mereka akan lebih cepat bereaksi terhadap segala sesuatu hal yang berhubungan dengan sekolahnya, entah itu demi kesetia-kawanan ataupun nama sekolah. Oleh karena itu, seperti yang telah disampaikan di atas bahwa meskipun sekolahnya mendapatkan julukan baik dan menimbulkan kebanggaan lebih pada pelajar yang sekolah disana, belum tentu akan berakibat positif pada pelajar yang sedang menempuh pendidikan di sekolah itu. Bisa jadi malah akan menimbulkan kesombongan kebanggaan berlebihan dan membeda-bedakan.

Dapat dibayangkan jika sekolah yang mendapat julukan baik dari masyarakat saja mempengaruhi jiwa pelajarnya, maka apalagi dengan julukan yang tidak baik. Pelajar yang pada dasarnya adalah anak-anak yang baru tumbuh fisik maupun fsikisnya dan sedang mencari jati diri ini, harus selalu mendapatkan pendidikan, pembinaan, pengembangan kemampuan serta pengawasan yang tepat. Julukan-julukan terhadap sekolah dari masyarakat tidak dapat dirubah apalagi dihilangkan namun pihak keluarga dan sekolah harus selalu bisa mengarahkan (baca: membangun) ke hal yang positif sehingga pengaruh yang negatif dari julukan terhadap sekolah itu juga bisa dikurangi atau dirubah.

Banyak diantara kita yang meremehkan julukan terhadap sekolah padahal dulu kita pernah sekolah dan merasakan (disadari atau tidak) dampak/pengaruh dari julukan atas sekolah kita. Kebanggaan ataupun ikatan emosional yang didapatkan dari sekolah berakibat berbeda-beda pada tiap individu dan tidak menutup kemungkinan menjadi hal yang negatif termasuk salah satunya adalah tawuran pelajar. Keluarga dan sekolah harus bisa selalu berpikiran secara arif serta bijaksana dengan tidak membangun hal-hal yang berlebihan. Kalaupun ada pelajar yang terpaksa harus belajar di sekolah yang sudah terlanjur mendapatkan julukan buruk maka pihak keluarga dan sekolah harus mampu memperbaiki citra serta membangun hal-hal yang berakibat positif bagi pelajar disekolah tersebut.

--- Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru / digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---