Seringkali
kita melihat di televisi atau media lainnya tentang perkelahian yang melibatkan
banyak orang atau istilah awamnya adalah “tawuran” yang terjadi di kalangan
pelajar. Sebenarnya hal ini bukanlah suatu hal yang baru sebab sudah terjadi
sejak jaman dahulu kala malahan mungkin sejak diketemukan atau awal mula adanya
lembaga pengajaran yang umumnya disebut dengan sekolah. Sekolah yang menjadi
tempat untuk mendidik, membina dan mengembangkan kemampuan positif serta
mengurangi (bila tidak bisa dihilangkan) sisi negatif dari jiwa anak-anak,
dengan secara tidak langsung juga membangun “kebanggaan” terhadap sekolah yang
menjadi tempat mereka ditempa.
Proses
belajar selama beberapa tahun di sekolah yang sama menjadikan sebuah ikatan
emosional yang sangat tinggi antar sesama pelajar di sekolah tersebut juga
terhadap nama sekolahnya. Ikatan emosional yang sudah terbangun selama beberapa
tahun baik antara sesama pelajar juga terhadap nama sekolah inilah yang
seringkali menjadi biang keladi dari terjadinya perkelahian pelajar atau
tawuran pelajar antar sekolah demi kesetia-kawanan sesama teman sekolah maupun
kebanggaan terhadap nama sekolah. Jiwa-jiwa muda yang masih labil, dinamis,
berkembang, rentan dan idealis ini ingin membuktikan diri juga mewujudkan
prinsip yang dianggap benar atau mencari jati diri.
Pelajar
baik dari tingkat SD sampai Universitas adalah jiwa-jiwa muda yang masih labil,
dinamis, berkembang, rentan dan idealis. Mereka masih mudah terpengaruh serta
terbawa oleh lingkungan yang ada disekitarnya juga suasana hatinya sendiri. Jiwa
muda yang sedang mencari jati diri dan pengalaman yang menurut mereka akan
berguna untuk masa depannya akan menjadikan mereka “pengembara sesaat” hingga
waktu (baca: pengalaman) yang akan membentuk kedewasaan serta kematangan mereka
nantinya. Sekolah dan keluarga adalah lingkungan terdekat yang mempunyai
peranan sangat penting untuk mempercepat serta mengawasi proses pembentukan
diri mereka ini.
Hampir
setiap sekolah di seluruh dunia ini “mendapatkan julukan” dari masyarakat, mulai
julukan yang baik sampai yang buruk. Julukan-julukan ini sangat mempengaruhi
jiwa pelajar yang sedang menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Pengaruh adanya
julukan tersebut tentunya tergantung dari julukan yang didapat. Jika julukan
tentang sekolah itu baik maka akan membuat pelajar yang telah diterima di sekolah
tersebut memiliki kebanggaan lebih daripada yang diterima di sekolah yang
mendapatkan julukan buruk. Kebanggaan lebih ini bisa berarti positif tetapi
juga bisa negatif, yang pasti ada kecemburuan sosial maupun “jarak” antara
pelajar akibat julukan sekolah tersebut.
Memang
untuk menghilangkan kebiasaan yang ada di masyarakat agar tidak memberikan
julukan tertentu terhadap sekolah sangatlah sulit. Masyarakat umumnya akan memberikan
penilaian serta julukan berdasarkan pada prilaku dari individu yang ada di
sekolah (bisa jadi guru, pelajar ataupun siapa saja yang bekerja disana) dan
prestasi maupun kejadian yang pernah didapatkan oleh sekolah tersebut. Walaupun
belum tentu penilaian serta julukan masyarakat itu pasti benar namun dampak
dari julukan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut akan selalu mempengaruhi
(baca: terbawa) oleh pelajar yang sedang menempuh pendidikan di sekolah
tersebut dan hal ini tidaklah mendidik.
Jiwa-jiwa
muda yang masih labil, dinamis, berkembang, rentan dan idealis yang ditambahi
dengan pengaruh dari julukan tentang sekolahnya menjadikan mereka akan lebih
cepat bereaksi terhadap segala sesuatu hal yang berhubungan dengan sekolahnya,
entah itu demi kesetia-kawanan ataupun nama sekolah. Oleh karena itu, seperti
yang telah disampaikan di atas bahwa meskipun sekolahnya mendapatkan julukan
baik dan menimbulkan kebanggaan lebih pada pelajar yang sekolah disana, belum
tentu akan berakibat positif pada pelajar yang sedang menempuh pendidikan di
sekolah itu. Bisa jadi malah akan menimbulkan kesombongan kebanggaan berlebihan
dan membeda-bedakan.
Dapat
dibayangkan jika sekolah yang mendapat julukan baik dari masyarakat saja
mempengaruhi jiwa pelajarnya, maka apalagi dengan julukan yang tidak baik.
Pelajar yang pada dasarnya adalah anak-anak yang baru tumbuh fisik maupun
fsikisnya dan sedang mencari jati diri ini, harus selalu mendapatkan pendidikan, pembinaan,
pengembangan kemampuan serta pengawasan yang tepat. Julukan-julukan terhadap
sekolah dari masyarakat tidak dapat dirubah apalagi dihilangkan namun pihak
keluarga dan sekolah harus selalu bisa mengarahkan (baca: membangun) ke hal
yang positif sehingga pengaruh yang negatif dari julukan terhadap sekolah itu
juga bisa dikurangi atau dirubah.
Banyak
diantara kita yang meremehkan julukan terhadap sekolah padahal dulu kita pernah
sekolah dan merasakan (disadari atau tidak) dampak/pengaruh dari julukan atas
sekolah kita. Kebanggaan ataupun ikatan emosional yang didapatkan dari sekolah
berakibat berbeda-beda pada tiap individu dan tidak menutup kemungkinan menjadi
hal yang negatif termasuk salah satunya adalah tawuran pelajar. Keluarga dan
sekolah harus bisa selalu berpikiran secara arif serta bijaksana dengan tidak
membangun hal-hal yang berlebihan. Kalaupun ada pelajar yang terpaksa harus
belajar di sekolah yang sudah terlanjur mendapatkan julukan buruk maka pihak
keluarga dan sekolah harus mampu memperbaiki citra serta membangun hal-hal yang
berakibat positif bagi pelajar disekolah tersebut.
---
Ide dan kreatifitas seseorang adalah hak milik yang tidak boleh ditiru /
digandakan. Dilarang mengcopy artikel ini. Terima kasih. ---